19.Kirana

107 12 5
                                    

Melody merapihkan buku-buku pelajarannya, mematikan lampu belajarnya, lalu bangkit dari kursinya.

Ia duduk di ujung ranjang dan hendak menarik selimut ketika ponselnya berdering, Melody mengernyitkan dahinya melihat nomor tidak dikenal itu.

Namun ia memutuskan mengangkatnya, mungkin salah sambung.

"Halo ?"

Hening, tidak ada sautan sama sekali.

Melody hampir memutuskan sambungan tersebut kalau saja tiba-tiba suara yang ia kenal tidak menjawab.

"Halo Melody...ini mama"

Deg.

"Ma...ma ?" Tanya Melody memastikan dengan terbata-bata, ia menarik nafas. Ia harus bisa mengendalikan emosi nya kali ini, tidak ada lagi Rangga yang akan memeluknya dan menenangkannya.

Ah, pelukan itu...

Tiba-tiba, Melody menjadi malu sendiri mengingat kejadian memalukan sekaligus mendebarkan itu. Hingga suara disana terdengar lagi.

"Iya Melody, ini mama. Mama mau ngomong sama kamu nak" suara itu terdengar sendu, atau setidaknya di telinga Melody.

"Ngomong aja ma" Melody berusaha untuk terdengar senormal mungkin, dan ia sudah lebih bisa mengendalikan emosinya.

"Mama mau ngobrol sama kamu, secara langsung. Kamu dan Mia, boleh ?"

Melody meneguk salivanya sendiri dengan susah payah, siapkah ia bertemu dengan sosok yang sudah bertahun-tahun ia rindukan ? Yang sudah meninggalkan luka yang dalam didalam hatinya dan kakaknya ?

"Ka...kapan ?"

"Besok, besok Sabtu"

Melody lebih terkejut lagi, ia tidak menyangka akan bertemu mamanya kembali secepat ini. Lalu ia teringat sesuatu.

"Ma, Kak Mia besok berangkat ke Bandung. Kayaknya dia gak bisa ikut"

"Oh yaudah gapapa, kamu aja, mama titip salam ke Kak Mia ya"

"Ii...iya ma"

"Besok, di Restoran yang dulu sering kita kunjungi bareng. Pukul 10 pagi ya, Ody bisa ?"

"Bisa ma, udah dulu ya ma. Ody ngantuk pengen tidur"

"Yaudah sayang, selamat malam"

Tanpa menjawab, Melody segera mematikan ponsel nya. Ia berusaha sebaik mungkin untuk terdengar biasa dan normal saat berbicara kepada mama nya tadi.

Tapi ia tidak bisa membohongi perasaan nya sendiri, perasaan sesak, rindu, dan sedih itu kembali berdatangan. Memori-memori lama nya bahagia juga berdatangan kembali, memori menyesakkan saat orangtua nya bertengkar hebat yang sudah ia kubur dalam-dalam kembali muncul ke permukaan. Melody perlahan berbaring dan menenggelamkan wajahnya ke bantal.

Ia terisak, sungguh ia tidak ingin seperti ini. Bagaimana mama nya bisa bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa sementara dirinya tidak ?

Melody benci ini, ia benci dirinya yang terlalu rapuh. Ia benci dirinya yang terlalu cengeng.

Tanpa sadar Melody menggumamkan nama Rangga dalam isakannya, lalu ia pun tertidur.

● ● ●

Melody merasakan hangatnya telapak tangan seseorang di dahi nya, ia membuka matanya perlahan.

"Mama ?"

Mama nya tersenyum, "Ody sakit ? Ko dahi nya panas ?".

Melody kecil mengangguk, "Iya maa. Ody abis main ujan-ujanan sama temen Ody kemaren. Maaf ya ma Ody nakal" ujar Melody dengan perasaan bersalah.

Melody Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang