Duapuluhtujuh

4.8K 280 12
                                    

     Thifa memasuki rumah Orangtua Edo dengan wajah berseri-seri, bahkan cara jalan wanita itu berbeda dia berjalan menjingkrak persis anak TK yang dibawa liburan orangtuanya. Sebuah fakta yang baru di dapatnya membuat kebahagiaan wanita 18 tahun itu memuncak, senyuman tidak lepas dari wajah cantiknya bahkan saat menyapa Gitta yang sedang berada diruang tengah, melihat tingkah aneh Thifa tentu saja gadis itu merasa heran

"Mba Thif, kesambet dimana lu siang-siang begini?" celetuk Gitta menyuarakan keheranannya. Namun jawaban yang didapat hanya gidikan bahu dan kekehan tidak jelas dari sahabat sekaligus sepupu iparnya itu

"Mamaa.." Pekik Thifa girang saat melihat wanita paruh baya keluar dari arah dapur, wanita itu berlari kecil kearah mama mertuanya merengkuh lengan Mama Sabil lalu bergelayut manja serta memberikan kecupan ringan dipipi, jangan lupakan senyuman lebar dari wajahnya mengundang senyum anggun dari wanita cantik yang tak lagi muda itu

"Kamu sudah pulang? Dari mana tumben pergi sendiri?" Thifa hanya cengengesan menanggapi kekepoan Mama Sabil, sebenarnya bibir Thifa sudah gatal ingin bercerita tapi tidak, dia ingin Edo yang menjadi orang pertama tau dan membuat kejutan untuk seluruh keluarga mereka

"Ada urusan sebentar tadi, Maa.." Sabil mengangguk-ngangguk mengerti

"Ah iya mama bisa minta tolong ga?"

"Bisa Ma? Mama mau minta tolong apa?"

"Mama masak Gurame Asam Manis kesukaan Roro.. Tolong kamu antar ya, Papa sebentar lagi pulang bersama teman kerjaannya repot kalo ga ada Mama.." Thifa mengerjab lucu beberapa kali agak ragu sebenarnya, hubungan dia dan Roro tidak terlalu dekat apa lagi sejak kakak suaminya itu memutuskan untuk tinggal di Apartment sendiri dan mengatakan padanya bahwa dia adalah pengacau, dia perusak hubungan kedua orang yang saling mencintai saat Mba Roro itu pindah. Meski tidak mengerti maksud dari kakak iparnya itu setidaknya Thifa sadar satu hal Mba Roro membencinya. Sekarang dia harus mengantarkan makanan untuk kakak iparnya itu apa tidak masalah tapi dia juga tidak mungkin menolak permintaan Mertuanya ini

"Yaudah, Ma.. Thifa antar sekarang.. Gitt--" Thifa baru akan mengajak Gitta menemaninya tapi gadis itu sudah lebih dulu mengangkat dua tangannya ke udara

"Sorry.. Sorry aja ya Sist.. Gue udah ada janji sama Dipho.. Hampuraa pisan.." selak Gitta lalu mengacir ke kamarnya. Membuat Thifa memanyunkan bibirnya sembari menggerutu kesal

Beberapa menit kemudian Thifa akhirnya pergi setelah Sabil memberinya bungkusan berisi gurame asam manis itu, dengan menggunakan taksi online. Perjalanan memakan waktu 1jam lebih cukup lama memang karena kondisi jalan yang sudah lumayan ramai

Thifa memasuki lift setelah berbasa-basi dengan satpam, maklum lah tidak sembarang orang mudah masuk kecuali pemilik unit disini. Untung saja beberapa kali dia pernah ikut Sabil menjenguk Roro jadi Satpam Apartment tidak terlalu asing dengannya.

Sampai dilantai 11 Thifa langsung keluar dari lift dan berjalan ke pojok kiri tempat unit milik Roro, dia menyernyit aneh karena pintu utama tidak tertutup rapat dan samar-samar dia mendengar teriakan dan isak tangis, karena panik Thifa masuk kedalam dengan perlahan takut sesuatu yang buruk terjadi namun alangkah terkejutnya dia mendapati Edo, suaminya berada disana sedang memeluk erat Roro, kondisi kakak iparnya itu berantakan sama seperti kondisi ruangan apartment ini

Thifa menerka-nerka apa yang sebenarnya sedang terjadi disini? Apa yang membuat Roro sehisteris itu? Dan Kenapa Suaminya bisa berada disini?

"Tenang.. Aku ga akan biarkan Mba menghadapi ini sendiri... Janin itu, aku akan jadi Ayahnya.." sebuah kalimat yang terlontar dari bibir suaminya menyentak Thifa dari pemikirannya membuat tubuh wanita muda itu lemas seketika paperbag yang berada ditangannya jatuh menimbulkan suara yang mengintrupsi kedua sejoli yang masih asyik berpelukan tadi

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang