Tigapuluhlima

5.5K 316 8
                                    

Mobil-mobil berbagai warna dan merk meluncur dengan kecepatan rendah sesekali berhenti karena jalan pusat ibukota yang lumayan padat, begitulah nasib siapa saja yang memilih berkendara di kota metropolitan disaat waktu jam sibuk, terjebak selama berpuluh-puluh menit atau bahkan berjam-jam menambah tingkat stress bagi pengguna jalan. Kemacetan memang menjadi salah satu PR pemerintah kota yang belum juga terselesaikan

Tapi setidaknya stres itu tidak berlaku untuk seorang pemuda di dalam mobil honda Civic putih, dia mempunyai kiat khusus untuk mengisi kebosanannya saat terjebak kemacetan di jalan raya. Pemuda itu akan menyetel radio type mobilnya dengan volume besar dan akan bernyanyi-yang lebih seperti berteriak tidak jelas- mengikuti lagu yang diputarnya seperti sekarang ini. Dia terjebak kemacetan saat perjalanan pulang ke rumah orang tuanya dari rumah sang kakak

Walau sebenarnya emosinya sempat tersulut karena tingkah bodoh kakak laki-lakinya itu ditambah suara omelan kakak perempuannya sebab dia tidak ada saat dibutuhkan untuk membantu dirumah, setidaknya bernyanyi dan berteriak seperti ini bisa membuat perasaannya lebih ringan

"Bukan lagi menjaga kakak ipar melainkan menjaga cinta pertama.." ujarnya diiringi kekehan geli saraya memukul pelan roda kemudi mobil "Aahh, harusnya gue lebih memprovokasi lagi tadi.. Ck payah dah.." desah pemuda itu lagi-lagi dengan kekehan geli.

Masih terbayang jelas dibenaknya bagaimana ekspresi kaget, marah serta ketakutan kakak laki-lakinya saat Ia mengatakan satu fakta yang mungkin akan dikembangkan oleh pikiran negatif yang tak jarang menjadikan kakaknya itu bodoh.

ah manusia dengan segala persepsinya.

Pemuda itu mengetuk-ngetuk jarinya diroda kemudi, sedikit demi sedikit mobilnya merayap mengikuti barisan mobil-mobil yang mengular sembari otaknya berputar mencari cara agar kakaknya itu bergerak untuk setidaknya bisa tau fakta bahwa ada seorang anak yang menunggunya datang, karena jujur saja selama 2 tahun menyimpan rahasia itu sungguh sulit baginya ditambah wajah sedih keponakannya kemarin yang menangis dalam diam karena dituduh berbohong soal mempunyai Ayah oleh teman-temannya

"Om dokter bohong ya sama Ethan? Sebenarnya Ethan ga punya Papa kan? Papa ga akan datang buat nemuin Ethan kan?"

"Hey, Jagoan tidak boleh nangis.. Dengar oom ga bohong, Jagoan.. Ettsan punya Papa.. Nanti kalau udah waktunya Papa pasti dateng tapi sekarang Ethsan harus jadi anak yang baik dulu dan bersabar.. Om janji papa pasti dateng.."

Esa mendesah gusar mengingat ucapan keponakannya yang dihiasi lelehan airmata dan ingus saat itu. Dia juga menyesali ucapannya yang seolah memberi harapan tinggi padahal disisi lain dia bahkan tidak mampu mengatakan yang sebenarnya karena terlanjur janji dengan Thifa

"Harus gimana lagi supaya si bodoh itu bergerak..." desisnya frustasi seraya menumpukan keningnya diatas punggung tangan yang mencengkram roda kemudi tak lama karena beberapa detik kemudian dia mengangkat lagi kepalanya saat sebuat ide muncul. Dengan segera dia mengambil ponselnya di dashboard mobil lalu mulai menyibukan diri

Esabillo.Bim_

Bim_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang