Tigapuluhtiga

5K 302 13
                                    

     Rumah besar yang beberapa tahun ini selalu sepi, hari ini tampak ramai, mobil dengan berbagai merk terparkir dipekarangan rumah. Orang-orang di dalam rumah itu tampak sibuk mempersiapkan acara yang akan diadakan beberapa jam lagi. Sebuah mobil yang baru saja tiba langsung terparkir dipinggir jalan bersama dua mobil lain yang lebih dulu diparkir disana karena pekarangan rumah hanya mampu memuat 3 mobil dan kini sudah penuh.

Seorang pemuda keluar dari mobil itu dan langsung melesat masuk kerumahnya, sudah hampir 6 bulan dia tidak pernah pulang paling hanya menelpon keluarganya saat merindukan sang Mama atau sang Papa. Sesampainya di ruang keluarga pemuda itu mendapat sambutan dari keluarga besarnya, dia menyalami dan menyambut pelukan satu persatu anggota keluarganya dari Oma, Opa, Tante, beberapa saudara Oma dan orang tuanya.

"Katanya mau pulang kemaren, Sa.. Kenapa baru sampe.." protes sang mama yang menjadi orang terakhir mendapat pelukannya

"Maaf ma, surat izin Esa ga ke proses jadi mau ga mau harus kelarin shiftnya dulu.." katanya lalu mengecup kedua pipi sang Mama, membuat wajah masam wanita dewasa itu berubah sumringah

"Ooomm Ilooo..." pekikan cempreng terdengar, pemuda tadi memutar tubuhnya kearah bocah perempuan bertubuh tambun yang tengah berlari kearahnya, dia berlutut seraya merentangkan tangan bersiap menyambut bocah gempal itu, yang beberapa saat kemudian sudah menubruk dan memeluk Esa erat

"Astaga Sandra kamu makan apa bisa bulet kaya bola bekel gini.." komentar Esa sembari membelai sayang belakang kepala keponakannya itu, bukan maksud meledek sebenarnya hanya inilah cara dia menunjukan rasa sayangnya, tapi malangnya disalah artikan oleh ibu sang bocah

Pletak

"Aawss.." Esa mendongak menatap nyalang kakak perempuannya yang menjadi tersangka penjitakkan pada kepalanya, bukan takut Erina malah makin melotot tajam seolah siap menguliti adik bungsunya itu

"Sekali lagi lo bilang anak gue bulet, gue rendem lo pake minyak tanah biar tau rasa.." ancam Erina mengundang kekehan dari keluarganya yang menyaksikan tingkahnya sementara Esa sudah membrengut kesal. Percuma saja dia melawan, yang ada makin runyam melawan emak-emak hamil seperti kakaknya ini

Karena semua persiapan sudah selesai, mereka memilih bercengkrama diruang tengah duduk lesehan dengan karpet tebal menjadi alasnya, mereka mengobrol membicarakan apa saja yang bisa dibicarakan bercanda dan tertawa. Inilah yang paling disukai saat ada acara keluarga seperti ini semua keluarga Edgar akan berkumpul meluangkan waktu mereka

"Udah tau jenis kelaminnya, Er?" tanya Oma Amel, Erina tersenyum seraya mengelus perutnya yang membuncit

"Udah Oma... Cewe lagi.." sahut Erina mengundang senyum lembut dari semua yang ada disana

"Tuh kan bener.. Aku udah tebak loh mba.. Soalnya bentuk perutnya itu sama banget waktu hamil Sandra.." celetuk Oma Lia-Adik Oma Amel- semangat

"Iya ya.. Waaah Edgar.. Kalau Cicit Mama cewe semua gimana nih.." goda Oma Amel, membuat Esa yang sedang bermain dengan Sandra tersedak air liurnya sendiri hingga terbatuk-batuk

"Kenapa lo, Sa? Ga ada angin ga ada hujan heboh sendiri.." nyinyir Erina, tangannya bergerak menepuk-nepuk punggung Esa yang ada disebelahnya

Esa bergerak gelisah, sebenarnya dia ingin sekali menyampaikan pada keluarganya kalau ada seorang anak lain yang memiliki darah keluarga ini, tapi dia tidak bisa janjinya kepada Ibu anak itu sungguh sangat memberatkan dia untuk bicara

"Engga.. Eh Mas Edo mana Mba?" tanya Esa berusaha mengalihkan dirinya dari rasa bersalah, tapi ternyata pertanyaannya justru membuat suasana tiba-tiba canggung. Semua karena Edo, pria humoris yang dulu selalu meramaikan suasana saat acara keluarga seperti ini kini tidak ada lagi. Seolah sudah mati bersamaan dengan perceraiannya bersama sang istri

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang