Esa dan seorang pria tegap sedang duduk diruang keluarga kediaman Edgar sembari mengobrol ringan seputar dunia fotografi yang menjadi hobby mereka, saat pria berbalut kaos hitam dengan celana selutut melangkah menuruni anak tangga. Wajahnya tampak lebih segar karena baru selesai mandi. Hari minggu ini pria itu sengaja berniat tidur sampai sore hingga hampir melupakan janjinya dengan salah satu sahabatnya
Ya, Edo memang meminta sahabatnya itu datang kerumah untuk membicarakan soal kelanjutan khasus perceraiannya dengan Thifa, Alva yang berprofesi sebagai pengacara diminta Edo untuk mengurus semuanya. Dengan wajah lelah pria itu duduk dihadapan Alva
"Lo yakin ga mau hadir ke persidangan? Ga mau coba bermediasi dulu? Siapa tau masih bisa di pertahankan.." Alva kembali menanyakan pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya sejak Edo menelpon, meminta dirinya mengurus khasus perceraian sahabatnya itu dengan wanita yang hampir dua tahun dinikahi
"Lo tau banget gimana inginnya gue buat mempertahankan ini, Va.. Tapi gue ga mau Egois, Gue harus melepaskan dia agar dia bahagia.." Edo terkekeh getir lalu menyandarkan kepalanya disandaran soffa
"Masalahnya Do, soal khasus itu.. Pihak Thifa menuntut--"
"Penuhi aja.. Apapun yang dituntut Thifa, gue akan penuhi semua.. Gue mengandalkan lo, Va... Tolong urus semuanya ya.." Edo menyela sebelum kalimat Alva selesai, setelah mengatakan itu dia melempar senyum tipis kearah Alva juga adiknya yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka lalu kembali keatas tubuh dan pikirannya terasa begitu lelah dan dia butuh kamarnya untuk beristirahat
Hening, hanya keheningan yang terjadi setelah Edo meninggalkan ruangan itu. Alva dan Esa sama-sama terdiam, mereka larut dalam pemikirannya masing-masing sampai Esa kembali buka suara
"Memang apa yang dituntut sama Thifa, Bang?" Esa menyuarakan rasa penasaran yang dari tadi bersarang dikepalanya
Alva menghembuskan nafas lelah mengambil sebuah amplop coklat dari tas ranselnya lalu diberikan pada Esa, tentu saja langsung dibuka olehnya, mata Esa terbelalak saat membaca isi dari amplop tadi
"I-ini..."
"Seminggu yang lalu Thifa mendaftarkan akte kelahiran anaknya dan dia menuntut hak asuh anak sepenuhnya.. Abang rasa ini alasan Thifa sengaja menunda perceraian mereka agar anak itu bisa mendapat pengakuan negara.." jelas Alva membuat Esa tercengang, dia bahkan berulang kali membaca surat itu karena masih tidak mempercayai kenyataan ini
"Te-terus Mas Edo? Dia mau lepas tanggung jawab gitu aja?"
"Abang rasa Edo belum tau soal ini... Karena gue sendiri baru mendapatkan fakta ini kemarin saat melihat tuntutan dari pengacara Thifa dan selama ini Edo juga ga pernah menyebutkan soal anak mereka.." Esa kehabisan kata-kata, dengan cepat pemuda itu menyambar kunci mobilnya saat mendapatkan kartu nama pengacara Thifa dari Alva. Kedua pria itu keluar dari kediaman Edgar bersamaan, menuju mobil masing-masing dan mulai melajukan mobil mereka meninggalkan area perumahan itu
Dalam mobilnya Esa menggeram kesal, berulang kali dia mengatakan pada wanita itu untuk mengatakan apapun yang terjadi padanya. Tapi lihatlah sekarang, Thifa pergi dari rumahnya tanpa mengatakan apapun dan kenyataan mencengangkan yang baru didengarnya barusan dia dapat dari Alva yang notabenenya adalah orang lain
Maksud hati ingin mencari informasi kepada Pengacara Thifa namun ternyata hasilnya nihil, pihak pengacara Thifa tidak mau memberikan informasi dengan alasan privacy client mereka.
Esa buru-buru mengetikan sesuatu dalam ponsel pintarnya, lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Robb, temen lo yang waktu itu lo ceritain.. Bisa gue minta dia buat mencari seseorang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
RomantiekHey Ada yang Baru nih.. Sequel dari My Gorgeous Student sudah hadir loh hohoho Ketika Cinta yang suci menjadi terlarang... Ketika Cinta yang seharusnya indah jadi menyakitkan.. Ketika Cinta terlambat disadari... Bagaimana cara "Dia" memperbaiki semu...