Maaf sudah "menggantung" kalian, tapi yang sebelah jauh lebih lama "digantung"
:")
. . .
"Kau yakin ini jalannya?" tanya Seongwoo dengan nada ramah pada Lee Daehwi yang sejak barusan merasa takut dengan kehadiran Daniel bersama mereka.
"B-benar. Seingatku ini," jawab Daehwi terus berjalan menyusuri dinding luar penjara.
Seongwoo, Jisoo, dan Daniel mengikuti mereka berdua. Samuel sejak tadi terus mendampingi mereka sementara Daniel masih memperhatikan Samuel dengan tatapan mengintimidasi. Samuel menggamit tangan Daehwi dan meremasnya pelan untuk melampiaskan ketakutan. Daehwi ingin protes namun ia juga memahami ketakutan Samuel. Jadi mereka berdua berjalan berdampingan dengan akur sekarang.
Jisoo adalah satu-satunya penyihir dalam rombongan mereka dan ia memilih untuk berada di belakang barisan agar dapat memperhatikan sekeliling lebih lama, menghafal jalan kembali.
Setelah agak lama berjalan, akhirnya mereka berlima dihadapkan kepada sebuah kastil tua, sebuah istana yang megah bagi bangsa vampir. Jisoo yakin ini tempat kediaman buronan kementerian mereka, Moon Junhui. Dengan berani, ia meninggalkan Samuel dan Daehwi yang masing gemetaran di tempatnya dan berjalan masuk. Seongwoo sontak menyusulnya. Daniel sendiri berlari kecil mengekori Seongwoo.
"Daehwi-ya, apa kau mau masuk?" cicit Samuel sambil menoleh ke arah Daehwi.
Daehwi balas menoleh ke arah Samuel dan menggelengkan kepalanya pelan, tanda keengganan.
"Aku juga. Mari menunggu di sini saja," usul Samuel langsung berjongkok di depan dinding kastil.
Daehwi menyusul dan mendaratkan pantatnya di atas tanah langsung. Mereka berdua jadi kelihatan sebagai pengecut sekarang. Istana menjadi tempat yang menakutkan setelah mereka masuk penjara barusan.
.
.
.
Selepas menghilangkan seluruh prajurit yang menahannya, Mingyu tidak tahu harus ke mana ia pergi. Memang ada dua opsi, yaitu menyusul Minghao-ssi di dalam sana atau kembali ke penjara. Tujuan utamanya berada di dunia penyihir ini adalah untuk menyelamatkan Wonwoo namun entah mengapa ia merasa tidak lengkap bila hanya kembali sendirian.
Sebelah kakinya melangkah ke depan, memutuskan untuk mencari Minghao-ssi di dalam istana itu. Kembalinya kedua prajurit barusan tidak selalu memiliki arti yang baik. Bisa jadi mereka kembali karena suruhan Junhui, bisa juga mereka kembali karena Minghao-ssi dan Junhui tidak ada.
Tidak ada di sini adalah sebuah hal yang tidak dapat dipastikan oleh Mingyu. Tapi Mingyu tetap harus memastikan di mana pegawai kementerian itu berada. Akhirnya ia mengambil langkah kedua dan ketiga, seterusnya hingga berada jauh dari depan singgahsana, tempatnya berada barusan.
"YAK!" hardik seseorang di belakang Mingyu, mengejarnya yang sudah jauh ke dalam untuk mencari Minghao.
Itu Hong Jisoo, seseorang yang merasa bertanggung jawab atas penyihir baru itu. Dia berlari sekuat tenaga menyusul Mingyu ke dalam.
Dua vampir di belakangnya berjalan perlahan, mengawasi keadaan seluruh istana karena mungkin saja Junhui memasang sebuah jebakan.
.
.
.
Kembali pada Mingyu yang masih menelusuri seluk beluk kastil untuk mencari keberadaan Minghao. Ia sebenarnya bisa saja meneriakkan namanya tapi ia cukup pintar untuk tidak memberi petunjuk soal lokasinya. Langkahnya dibuat semakin pelan ketika menemukan sebuah pintu ke arah balkon, sedang terbuka lebar.
Entah mengapa, namun perasaannya mengatakan Minghao berada di sana. Bersama Junhui mungkin. Mingyu lanjut melangkah ke arah balkon itu, kali ini lebih cepat karena ia baru saja memantapkan hatinya agar berani melawan Junhui kalau-kalau ia berada di sana.
Tapi sebelum ia berhasil mengambil langkah ketiga, tangannya ditahan oleh seseorang.
Mingyu menjerit, "AAA!!", sambil menoleh ke belakang.
Ternyata hanya Jisoo-hyung.
Sosok yang membuat Mingyu menjerit barusan menaruh telunjuknya sendiri di depan bibirnya, membuat kode agar Mingyu diam. Mingyu, yang barusan berusaha agar lokasinya tidak terlacak siapapun, harus menelan kepahitan hidup karena barusan ia sudah membocorkannya.
Dengan jeritan kagetnya.
Selama beberapa saat, mereka berdua masih berada dalam posisi itu. Diam, berdiri menghadap satu sama lain. Hong Jisoo juga masih memegang tangan Mingyu sambil melirik sekitar mereka.
"Apa di sini juga tidak ada orang, hum?" bingung Jisoo kembali menatap Mingyu.
Mingyu mengendikkan bahunya tidak tahu dan Jisoo resmi tidak habis pikir dengan apa yang terjadi di area vampir ini.
"Awalnya kau mau ke sana? Ke balkon itu?" tanya Jisoo penasaran.
Mingyu mengangguk sebagai jawabannya. Kemudian Jisoo juga balas mengangguk.
"Ayo ke sana," cetus Jisoo, membangkitkan kembali keberanian Mingyu yang barusan lenyap karena tangannya ditarik.
Mereka berdua mengendap-endap ke arah balkon dan berhenti tepat di daun pintunya, mengintip keluar.
Ternyata kosong. Tidak ada siapapun di sana, baik Minghao ataupun Junhui.
"Dugaanku salah," sesal Mingyu kemudian keluar dari balik daun pintu. Ia melangkah maju dan menjejakkan kakinya di lantai balkon. Di depan balkon itu terhampar deretan pohon-pohon mistis di hutan sihir.
Jisoo juga ikut keluar dari persembunyiannya namun ia berjalan ke balkon sambil memperhatikan sekelilingnya. Mungkin saja Junhui sedang menunggu waktu untuk menyerang mereka berdua. Tapi memang tidak ada orang dan sesuatu yang mencurigakan. Hanya ada sebuah botol ramuan kosong di lantai.
Tepat sebelum Mingyu mengambil sebuah langkah lagi, Jisoo menahannya. Kaki Mingyu nyaris mengijak botol ramuan itu. Dengan perasaan lega, Jisoo meraih botol ramuan itu dan memeluknya seolah anak hilang yang baru ditemukan.
"Hyung, apa itu?" bingung Mingyu.
Jisoo menghentikan sesi romantisnya bersama beda di tangannya itu dan menoleh ke arah Mingyu.
"Ini botol ramuan penyihir. Hanya penyihir yang punya seperti ini. Itu berarti mereka ke sini sebelum ini, Minghao atau Junhui."
Mingyu mengangguk paham dan ikut berlutut, menyamai tinggi Jisoo. Ia melayangkan tatapannya pada botol ramuan itu. Sebenarnya tidak benar-benar kosong karena masih ada setitik cairan berwarna ungu pada dasarnya.
"Ini ramuan apa?" tanya Mingyu penasaran.
Jisoo mengendus aromanya sejenak dan berpikir.
"Ah, ini ramuan untuk reinkarnasi. Yang meminumnya akan langsung mati dan menghilang walaupun sebenarnya tidak. Mereka hanya mendapatkan pengundian lagi," jelas Jisoo namun diakhiri dengan nada menggantung.
"Pengundian apa?" tanya Mingyu lagi.
Jisoo melambaikan tangannya ke bawah, menyuruh Mingyu untuk mengganti posisi jongkoknya dengan duduk di lantai.
"Sebelum dilahirkan, ada banyak hal yang bisa menjadi takdir kita. Kita bisa dilahirkan sebagai seorang manusia, penyihir, atau vampir. Juga bisa dilahirkan menjadi kelinci atau rubah. Mungkin keluar dari cangkang telur buaya. Itulah yang dinamakan pengundian. Tidak ada yang tahu mereka yang meminum ini akan jadi apa di kehidupan selanjutnya."
.
.
.
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] bewitched | svt & pd101 s2
FanfictionKim Mingyu, seorang siswa SMA biasa sebelum secara tidak sengaja ia menenggak habis ramuan penyihir di botol minumannya. "Bukankah kau seharusnya tertimpa balok-balok itu? Kenapa sekarang kau baik-baik saja?" "Yak! Jadi kau ingin aku mati?" [ mult...