Enambelas

4.1K 258 5
                                    

Hari ini adalah sarapan pertama Thifa dirumah orangtua Edo setelah resmi menjadi bagian keluarga ini. Saking antusiasnya pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan membantu Mama mertuanya menyiapkan sarapan serta menata meja makan. Jam menunjukan pukul 6 tepat, meja makan mulai terisi kursi diruang makan keluarga Edgar kini penuh bahkan Esa harus menarik satu kursi tambahan agar cukup.

Saat memulai sarapan Thifa menunggu Mertua dan saudara-saudara iparnya mengisi piring mereka terlebih dulu, sebenarnya dia agak sedikit canggung dengan keadaan ini. Apa lagi saat Mama dan Mba Erina menatapnya penuh arti setelah selesai mengisi piring suami masing-masing

"Thifa, ga mau ngambilkan makan untuk Edo?" suara lembut Mama mertuanya membuat Thifa gelagapan karena sekarang perhatian semua anggota keluarga berpusat padanya

"Eh-engg.."

"Edo bisa ambil sendiri kok Ma..." bela Edo yang melihat kebingungan Thifa, tangan Edo sudah akan terulur untuk mengisi piringnya saat Erina memukul kecil tangannya

"Thifa sayang... Dengerin Mama yaa.. Kalau sudah bersuami itu hukumnya wajib melayani setiap kebutuhan suami kita, mulai dari makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya.. Dapet pahala loh.." ujar Mama Sabil membuat Thifa makin salah tingkah.

"Aahaha.. Gitu ya Ma.. Ya deh makasih Ma udah dibilangin.." Thifa tertawa kikuk, lalu mulai mengisi piring Edo tetap dengan tatapan semua keluarga tertuju padanya

"Orek tempenya itu makanan kesukaan Edo.." suara pelan dari sampingnya membuat pergerakan Thifa berhenti, dia menoleh kearah Roro dan Edo bergantian.

"Mas suka orek tempe? Bukannya Mas alergi kedelai ya?" tanya Thifa polos, membuat Roro terkejut sementara Erina tersenyum sinis, dia melihat saat Roro membisikan sesuatu pada Thifa barusan karena tempat duduknya kebetulan berhadapan dengan Thifa

"Iya aku alergi, Jangan pakai orek.. Nanti aku ga bisa antar kamu kesekolah.." jawab Edo lembut mengundang kerutan didahi gadis itu

"Tapi tad--"

"Ah, kamu baru sebulan jadi istri aja udah tau banget Edo yaa... Makanya Thif, mulai sekarang biasain ngurus segala kebutuhan suami kamu.. Buat dia bergantung sama kamu, Laki-laki itu tidak akan macam-macam kalau sudah bergantung pada istrinya, Ya kan, Ma?" Erina menyerocos menyela ucapan Thifa, dia sengaja mengatakan itu untuk memberitau Thifa sekaligus menyindir agar Roro tersadar akan status adiknya sekarang

"Iya benar.. Itu salah satu trik agar makin disayang suami.." Mama Sabil membuat yang lain terkikik geli lalu setelah itu tidak ada percakapan lagi mereka melanjutkan acara sarapannya

Thifa sangat merasakan perbedaan antara keluarganya dan keluarga Edo, walaupun tidak terlalu banyak percakapan yang terjadi tapi gadis itu masih bisa merasakan kehangatan dari keluarga ini, tidak seperti keluarganya dingin dan menyesakan.

Dalam hati dia bersyukur setidaknya untuk sementara, ya untuk sementara dia ingin menikmati kehangatan dari keluarga ini dihidupnya, sebelum nanti ketika saatnya tiba dan dia harus pergi dari keluarga ini untuk melanjutkan kehidupannya sendiri.

(っ°▽°)っ💙(っ°▽°)っ

Kehidupan Thifa benar-benar berubah, dulu dalam hidupnya dia hanya tau rumah yang seperti neraka, Orangtuanya yang menciptakan neraka itu karena selalu bertengkar, dan sekolah yang menjadi tempat favorietnya karena disana dia bisa merasakan sedikit kebahagiaan, yabahagia karena setidaknya disekolah dia memiliki Gitta, Kinan, Wenda dan Esa, sahabatnya yang selalu menemaninya dan tulus berteman dengannya bukan karena dia anak seorang public figure

Tapi sejak memasuki rumah keluarga Edo, hidup Thifa benar-benar dipenuhi warna, pagi yang selalu diawali dengan bangun dalam dekapan Edo, sholat subuh bersama, sarapan yang penuh kehangatan keluarga, Edo yang mengantarnya sekolah lalu akan pulang bersama Gitta dan Esa yang tak jarang berakhir dengan ocehan tidak suka Edo karena ketiga remaja itu hangout bersama hingga pulang terlambat. Intinya kini senyum lebar sangat sering tersungging diwajah cantik Istri Edo itu.

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang