somi terbangun pagi dengan disambut rintik hujan yang terus berlanjut hingga siang hari. seharian ini dia hanya bergelung di atas karpet yang berada di depan televisi sambil memakai selimut tebal.
wonwoo duduk di sampingnya sambil membaca novel baru yang baru saja diterbitkan kemarin sore.
"tante kyulkyung?" tanya somi saat tak sengaja membaca nama penulis disampulnya.
wonwoo hanya mengangguk sekilas, tanpa mengalihkan pandangan dari halaman novel.
"aku baru ngeh kalo zhou jieqiong itu tante kyulkyung," gumam somi lebih kepada dirinya sendiri.
mata wonwoo melirik ke arah somi yang menyamankan kepalanya di atas bantal sofa.
"masih diganggu yeri?"
somi tersentak lalu menoleh ke arah papanya, kemudian menggeleng, "papa ga ngadu ke om mingyu kan?"
wonwoo menggeleng, "om jungkook yang ngadu,"
somi mendesis pelan. matanya menatap kosong ke arah televisi yang sedang menayangkan salah satu kartun asing.
"gimana sama si sleeping mask?" tanya wonwoo tiba-tiba sehingga somi langsung tersentak dan bangun.
"vernon. namanya vernon papa, bukan sleeping mask," sahut somi geram. berkali-kali dia memberitahu nama vernon kepada papanya, tapi tetap saja papanya akan memanggil vernon dengan sebutan 'sleeping mask' lagi.
"ya itulah pokoknya," ucap wonwoo tak peduli, "gimana?"
"gimana apanya?" jawab somi yang sekarang ikut bersandar di kaki sofa seperti papanya, "ya ga gimana-gimana pa,"
"belom pacaran?"
somi menggeleng sambil tersenyum kecut. kemudian dia beralih menatap wonwoo, "papa gimana? jadi pdkt ke siapa?"
wonwoo mengerling sekilas kemudian beralih lagi pada novelnya.
"deketin dong pa, salah satu kek," geram somi, "masa satu aja gaada yang nyantol di hati papa,"
kepala wonwoo bergerak menoleh kepada anak tunggalnya itu, "kalo emang gaada kenapa?"
"hati papa dari es ya?!" ucap somi hamir berseru, sangking kesalnya dengan sang papa yang susah sekali dekat dengan wanita.
wonwoo terkekeh lalu mengusap rambut somi perlahan, "kenapa sih maksa banget nyuruh papa nikah?"
somi memajukan bibir bawahnya kemudian memeluk papanya dari samping dan menyamankan diri di dada lelaki itu.
"somi sedih liat papa harus ngurusin semuanya sendiri. ngurusin somi, ngurusin kerjaan, ngurusin rumah. papa jarang banget istirahat," ucap somi pelan.
wonwoo mengecup pucuk kepala putrinya itu, "papa udah ngelakuin itu semua dari lama banget, papa udah biasa,"
"ya makanya karena udah lama, waktunya papa sekarang istirahat. harus ada yang nemenin papa,"
wonwoo tak menghiraukan ucapan somi, hanya tersenyum simpul mendengar tuturan putrinya yang sudah tidak kecil lagi itu.
hening
satu tangan wonwoo memegang novel sedangkan tangan lainnya merangkul putrinya, dengan sesekali membantu membuka halaman buku.
"pa?" panggil somi, memecah keheningan.
"ya?"
"tau yang nulis novel monokrom siapa ga?" tanya somi masih menempel pada papanya.
wonwoo terdiam, tangannya membalik halaman novel sebelum akhirnya melirik somi, "kenapa?"
"novelnya bagus. aku nangis, jinsol nangis. kyla sama ryujin aja sampe nangis loh,"
wonwoo menutup bukunya lalu beralih memandang somi sepenuhnya, "kenapa bagus? masa cuma gara-gara bisa bikin nangis?"
"bagus deh pokoknya pa, feelnya dapet,"
kekehan wonwoo terdengar menyahuti jawaban somi.
"siapa yang paling kamu suka disitu?"
"gaada!" seru somi diikuti geraman kecil.
"kok bisa?"
"ya gimana, awalnya aku benci banget sama tasya tuh astaga menel banget jadi cewek. manja lagi hadeeh," oceh somi, "masa willian mau maen sama jeje aja ga boleh, kan temenan doang,"
"tapi, pas tengah-tengah aku benci william. cowok apaan tuh lemah najis, ga bisa bikin pilihan. lelaki kampret itu,"
"hush," ucap wonwoo mengingatkan, karena anaknya mulai terbawa suasana.
somi menutup mulutnya sambil meringis malu, "keceplosan,"
"terus ke jeje?"
"awalnya aku pro jeje, soalnya dia baik banget. tapi akhirnya busuk juga," jawab somi sambil memajukan bibir bawahnya kesal.
"terus, siapa yang paling salah menurut kamu?" tanya wonwoo memancing seberapa paham gadisnya itu terhadap sebuah cerita.
"cinta,"
jawaban somi membuat kening wonwoo berkerut. dia sedikit memiringkan kepalanya, meminta penjelasan kepada somi.
"karena mereka semua ngelakuin atas dasar cinta. william gabisa milih karena cinta, tasya posesif karena cinta, jeje jadi jahat karena cinta. jadi yang salah cinta," jelas somi dengan senyum bangga mengembang dipipinya.
wonwoo terkekeh lagi mendengar jawaban somi, "terus kita ga boleh jatuh cinta gitu?"
somi membuat tanda silang dengan kedua lengannya, "engga. aku kemaren sama ryujin udah menyimpulkan sesuatu,"
satu alis wonwoo terangkat, menunggu penjelasan yang akan dilontarkan somi.
"mereka semua kayak gitu karena mereka terlalu tunduk sama cinta, jadi mereka terlalu dikendalikan. sekarang, kita harus mengendalikan cinta bukan cinta mengendalikan cinta."
mulut wonwoo setengah terbuka. tak mengerti arah ucapan somi kemana.
somi tak menanggapi lagi tingkah papanya dan beranjak dari duduknya hendak berjalan menuju dapur.
"mau kemana?"
"bikin susu,"
"bikinin papa juga,"
"gamau,"
"heh, disuruh juga,"
"papa ih nyuruh-nyuruh mulu," geram somi kesal karena papanya sejak tadi tak beranjak dari duduknya. mau minum atau ngemil semua nyuruh somi.
"ya ngapain papa punya anak kalo bukan buat disuruh-suruh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Jeon Somi & Papa Jeon ; The Jeons
FanfictionJeon Somi punya cerita, Papa Jeon pun punya cerita [ 1st of family story ] Jeon Somi & Jeon Wonwoo © 2018 by quillea [ 010318 - 080518 ]