[23] kantin dan secuil obrolan

1.8K 330 1
                                    



brakk

suara gebrakan pintu kamar mandi oleh arin bikin semua yang ada didalam kamar mandi terkejut dan menoleh bersama. bahkan arin sendiri pun ikut terkejut karena ternyata banyak orang di dalam kamar mandi.

wajah doyeon dan teman-temannya terlihat seperti orang yang baru saja ketahuan berbuat salah, sedangkan somi menghela nafas lega.

"eh, somi. pas banget ketemu disini," sapa arin ceria seolah tak tau apa-apa, "nyokap gue nitip sesuatu buat om wonwoo. sini ikut gue,"

somi dengan hati-hati berjalan di antara doyeon dan mina yang menghalangi jalannya.

arin langsung menarik tangan somi dan menggandengnya keluar. namun sebelum keluar dia menoleh sekilas kepada teman-teman seangkatannya itu, terutama yeri yang hanya diam di dekat wastafel.

"yer, sabtu lu ikut keluarga lu juga kan? nanti kita ..."

somi membelalakkan mata dan langsung mencubit lengan arin kemudian menariknya keluar dari kamar mandi. meninggalkan lima perempuan yang sibuk dengan pikirannya sendiri dalam kamar mandi.

"ih, kak arin ngapain ngomong gitu?"

somi melepas gandengannya dari tangan arin lalu menatapnya kesal.

"kenapa?" arin balas bertanya. wajahnya datar dan mata sipitnya berkedip tanpa dosa.

"itu bahas hari sabtu," somi mendelik kapada arin yang malah melengos dan berjalan mendahului somi ke arah kantin.

"gue cuma tanya kok,"

somi mendesis kesal tapi berjalan mengikuti arin ke arah kantin yang tidak terlalu ramai di jam istirahat kedua ini.

keduanya memilih bangku di pojok kantin yang tidak terlalu ramai. hanya ada beberapa anak kelas 11 yang duduk di bangku sebelahnya.

"mark lagi?" tanya arin dengan suara pelan sambil menusukkan sedotak di susu kotak yang tadi sempat dia beli sebelum duduk.

somi menggeleng kemudian memandang berkeliling kantin. tak banyak orang yang dia kenal, karena lebih banyak anak kelas 11 sekarang.

"terus?"

"kak lucas," bisik somi pelan yang lebih mirip desisan.

"hm," arin mengangguk mengerti sambil menyedot isi susu kotaknya.

somi mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. malas untuk memulai pembicaraan namun juga enggan untuk pamit pergi menuju kelasnya.

dia masih sedikit kaget, karena sudah lebih dari sebulan dia tak lagi bermasalah dengan geng itu. dia juga menyesal mengapa tadi menolak tawaran ryujin yang mau menemaninya ke kamar mandi.

alasannya sekarang lebih aneh dari sebelumnya. mereka salah paham, lagi, karena lucas tiba-tiba menghampiri somi saat pagi hari untuk menyampaikan pesan tentang ajakan tante yeonwoo untuk datang lagi ke rumahnya. ya, lucas adalah salah satu ponakan yeonwoo.

entah pesan apa yang sampai hingga ketelinga mereka sampai mereka mengira somi ada apa-apa dengan lucas.

"sabtu acaranya dimana sih som?" tanya arin mencoba memecah keheningan diantara mereka.

"di toko baru yang di cokro," jawab somi, "kak arin dateng kan?"

"datenglaaahhh, banyak makanan gratis siapa yang nolak,"

somi hanya tergelak tanpa menanggapi ucapan arin.

"eh gue ke atas duluan ya, dipanggil yang maha agung kekasih tercinta," pamit arin yang sudah berdiri dan melangkah pergi menjauhi kantin.

"kak arin, makasih," seru somi sesaat arin melambaikan tangan padanya.

somi mengehela nafas kasar kemudian meletakkan kepalanya diatas meja kantin dan memejamkan mata mencoba menenagkan hatinya sendiri.

semilir angin menyentuh lembut kulit wajahnya. menambah kenyamanan pada diri somi.

"somi?"

somi membuka matanya dan menegakkan badan menyambut seorang perempuan setengah baya yang canti dan sedang tersenyum manis kepadanya.

"lagi ngapain? ngantuk?"

somi memperlihatkan deretan giginya, "capek sensei,"

sensei hayoung menarik kursi dihadapan somi dan duduk disana. menatap somi lebih teliti lagi.

"ga makan?"

somi menggeleng pelan.

"makan dulu gih biar ga lemes gitu," saran sensei dengan suaranya yang lembut.

somi menggeleng lagi, "tadi udah kok sensei,"

"kamu lagi ada masalah?" tanya sensei sambil memperhatikan mimik wajah somi yang tidak seceria biasanya.

somi menaikkan alisnya sedikit terkejut, kemudian menggeleng pelan dan tersenyum, "engga kok sensei, saya capek aja,"

"kalau ada masalah jangan dipendem sendiri, keliatan banget. kamu ga ketawa-ketawa kayak biasanya jadinya,"

somi menatap hayoung sambil mengulum bibir gelisah.

"sensei ga minta kamu cerita ke sensei kok," tambah hayoung, "cerita aja ke temen atau orang tua kamu biar ga sedih gitu ih mukanya. mana ada somi cemberut-cemberut gitu ya kan?"

mau tak mau somi tersenyum mendengar ucapan hayoung. entahlah, sensei hayoung memang terkesan galak dan tegas saat di kelas. namun warna suaranya yang sedikit serak dan lembut selalu membuat anak-anak terkesima dengannya. apalagi senyumnya yang selalu elegan.

"makasih sensei,"

"ih ngapain makasih, sensei kan ga ngasih apa-apa,"

"sensei udah baik sama somi,"



"sensei udah baik sama somi,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] Jeon Somi & Papa Jeon ; The JeonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang