nineteen

1K 123 7
                                    

Dor.

-

Suara lenguhan Jun yang menahan sakit pun terdengar. Minghao yang berada dipelukan Jun langsung melihat kondisi Jun, yang sedang menahan sakit. Air matanya jatuh, dan ia tidak mau Jun bertambah sakit.

Dor!
Entah kenapa peluru kedua tertembak dan mengenai tangan Minghao. Ia pun ikut tersakiti, dan jatuh tersungkur ke lantai, dan terkapar di sebelah Jun.

"Gege.. gege!" Minghao meraih tangan Jun, tapi Jun masih kesakitan. Teman-teman yang lain pun langsung membawa Jun agar penanganannya tidak terlambat.

Daniel, yang langsung tersadar, ia melihat Minghao yang tangannya sudah berdarah. Mark menembaknya dalam keadaan mabuk, emosi Daniel pun memuncak. Ia menonjok Mark tanpa ampun, dengan kata-kata umpatan, dan akhirnya setelah pistol tersebut lepas dari tangan Mark.

Dor.
Headshot mengenai kepala Mark, dan akhirnya bersimpah darah. Polisi sudah berada disitu untuk mengamankan lokasi, dan Daniel akhirnya.. menyerah dan dibawa oleh polisi.

***

;- minghao's

Aku terbangun di sebuah ruangan yang agak besar, dan ketika aku membuka mataku, teman-temanku langsung menanyakan apakah kondisiku baik-baik saja.

Walaupun aku senang nyawaku selamat, tapi pikiranku yang pertama adalah Jun-gege. Aku ingin tahu dimana keberadaannya sekarang.

"Jun-gege mana?.."

Semuanya langsung terdiam, tidak ada yang menjawabku. Woozi-hyung melihat Seungcheol-hyung, dan aku terbingung.

Aku khawatir dan takut di saat yang bersamaan. Lalu, masuklah seorang lagi kedalam tempatku, yaitu Renjun.

Ia mengaku baru saja ada yang memberitahunya bahwa Jun-gege harus mendapatkan operasi transplantasi ginjal dan transfusi donor golongan darah B secepatnya.

"Transplantasi.. ginjal?.." aku kaget dengan perkataan Renjun tadi. Ternyata ia tidak salah ngomong.

"Iya, tapi untungnya ada yang mau donorin ginjal buat Jun-gege." jawab Renjun.

Aku ingin bertemu dengan Jun-gege, setidaknya melihat dia juga sudah cukup.

"Ruang rawat Gege dimana?.."

"5 kamar dari kamar ini."

"Dih, kenapa ga bareng aja?"

"Full semua."

Karena aku tidak bisa berjalan karena luka tembak di kaki, Renjun pun mengambilkan kursi roda dan aku pun duduk di kursi roda tersebut. Aku keluar, dan diantar ke kamar Jun-gege.

.

Di kamar tersebut, ada Wonwoo bersama Mingyu yang sedang menemani Jun. Lalu pintu tersebut terbuka, ada Renjun yang sedang mendorong kursi roda Minghao.

Minghao tertunduk lesu, karena menurutnya itu adalah kesalahannya.

;- minghao's

Kebetulan, disitu juga ada Jeonghan-hyung yang mengantuk karena menemani Jun-gege, Mingyu sedang menemani Wonwoo karena kegelisahan Wonwoo yang berat.

Entahlah, biasanya Wonwoo pribadi yang agak 'cuek' diluar, tapi ketika ia mendengar Jun-gege terluka, kekhawatirannya melebihi dari aku.

Aku mendekatkan kursi rodaku kepada Jun-gege. Dia memakai masker oksigen agar bisa bernafas.

Jantungnya masih berdetak pelan, tapi aku menangis karena aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Jun-gege.

"Gege.."

"Maafin ya, gara-gara Hao, gege harus begini :') "

Ya, semua karena kebodohan dan kelalaianku, Jun-gege harus terluka. Ia memang bermaksud baik untuk melindungiku, tapi ia juga melukai dirinya.

"Gege jangan tinggalin Hao, Hao sayang sama Jun-gege."

Tentu saja aku mencintai Jun-gege dengan sepenuh hati. Ia seorang kakak, sahabat dan juga orang yang akan menjadi teman hidupku nanti.

Aku menangis, entah kenapa. Aku menyesali semua ini, andai saja aku tidak bertemu dengan Daniel, pasti Jun-gege tidak akan terluka seperti ini.

Aku memegang tangannya yang diperban, dan kugenggam layaknya aku tidak akan pernah melepasnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hao-ie."

Aku masih menggenggam tangannya, tanpa sadar bahwa sebenarnya Jun-gege sedang memanggilku.

"Minghao.."

Ternyata, itu benar dia.

"Ya.. gege?"

Jari-jari tangannya tergerak, Jun-gege mengangkat tangannya dan ia menghapus air mataku.

"Jangan nangis."

Ia masih membelai pipiku lembut.

Aku semakin mendekati Jun-gege, agar aku dapat mendengar apa yang dikatakan oleh Jun-gege.

"Ini.. bukan salah kamu.. gege salah, gak bisa ngelindungin Hao."

"...."

"Gege harus bisa ngejaga Hao, karena Gege mau buktiin ke papa Hao kalo Gege bisa jadi yang layak buat kamu."

"Gege.."

"Gege akui saja, gege memang nggak layak. Tapi, Hao kan masih mau terima gege apa adanya, iya 'kan?"

Senyum khasnya.. bahkan di saat sakit seperti ini.

"Gege udah berarti segalanya buat Hao, gege layak kok."

Aku masih menggenggam tangannya.

-

Dan tidak lama setelah itu, seorang dokter dan seorang perawat datang untuk mengantarkan Jun ke ruang operasi.

Secepat ini kah?

.

Aku yang masih ingin melihat Jun-gege pun ikut, hanya sampai pintu depan ruang operasi saja.

"Jun-gege.."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

tbc

imaginary | junhao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang