Jihoon melempar tasnya begitu saja ke arah sebuah meja saat Soonyoung tiba-tiba masuk ke kelas dan menghampirinya.
"Aku duduk di sebelahmu lagi, ya."
"Hmm," gumam Jihoon mengiyakan lalu lekas duduk dan menyandaran kepalanya di meja, membelakangi Soonyoung.
"Kau tidur larut lagi?" tanya Soonyoung.
"Hmm," balas Jihoon singkat.
Entah kenapa ia ingin sekali menghindar untuk bicara dengan siapapun pagi ini. Tidurnya tidak nyenyak semalam.
"Aku tidak akan mengganggumu," ujar Soonyoung kemudian.
Jihoon memejamkan kedua matanya, mengabaikan Soonyoung yang masib duduk di bangku sebelahnya.
"Jihoon-ah, aku—"
"Shh, jangan mengganggunya," tahan Soonyoung menaruh tangannya di perut seseorang yang baru saja akan menyentuh Jihoon.
"Yak," hardik orang itu menyingkirkan tangan Soonyoung.
Soonyoung menaruh telunjuk di bibirnya sambil mendongak ke arah sosok yang berdiri di depan mejanya itu.
Dan terpaku menatapnya.
"WONWOO!!" teriaknya keras sekali.
Jihoon mendadak terbangun karena teriakan Soonyoung. Dalam hatinya ia sangat ingin memukul orang di sebelahnya ini, kecuali bila ia ingat satu hal.
Wonwoo?
"Dari mana saja kau?" sahut Jihoon langsung kembali duduk dengan benar dan menatap Wonwoo antusias.
"Kau lihat Mingyu?"
***
Junhui berjalan menyusuri jembatan penghubung ke ruangan pribadinya.
Di depan sana Chan, pengawalnya masih setia berjaga. Ia menunduk hormat ketika Junhui lewat di depannya.
Junhui tidak menghiraukan Chan dan langsung masuk saja ke ruangannya.
"Tuan," panggil Chan mengurungkan langkah kakinya.
Junhui menoleh dan memandang Chan tajam.
"Daniel-ssi dan seorang tahanan melarikan diri dari istana. Seorang tahanan lainnya juga hilang dari selnya."
Junhui sudah menduganya.
Ia menghela nafasnya pelan dan melambaikan tangannya, mengusir Chan dari hadapannya.
Kriet!
Pintunya juga ditutup dari dalam.Junhui menghempaskan tubuhnya di atas kursi, menaikkan sebelah kakinya dan menatap kosong pada daun pintu.
Semua yang terjadi seakan sudah diprediksinya hingga ekspresinya bahkan tidak berubah sama sekali sekarang.
"Chan!" seru Junhui dari dalam.
"Iya, Tuan."
"Panggil Samuel Kim dari sektor pemakaman ke istana."
***
Hyungseob dan Woojin baru saja pergi dari kediaman Samuel.
Woojin tidak berkata apapun tentang siapa itu Samuel tapi Hyungseob jelas menganggap mereka berdua adalah teman baik sampai bisa menumpang dengan mudah.
Set!
Woojin tiba-tiba menarik lengan Hyungseob dan menyuruhnya merunduk di belakang semak-semak."Kau—"
"Shh," desis Woojin sambil menaruh telunjuknya di bibir.
Hyungseob menurut dan membiarkan dirinya merunduk di balik semak-semak, di samping Woojin.
Woojin mengintip dari bali semak-semak, melihat apakah dugaannya barusan benar.
Dua orang prajurit berjalan menuju rumah Samuel. Mereka tampak sedang berbicara serius dengan Daehwi.
Tak lama kemudian Samuel keluar dari rumah berpakaian bagus.
Ke mana mereka akan pergi?
"Hey, sudah belum?" ganggu Hyungseob menarik ujung lengan baju Woojin.
"Sebentar," bisik Woojin.
"Nah, sudah," ujar Woojin dengan volume suara biasa beranjak dari posisinya.
Hyungseob juga berdiri namun langsung berjalan keluar semak-semak.
Set!
"YAK!!" bentak Hyungseob keras-keras ketika Woojin menariknya lagi.
Woojin menaruh telunjuknya di bibir lagi, menyuruhnya untuk tidak membuat suara-suara bising.
"Ah, belum aman?" gumam Hyungseob.
Woojin menganggukkan kepalanya sambil mendorong Hyungseob ke belakang. Ia menyembulkan kepalanya dari balik pohon, memastikan dua prajurit tadi dan Samuel sudah berjalan cukup jauh dan tidak mendengar mereka.
"Sebenarnya ada apa?" tanya Hyungseob bingung.
"Jangan bicara keras-keras setelah aku mengatakan ini." Woojin memperingatkan.
"Tidak akan," balas Hyungseob.
"Aku vampir buronan istana."
Hyungseob melirik kedua mata Woojin sekilas dan terdiam selama beberapa detik.
"Apa?" serunya dalam volume rendah.
"Tidak aman bila kita berpapasan dengan prajurit istana atau penjara atau prajurit manapun."
"Lalu ke mana kita akan pergi sekarang?" panik Hyungseob.
"Ke mana tujuanmu?" tanya Woojin balik.
Hyungseob menatap Woojin bingung.
"Saat kita bertemu di hutan sihir, apa kau terpisah dari rombonganmu atau kau sengaja berjalan-jalan atau kau memang ingin menyebrang ke area vampir?"
Hyungseob mengangguk paham.
"Aku terpisah dari timku yang ingin menyebrang ke area vampir," jawab Hyungseob.
"Ke mana mereka akan pergi?"
"Hmm?"
"Ke mana tujuan mereka di sini?"
"Dia pasti akan selamat," tegas Hyungseob.
"Kau tidak perlu khawatir setiap saat karena seseorang akan menyelamatkannya," ujar Hyungseob.
"Sekarang, Wonwoo pasti sedang menunggunya."
Mingyu mendongak menatap lampu ruangan yang sedang menyala.
"Wonwoo menunggumu."
"Di mana mereka biasanya menyembunyikan sandera?"
Woojin tercekat.
"Di penjara."
"Ya, ke sana," balas Hyungseob mantap lalu menarik tangan Woojin.
"Di sana sarang prajurit. Kita harus menyusun rencana penyusupan terlebih dahulu."
***
To be continued
Kuakui chapter ini ngga sebanyak yang sebelum-sebelum dan mengandung banyak sekali pertanyaan ._.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] bewitched | svt & pd101 s2
Fiksi PenggemarKim Mingyu, seorang siswa SMA biasa sebelum secara tidak sengaja ia menenggak habis ramuan penyihir di botol minumannya. "Bukankah kau seharusnya tertimpa balok-balok itu? Kenapa sekarang kau baik-baik saja?" "Yak! Jadi kau ingin aku mati?" [ mult...