Seperti sudah tersetting dalam otaknya, seorang wanita tersadar dari alam mimpi tepat saat jam menunjukan pukul 5.30 pagi, setelah melakukan sedikit perenggangan otot tubuhnya, ia turun dari ranjang dan melangkah menuju kamar yang terletak pesis disamping kamarnya. Senyuman indah merekah diwajahnya setiap kali melihat bocah laki-laki terlelap diatas ranjang Queen size, tangan dan kaki mungil bocah itu terbentang menguasai hampir seluruh ranjang, selimut nemo yang harusnya menutupi tubuh mungil itu sudah teronggok mengenaskan dilantai. Dia meringis saat melihat wanita cantik yang terlelap ditepi ranjang, bergerak sedikit saja mungkin tubuh itu akan jatuh
Wanita tadi melangkah mendekat membenarkan posisi tidur bocah itu, menyelimuti tubuhnya lalu mencium kening dan kedua pipi tembem yang masih terdapat bekas liur itu dengan gemas, mengabaikan sang anak yang menggeliat karena tidurnya terusik
Puas memandangi wajah tampan putranya, Dia bergegas mandi dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang umat beragama lalu pergi kedapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan dua orang yang menjadi sumber kekuatan dalam hidupnya beberapa tahun belakangan ini
"Kenapa ga bangunin Mama, Thif..." suara lembut dari arah belakang membuatnya terkesiap lalu tersenyum menyambut wanita muda dengan status Ibu keduanya
"Pagi ma... Tadi mama keliatan capek banget.. Repot ya Ma ngurus Ethsan pasti.." sahutnya dengan wajah tidak Enak, Lestari tersenyum tenang lalu mengambil gelas dan cangkir, mulai membuat susu dan teh untuk mereka
"Repot sih engga, cuma pas malam aja dia agak rewel karena mamanya belum pulang.." Kedua wanita yang memiliki selisih usia tidak terlalu jauh itu tertawa kecil, sembari terus melanjutkan aktivitas mereka masing-masing, mereka membicarakan keseharian serta tingkah bocah menggemaskan bernama Ethsan itu
"Susah sih jadi anak ganteng, digosipin sana-sini.." tiba-tiba suara cempreng yang terdengar serak mengintrupsi obrolan kedua wanita itu, keduanya menoleh menatap bocah yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka sedang mengucek matanya dengan Nemo -Selimut kesayangannya- yang tersampir dibahu bocah itu menjuntai hingga ke lantai -persis seperti ekor gaun pengantin-pikir Thifa.
"Selamat pagi, anak ganteng... Uhh Mama kangenn.." Thifa melangkah cepat lalu mengangkat tubuh yang tidak bisa dibilang enteng itu kedalam gendongannya dan memberi ciuman gemas di seluruh wajah putranya meski bocah itu terus bergerak menghindar
"Aduh.. Aduhh... Ma, ih Ma Nemo jatuh Maaaa Nemo Etann.." rengek Bocah itu dengan pekikan histeris sembari berusaha turun dari gendongan sang Mama. Thifa dan Lestari terkekeh melihat wajah sebal pria kecil berusia 4 tahun itu
"Iihhh Awas aja... Mama nakal bikin Nemo jatuh.. Aku aduin Om dokter nanti, biar disuntik.." gerutu bocah itu mengancam sang Mama sembari menghentak-hentakan kakinya kesal kembali ke kamar omanya, Sementara kedua wanita tadi saling bertatapan lalu kembali tertawa geli melihat tingkah Ethsan, bocah menggemaskan yang menjadi alasan utama untuk mereka tersenyum dan bahagia.
(っ°▽°)っ💙(っ°▽°)っ
Meja makan rumah minimalis itu terdengar heboh hanya dengan celotehan bocah yang super bawel menceritakan kepada Mamanya tentang kesehariannya bermain di playgroup, sesekali dia membuka mulutnya menerima suapan rice omlet sarapan favorietnya dari Mama.
Dengan sabar Thifa mendengarkan, menanggapi dan menyuapi putra kesayangannya itu, sementara Lestari yang sudah lebih dulu menghabiskan makanannya kini memilih menyuci pakaian, dia memang tidak mengizinkan Thifa untuk mempekerjakan asisten rumah tangga karena masih merasa mampu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri
Kehidupan memang tidak ada yang tau, setelah kepergian suaminya dua tahun lalu karena kecelakaan pesawat hubungannya dengan istri tua suaminya menjadi lebih baik. Ratih memilih berhenti dari dunia keartisannya dan melanjutkan bisnis mendiang suami mereka sementara dirinya lebih memilih menemani wanita yang sudah dia anggap sebagai anak sekaligus adik itu mengurus anaknya di sini, walau masih cukup muda tapi Lestari tidak berencana menikah lagi sebab kenyataannya dia bukan wanita sempurna rahimnya sudah diangkat tiga tahun lalu karena penyakit yang dideritanya. Sementara Thifa sendiri kini memiliki usaha resto dan kafe kecil-kecilan sembari menyelesaikan studi S1-nya.
"Jagoaann, Oom datangg.." suara bass yang sangat dikenal Ethsan membuat bocah itu langsung turun dari kursi, berlari dengan kencang membukakan pintu untuk orang yang berteriak didepan pintu rumahnya
"Om dokter Mama nakal cepet suntik!!" pekiknya saat melihat pria yang sangat dikenalnya berdiri dengan sebuah kotak berukuran cukup besar ditangannya
"Loh? Kenapa? Ga mau terima ini dulu.." tanya pria yang dipanggil Om dokter sembari menyodorkan kotak ditangannya, wajah kesal bocah itu lenyap seketika berganti dengan binar penuh kebahagiaan
"Woaaaaahh... Papa kirimin aku hadiah lagi?" pekiknya senang lalu berusaha memeluk kotak itu dengan tangan mungilnya lupa dengan niat awalnya melaporkan kenakalan sang mama pada Oomnya, wanita yang berdiri tak jauh dari sana menghela nafas lelah, lagi-lagi hatinya terasa nyeri
Manik mata wanita itu bersitatap dengan manik milik pria yang dijuluki Om Dokter itu, pria itu tersenyum menenangkan seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.
(っ°▽°)っ💙(っ°▽°)っ
Mobil milik Om dokter-nya Ethsan berhenti didepan sebuah bangunan bercat warna-warni dengan plang bertuliskan 'TK and Playgroup Pelangi' setelah mengantar Ethsan dan Lestari mobil itu kembali melaju menuju Resto dan Kafe yang didirikan oleh ibu satu anak yang duduk dijok samping pengemudi itu
"Lebih baik mulai sekarang jangan bawa hadiah atau mainan lagi untuk Ethsan, Sa.." kalimat itu yang terlontar pertama kali memecahkan keheningan diantara keduanya
"Kenapa?" tanya pria itu santai tanpa mengalihkan pandangan dari jalan raya dihadapannya
"Ethsan akan makin berharap Papanya hadir, Sa!" suara Thifa meninggi menandakan emosi yang mulai terpancing membuat Esa menghela nafasnya, Ya Esa, adik dari Edo itu berhasil menemukan Thifa dua tahun lalu saat mengikuti mobil jenazah yang membawa jasad ayah wanita itu dari bandara. Dan memutuskan mengambil KKN didaerah ini agar dekat untuk menemani serta melindungi Thifa dan keponakannya
"Gue yakin mas Edo akan hadir kalau lo ga melarang gue untuk bilang yang sejujurnya, Thif.." lirih Esa, rasa bersalah sebenarnya bukan hanya kepada Edo tapi juga kepada keluarganya, keluarganya yang begitu merindukan Thifa dan beberapa kali mencari keberadaan wanita itu. Kalau tidak karena Thifa yang memohon padanya untuk merahasiakan semua mungkin dari awal dia sudah menceritakan pada semua keluarga tentang keberadaan Ethsan.
"Gue belum siap, Esa... Please mengerti posisi gue.." ujar Thifa dengan suara bergetar, selalu seperti ini dan Esa selalu mengalah kalau sudah nada itu yang digunakan Thifa. Sisa perjalanan baik Thifa ataupun Esa memilih diam, membiarkan keheningan menyelimuti mereka
"Huft... Baiklah.. Lusa ada acara dirumah, siang ini gue balik ke Jakarta untuk beberapa hari.. Jaga diri lo dan Ethsan ya. Kalo ada apa-apa telpon gue..." Ujar Esa sebelum wanita disampingnya itu turun dari mobilnya, pergerakan tangan Thifa yang hendak membuka pintu mobil terhenti untuk beberapa saat dia terdiam sebelum akhirnya memutar tubuhnya menghadap Esa seraya menyunggingkan senyum terbaiknya
"Jangan khawatir kami akan baik-baik saja.. Lo hati-hati dijalan.. Gue masuk ya, Bye.." Thifa menepuk bahu Esa pelan sebelum benar-benar turun dari mobil pemuda itu dan masuk ke Kafenya meninggalkan Esa yang tersenyum getir sembari menatap nanar punggung Thifa yang menjauh
"Ya, lo akan selalu baik-baik aja.. Lo wanita yang kuat, Thif.."
🆙🆙🆙
Tbc
Aku mencoba sebaik dan secepat mungkin biar bisa segera up tapi nyatanya otakku mulai ngadat dicerita ini 😂
Maafkan yaaw
Jangan lupa vote dan commentnya yaa
LoveZat💙
17 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
RomanceHey Ada yang Baru nih.. Sequel dari My Gorgeous Student sudah hadir loh hohoho Ketika Cinta yang suci menjadi terlarang... Ketika Cinta yang seharusnya indah jadi menyakitkan.. Ketika Cinta terlambat disadari... Bagaimana cara "Dia" memperbaiki semu...