Hari demi hari silih berganti, waktu bergulir terasa begitu cepat tidak terasa sudah masuk bulan ke tujuh pernikahan Thifa dengan Edo, dia merasa bersyukur pria yang menjadi suaminya kini adalah pria yang baik, sampai saat ini Edo tetap menepati janjinya melindungi Thifa dari apapun termaksud dari dirinya sendiri. Ya, dia menepati janjinya untuk tidak menuntut kewajiban layaknya suami-istri pada umumnya, hanya saja Thifa merasa berhutang budi karena Edolah yang kini membiayai kebutuhannya memilih tetap menjalani peran istri yang baik dengan mengurus semua keperluan suaminya, tentu saja kecuali urusan ranjang.
Edo sendiri sebenarnya tidak keberatan membiayai semua kebutuhan Thifa karena memang itu dia anggap menjadi kewajibannya, untuk urusan keperluannya dia juga tidak terlalu menuntut istrinya itu, selama Thifa tidak keberatan Edopun tidak ambil pusing. Hanya jujur saja hal yang terberat dari pernikahan ini adalah menahan dirinya, yap Edo adalah pria normal yang akan tergoda saat tubuh putih mulus berada didalam dekapannya apalagi terkadang tanpa sengaja tubuh itu menggesek bagian tersensitifnya dan alhasil pria itu harus sekuat tenaga memendam hasratnya atau memuaskan diri sendiri jika sudah terdesak
Aahh sebenarnya ada satu lagi yang cukup menyulitkan Edo yaitu Mba Roro, wanita yang tidak juga menyerah mendekatinya, beberapa kali dia dengan sengaja mencoba memicu pertengkaran antara Edo dan Thifa dengan cara menunjukan kemesraan mereka didepan Thifa, tapi untungnya Thifa hanya gadis polos yang tidak terlalu pandai membedakan kedekatan pria dan wanita yang hanya sebatas saudara atau kedekatan yang lebih dari itu
Hari ini, pagi-pagi sekali Edo sudah bersiap-siap pergi kesekolah sang istri sebagai wali Thifa. Yap sekarang adalah jadwal pembagian raport semester ganjil dan agar tidak terlalu lama menunggu serta untuk menghindari nyinyiran Ibu-ibu siswa lain, dia memilih datang lebih pagi
Seperti biasa meja makan kediaman Edgar sudah terisi penuh, walaupun sudah memiliki rumah sendiri yang jaraknya hanya dua rumah dari rumah ini, tapi mba Erina selalu ikut sarapan disini dengan alasan sepi kalau hanya sarapan berdua. Hah padahal Edo tau pasti alasannya bukan hanya itu tapi karena kakak tertuanya ini sulit sekali bangun pagi tidak akan sempat kalau harus menyiapkan sarapan.
"Mau ngambil raport anak ya, Om..." suara Erina menyambut Edo yang baru saja masuk keruang makan, pria itu hanya mendengus lalu dengan agak ragu mendudukan dirinya dibangku kosong yang tersisa yaitu diantara bangku Thifa dan Roro
"Ambilin raport aku juga dong, Om.." kini Gitta ikut menggoda kakak sepupunya itu
"Om.. Om.. Ganteng bin Kece gini dipangil Om, sembarangan.. Lagian ogah Mas ngambil raport kamu Gitt.. Malu-maluin pasti hasilnya kebakaran.." cerocos Edo membuat bibir Gitta manyun beberapa senti dan yang lain terkekeh
"Ga mau Mama aja yang Ambil, Do? Atau sekalian nanti nitip sama tante Elma? Kalau nanti ketemu Ibu-ibu rempong yang waktu itu lagi gimana?" tawar Mama Sabil membuat Edo terdiam pikirannya menerawang ke kejadian tiga bulan lalu saat dirinya mengambil raport bayangan Thifa dan berakhir Istrinya itu pulang dengan berlinangan airmata karena omongan tajam dari Ibu-ibu rempong-julukan dari Edo untuk ibu teman kelas Thifa-
"Gimana Fa? Gapapa mas yang ambil?" pergerakan tangan Thifa yang sedang mengoleskan selai diatas roti untuk Edo terhenti, lalu dengan perlahan dia mengangguk pelan. Sebenarnya kurang nyaman kalau harus mendengar cibiran ibu-ibu itu tapi Thifa tidak ingin merepotkan Mama mertuanya apa lagi tante Elma "Gapapa, Mas aja yang ambil.."
Saat meletakan roti diatas piring Edo, tanpa sengaja matanya menangkap pemandangan yang agak ganjil untuknya yaitu pemandangan tangan lentik yang bergerak naik turun dipaha kiri milik Edo, tatapan Thifa berpindah ke wajah suaminya yang memucat lalu bergantian menatap Roro yang tertunduk seraya berusaha menahan senyuman, dan Thifa benar-benar merasa sesuatu yang tidak nyaman di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
RomanceHey Ada yang Baru nih.. Sequel dari My Gorgeous Student sudah hadir loh hohoho Ketika Cinta yang suci menjadi terlarang... Ketika Cinta yang seharusnya indah jadi menyakitkan.. Ketika Cinta terlambat disadari... Bagaimana cara "Dia" memperbaiki semu...