fifteen

1.1K 139 7
                                    

;- minghao's

Akhirnya, aku bebas untuk sementara!

Aku lega bisa kabur dari si Mark bodoh itu, dan  Daniel si jebal tidak akan mengetahui tentang itu. Untunglah Vernon datang di saat yang tepat, karena aku sudah mempunyai firasat Mark akan  menjalankan 'misi rahasia'-nya.

Ah sudahlah lupakan, lagian kenapa aku berpikir sampai sejauh itu.

Disaat aku senang bisa bertemu lagi dengan Jun-gege, aku juga punya rasa bimbang & khawatir.

Apakah aku memang harus mengakui yang sebenarnya bahwa aku dijodohkan dengan Daniel oleh ayahku? Aku memang takut Jun akan kecewa, tapi aku tidak mau Jun-gege sakit hati di kemudian hari. Aku hanya melamun memikirkan hal bodoh itu.

"Myungho?" tanya Vernon, yang bingung mengapa aku melamun sedari tadi.

"Eh-- Yak?" lamunanku terpecah olehnya.

"Kenapa?"

"Ng-nggak papa," jawabku sambil geleng-geleng kepala.
.

Kami pun sampai di markas kami, yaitu apartemen lama milik Seungcheol-hyung, yang lalu diubah menjadi markas untuk geng berisi 13 orang.

Saat aku dengan Vernon memasuki kediaman mereka, anggota geng sudah full semua. Mereka semua menyambutku, dan yang paling senang dalam penyambutanku adalah.. Jun-gege.

Memang kebetulan malam ini kami sengaja berpakaian rapi, karena Seungcheol-hyung mengaku akan membayarkan kami makan malam.

Entah dimana itu, pastilah mahal, karena Seungcheol-hyung adalah seorang yang terpandang kaya di geng kami.

Kami berbincang-bincang, bergurau bersama, sama seperti yang kita lakukan sama seperti waktu kami masih jaman-jaman SMA. Pertemanan kami memang tidak akan terpisahkan, bahkan setelah 10 tahun.

Disamping itu, aku juga dapat menikmati waktu bersama Jun-gege.

-

Setelah makan malam, Seungcheol-hyung mengajak kami berfoto.

"Guys, kan udah lama nih kita gak fotbar.." kata Seungcheol-hyung yang sedari tadi ingin ngomong, dan akhirnya kesampaian juga.

"Boleh!" timpal yang lain, disambut dengan respon positif.

"Hao bawa kamera, nih," beruntung, kamera kecil-ku selalu ada.

Kami pun mengambil posisi untung berfoto, dan aku membuat setting agar kamera tersebut dapat countdown untuk memfoto kami.

Ckrek!

Ckrek!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Setelah itu, satu persatu pun pamit untuk berpisah, karena sudah larut malam.

Jun-gege pun mengajakku pulang kerumahnya. Setelah sampai, aku mandi dan setelah mandi aku hanya berbaring di ranjang di kamar tidur Jun-gege.

Sungguh, malam ini akan menjadi menyenangkan.

Malam bersama Jun-gege tidak pernah mengecewakan, pasti ada saja kegiatan yang kita lakukan bersama.

Tapi aku baru ingat aku harus masuk kerja di kantor baruku besok, sebagai sekretaris si jebal (read: Daniel)

hh, karena soal Daniel, aku jadi bingung lagi. Aku hanya bisa menatap kosong layar tivi yang ada di depanku, lalu Jun mendekatiku, dan memegang tanganku.

"Sayang, kenapa?" tanya Jun yang menggenggam tanganku, aku masih terdiam.

Aku masih tidak punya keberanian untuk memberitahunya.

"Kamu kenapa, Hao? Tadi di reuni kamu ok-ok aja."

Aku masih terdiam, hanya menggenggam erat tangan Jun.

"Gege.."

"Kenapa, sayang? Ada yang bikin kamu nggak nyaman?" Jun memang serba tahu menahu cara untuk merayuku.

Aku menghela nafasku, dan mulai berbicara.

"Gege tahu? Papa nggak ngerestuin hubungan kita. Alasan Hao pindah ke Korea adalah ngikut Papa."

Deg.

***

;- junhui's

Memang agak janggal mendengar perkataan tersebut keluar dari mulut Hao, tapi mungkin ia ingin berbicara serius denganku. Perasaannya sedang terlihat kecewa, dan aku tahu itu.

"Terus..?"

"Alasan Hao keluar dari kerjaan Hao adalah,"

"Hao dijodohin sama orang lain."

-

Apakah sesuai dengan perkataan Mark itu? Ia benar-benar memberitahukan yang sebenarnya.

Menyakitkan, sih.

"Hao dijodohin sama orang yang namanya Kang  Daniel. Dia itu co-CEO perusahaan ayahnya, terus sekarang aku harus kerja sebagai sekretarisnya.

Dan mungkin, pasti dia bakal ngelamar Hao. Aku ngasih tahu ke Jun-gege biar gege nggak sakit hati dikemudian hari."

Minghao mulai menangis, dia tidak dapat menahannya. Ia mengaku kecewa dengan keputusan ayahnya, tapi apa daya dia harus mengikuti perintah ayahnya.

"Tapi, mau bagaimanapun, Hao sayangnya sama Gege, bukan sama Daniel...."

"...Hao ga mau dijodohin sama orang begitu, aku masih sayang sama Gege..." tangisnya pun meluap. Aku tidak tega melihatnya seperti ini.

Menyakitkan sekali ketika mendengar ini, aku merasa kalau aku telah diduakan oleh Hao. Dan perlahan, airmataku jatuh, tapi aku langsung menghapusnya.

Aku pun memeluk Hao dengan erat.

"Hao.."

"Mau bagaimanapun, Gege gak bakal ngerelain kamu sama orang lain,,.."

"...karena Gege sayang sama Hao :') "

Aku melepasnya dari pelukanku, dan menghapus airmatanya lembut.

"Gege mungkin emang ga layak, kayak yang Papa kamu bilang. Tapi hati Gege cuma buat satu orang, yaitu kamu. Xu Minghao."

***

tbc :)

imaginary | junhao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang