eighteen

1K 118 14
                                    

Aku pulang, dan bersiap-siap untuk makan malam bersama si Jebal. Ya, aku melakukannya dengan sangat terpaksa. Walaupun begitu, aku harus tetap menjalankan perintah ayahku.

-

"Renjun-ie."

Renjun langsung menghampiriku karena aku memberi kode, dan ia pun datang. Aku berbisik dalam bahasa Mandarin agar Mark tidak dapat mengerti.

"Kamu ikut temen Gege aja yah, dia bakal jadi mata-mata."

"Mata mata apaan-"

"Psst! Pelan-pelan aja ngomongnya!"

Renjun mengecilkan suaranya dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Aku menceritakan bahwa beberapa dari teman-temanku akan menyelinap mengikutiku, untuk sekedar jaga-jaga.

Setelah aku memberitahu Renjun rencananya, ia pun bersiap-siap, dan keluar terlebih dahulu, mengaku ingin bertemu dengan teman. Setelah itu, aku pun diantar Mark untuk pergi ke tempat Daniel mengajakku.

Aku hanya merenung, apakah semua rencana yang sebenarnya dicetuskan oleh Wonwoo ini (sebagai mata-mata) akan berhasil ataupun tidak.

-

Aku sampai di sebuah restoran, yang ternyata restoran milik Seungcheol-hyung. Aku tidak tahu kenapa Daniel mengajakku kesini, tapi yang pasti untuk date.

Setelah aku menemuinya, ia langsung menyambutku dan mempersilahkan aku untuk duduk. Menurutku ini bodoh, ia memesan tempat termahal di restoran tersebut, yaitu rooftop view. Daniel juga memesan banyak makanan yang aku sukai, entah apa maksudnya ia begitu. Mungkin ia mau menyogokku.

Semakin lama, Daniel semakin bertingkah sok romantis padaku.

Pria ini benar-benar membuatku muak, ingin aku menendang mukanya dan mematahkan tulangnya. Bahkan ia tetap memegang tanganku, walaupun dia tahu aku tidak suka diperlakukan begitu.

***

;- junhui's

"Tes tes, satu, dua, tiga." Wonwoo sedang mengetes walkie-talkie yang ia bawa, dan suaranya langsung terdengar di headset kecil yang dipasang di telingaku, Renjun, dan juga Woozi

"Nah, udah bener tuh." Woozi juga sudah mendengar jelas suara tadi. Akhirnya, kami berpencar untuk menjalankan misi kami.

Aku pun menyelinap dengan Woozi, sembunyi di balik tembok. Ini belum waktu yang tempat untuk menciduk Daniel.

-

;- minghao's

Aku semakin merasa tidak nyaman dengan Daniel. Tapi entah kenapa dia tidak mau perhatianku beralih ke yang lain.

Dan suatu ketika, dia bertanya begini.

"Hao-ie,"

"Apa?"

"Aku tau ini terlalu cepet, tapi.."

Ia membuka sebuah ring box yang sedari tadi dia pegang, dan ia pun menunjukkannya kepadaku.

Seperti yang kuduga, ia pasti akan melamarku, dengan alasan agar aku berpaling dari Jun-gege.

;- junhui's

Apa? Dia melamar Minghao? Secepat ini?

Aku langsung down seketika. Disaat aku harus merelakan, aku juga harus berjuang agar mendapatkan Minghao kembali, demi kebaikan.

Sekarang, emosi ku langsung memuncak. Aku benar-benar ingin marah, tapi Woozi bilang belum saatnya.

;- minghao's

"Aku nolak."

Daniel pun langsung membelalakkan matanya.

"Kenapa? Ulang sekali lagi?"

Ternyata benar, Daniel adalah seorang psikopat. Ia mengeluarkan sebuah pistol, dan aku tidak berani melawannya. Ia menarik kerahku dan mencekikku.

"Ulang sekali lagi?"

"Gak! gue lebih pilih mati daripada nikah sama lo!"

Klik.
Ternyata pelatuknya hampir tertarik, aku semakin ketakutan. Aku tidak percaya Daniel akan mengancamku seperti ini.

***

Daniel pun menarik pelan-pelan pelatuknya.

"Maaf, Myungho."

Tapi sesaat sebelum pelatuk benar-benar ditarik, Jun langsung datang dari belakang menyerang Daniel, alhasil Minghao pun terlepas dari Daniel.

Jun menyerang Daniel habis-habisan, sehingga Daniel tidak bisa lagi bangun.

"MATI LO! JANGAN PERNAH GANGGU MINGHAO LAGI!" Jun meluapkan seluruh emosinya. Daniel sudah berdarah-darah, mungkin, tapi ia tetap melawan, dan Jun juga ikut-ikutan babak belur.

Pistol tersebut tergeletak, dan entah Minghao mengambil pistol tersebut. Sesaat setelah itu, pistol tersebut disambar oleh Mark, dan mulai membidik ke Minghao lagi. Jun yang melihatnya langsung berlari dan memeluk Minghao..

Dor.

.

.

.

.

Tbc.

imaginary | junhao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang