Lima

6.2K 312 1
                                    

Rumah dan Keluarga, dua kata penuh arti itu yang terngiang dibenak Thifa sepanjang pemutaran film, bahkan gadis itu lebih suka mengamati interaksi keluarga ini dari pada film yang diputar dilayar LCD besar didepannya. Keluarga yang dulu sempat ia miliki namun kini semua telah berubah

Saling bercanda, mengejek, bahkan beradu mulut, ah jangan lupakan wanita anggun yang dengan sabar menanggapi kemanjaan anak-anaknya walaupun mereka sudah beranjak dewasa, menyediakan makanan ringan untuk para remaja itu dengan senyuman ramah diwajah cantiknya, ugh. Sungguh pemandangan yang tidak akan dia dapat dirumahnya

"Ma, kan Mba Roro lagi pelatihan Kak Kinan sama Kak Thifa boleh nginep disini ga?" tanya Gitta yang membuat kedua gadis pemilik nama itu membelalakan mata, pasalnya mereka tidak tau-menau masalah acara menginap itu

"Eh, Gitt.. Kan main doang..." protes Thifa yang diangguki oleh Kinan

"Ih kak Thif, temenin aku nanti aku bisa dibully sama mas Edo apalagi ga ada Mba Roro dan Mba Ina.."

"Lah, kan Mba Ina ada.." sergah Kinan, gadis itu bukannya tidak mau menginap disini tapi Mamanya itu akan rempong kalau dia ingin berpergian sampai menginap

"Ya tapi kan aku ga bisa tidur sama Mba Ina.. Ada Mas Haris.." grutu Gitta dengan bisikan ketus diakhir kalimatnya, Sabil mengulum senyum seraya menggeleng pelan keponakannya itu masih saja tidak terima kenyataan kakak sepupunya sudah menikah dua bulan lalu

"Kasian anak kecil udah ga ada yang bela ya..." tiba-tiba suara bariton terdengar dari arah ruang tamu membuat semua yang disana menoleh

"Mas! Jangan diganggu adiknya.." tegur Mama Sabil saat melihat wajah kesal Ckal yang langsung mendapat cengiran lucu dari putranya, tanpa rasa malu pria 21 tahun itu melangkah ketempat sang Mama berdiri, merengkuh tubuh wanita anggun itu manja bahkan menciumi pipi mamanya berkali-kali.

Menyiratkan begitu dekatnya hubungan keluarga itu, tanpa sadar Thifa mendesah lirih rasa iri menyeruak dalam dirinya. Ya, dia iri dengan keluarga ini, sungguh keluarga yang selalu dia harapkan keluarga yang memiliki banyak cinta dan kehangatan didalamnya.

(っ°▽°)っ💙(っ°▽°)っ

Angin berhembus kencang menambah kesejukan suasana sore hari ini, suara tawa renyah dari beberapa gadis yang sedang menikmati secangkir teh ditaman belakang rumah besar itu pun menjadi kesenangan tersendiri untuk seorang pria yang sedari tadi setia berdiri dibalkon lantai dua

Manik hitamnya terpaku pada satu titik, gadis cantik dengan tawa mempesona yang sedang bercanda ria dengan teman-temannya, tanpa sadar tawa itu menyebabkan lekungan indah disudut bibir pria yang daritadi memperhatikannya, lekungan itu makin melebar setiap kali tangan gadis cantik itu bergerak menyelipkan anak rambutnya yang terbang terkena angin, kebelakang telinganya. Seolah gerakan tadi begitu mempesona hingga membuat degup jantung sang pria berpacu hebat

"Berhenti tersenyum seperti orang gila kalau memang lo berani mengambil segala konsekuensinya datangi dan akui perasaan lo.."

Suara lembut namun terkesan ketus memudarkan senyuman diwajah pria bermanik hitam itu, dia memutar tubuhnya hingga kini berhadapan dengan wanita yang sudah mengganggu kesenangannya

"Eh.. Mba Inaa.. Kapan dateng Mba? Tumben ga ngemis minta jemput.." celetuknya dengan cengengesan tengil diwajah tampan itu.

Gadis yang dipanggil Mba Ina tadi mendengus lalu melangkah kepagar pembatas balkon sembari mencepol asal rambut panjangnya. Setelah berdiri disamping pria tegap itu Manik matanya mencari objek yang dia yakini menjadi alasan senyuman tidak jelas sang adik.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang