"?!"
"jun-ah, tadi hyung melihat minghao."
omong kosong, pikir Jun. Ia sedang tidak mau berhalusinasi saat ini.
"hyung, bagaimanapun, orang yang sudah berbeda alam dengan kita, tidak bisa kita paksa untuk kembali hidup." kata Jun yang masih tidak percaya.
Hao mendengarnya walaupun samar-samar. ia hanya tinggal diam, dan pergi semakin menjauh dari Jun dan Jeonghan.
"bukannya tadi itu jun?" kata Renjun. Ia juga ikut mendengar apa yang dibicarakan.
"iya.. tapi sudahlah, besok aja lagi," Minghao pasrah dan mempercepat langkahnya dan ia pun jalan di posisi paling depan.
;— minghao's
aku memang sudah tahu Jun-gege akan berkata seperti itu, tetapi entah mengapa rasanya sakit sekali. dan ternyata Jeonghan-hyung menyadari keberadaanku...
"aku harus bagaimana? harus beneran mati kah?" batinku mulai berpikir negatif, tetapi aku langsung buru-buru melupakan pikiran negatif tersebut.
***
"eishaa-kun, sampe kapan mau liatin nomor telefon dia? dia juga enggak akan percaya sebelum lo buktiin sendiri." bukan bermaksud menyindir, tapi yang Yuta katakan adalah kenyataan itu sendiri.
kenyataan memang pahit. reality sucks.
dengan perasaan sedikit minder, Minghao mencoba menelfon Jun sekali lagi.
;— junhui
jun's house
Aku sedang menonton film favoritku, dan tiba-tiba ada telefon masuk.
[ incoming call - anonymous ]
"dia lagi. aku bosan sekali mendapat panggilan darinya. memangnya dia siapa? boss-ku yang harus kuangkat telefonnya tidak peduli kapan ia menelefonku? atau pacarku yang harus kukabari setiap waktu?" batinku kesal.
karena aku sudah muak, aku pun mengangkat telefonnya, maksudnya untuk memarahinya.
-
"siapa ini?"
"Gege lupa? sebegitunya kah?"
Aku muak dengan nada itu.
"Dengar ya, lo itu bukan siapa-siapa gue, lo itu hanya seorang stalker yang terus menguntit untuk ngehancurin reputasi gue. Benar itu, 'kan?!"
Penelefon itu terdiam.
"Ini Xu Minghao, gege-"
"Sudah cukup! bagaimanapun, Minghao udah nggak ada. Dasar penipu."
Aku langsung mematikan handphone-ku, dan menggeletakannya sembarang. Aku kesal sekali.
***
;— minghao's
Aku sudah tidak tahan lagi. kenapa Jun-gege berperilaku seperti itu padaku? Ini pertama kalinya ia marah padaku, dan aku sangat kecewa dengannya.
"eisha-kunn, ada apa?"
"hao-ie, dia bilang apa barusan?"
"lo kenapa? kok lo kelihatannya nangis?"
dan sekarang, teman-temanku menjadi bingung padaku. entah mukaku terlihat seperti orang yang menahan sakit saja.
"ngga, gak papa kok." senyum bodoh nan palsuku sudah mewakili seluruh perasaanku.
maafkan aku, gege.
mungkin sekarang kau sudah lupa denganku, bahkan kau membenciku.
tapi satu hal yang kau harus ingat, aku tidak pernah membencimu. aku memendam perasaan padamu, dan nyatanya malah begini.dan ketidakpercayaanmu itu akan keberadaanku.. ah sudahlah, mending aku mati saja.
cairan bening itu keluar dari mataku. ini pertama kali aku merasakan sakitnya ditinggal seseorang yang berharga. apalagi, jika orang itu adalah orang yang paling kudambakan, dan kucintai.
aku menangis. ya, me-na-ngis.
sekuat-kuatnya hati ini, akhirnya hancur juga.-
Dan sejak itu, Minghao telah tahu kebenarannya.
beberapa hari kedepan, Minghao berubah secara drastis. ia menjadi orang yang sangat pendiam, tetapi biasanya dia aktif. guratan senyum jarang terlihat di wajahnya. kalaupun tersenyum, pastinya itu hanya senyum palsu.
Sedangkan Jun, dengan kesibukannya sebagai aktor & model. Semakin hari, jadwalnya semakin sibuk.
Dan pada suatu kali, geng mereka reuni lagi. Tetapi hangout kali ini tampaknya berbeda. Karena cerita Jeonghan yang melihat Minghao beberapa hari ke belakang, semuanya pun gempar dengan kabar tersebut.
Bagaimanapun, Jun masih tidak percaya.