[29] monokrom

2K 334 20
                                    


keesokan harinya keluarga jeon wonwoo dan jeon jungkook pulang dari kediaman orang tua mereka. jadwal awalnya mereka akan tinggal 2 hari 2 malam, tapi karena jungkook harus pergi maka mereka berlima pulang lebih cepat.

somi masih canggung untuk berbicara dengan papanya hingga ke rumah. dia langsung pergi ke kamar dan tidak keluar sampai menjelang malam.

wonwoo sudah berusaha mengajak anaknya mengobrol tapi somi hanya menjawabnya sepatah dua kata, tidak seperti biasanya. maka wonwoo membiarkan anaknya sibuk dengan dunianya sendiri.

menjelang malam wonwoo ikut mengurung diri di dalam ruang kerjanya, mencoba mengalihkan perhatian pada pekerjaan. jemarinya menari di atas keyboard laptopnya, namun tak ada satupun kalimat yang sesuai untuk idenya.

dia akhirnya menyenderkan badan di punggung kursi, setelah hampir satu jam mengetik naskah tapi tak ada satupun yang sesuai dengan keinginannya. tangannya membuka laci meja, hendak mengambil sebatang rokok, namun kotak hitam kecil malah mengalihkan perhatiannya.

diambilnya kotak tersebut dan dibukanya. cincin berlian berdiri manis di dalam kotak. cincin yang sama persis dengan cincin yang menjadi bandul di kalung yang melingkar di lehernya.

melihat cincin itu saja membuat hatinya seperti dihantam batuan besar dengan pasak-pasak yang menikam hatinya.

ucapan bapaknya kemarin terngiang kembali di otaknya. entah seberapa sering kalimat itu diucapkan tapi wonwoo tak pernah menggubrisnya, kecuali kemarin.

dia menutup kotak itu lalu beranjak dari kursinya menuju kamar somi.

diketuknya pintu sampai somi menyahut dari dalam.


"masuk aja pa,"


wonwoo membuka pintunya dan menemukan somi sedang berbaring di tempat tidur dengan selimut menutupi badannya.

"udah tiduran aja," tahan wonwoo ketika somi akan duduk.

wonwoo duduk di pinggir ranjang lalu membelai rambut somi lembut.

"udah ngantuk?"

somi menggeleng, "pengen tiduran aja,"

wonwoo mengangguk pelan kemudian pandangannya teralih kepada bukudi atas nakas somi. buku besampul hitam putih yang sangat tidak asing untuknya. diambilnya buku itu lalu ditunjukkan pada somi.

"masih baca buku ini?"

somi mengangguk pelan, "iya, baca ulang,"

"lalu? masih nyalahin cinta?"

lagi-lagi, somi mengangguk.

wonwoo kembali mengusap rambut somi kemudian menatapnya lebih seksama, "boleh papa cerita tentang mama?"

somi menelan ludah dan menggigit bibirnya pelan. jantungnya berdegup. entahlah ini memang cerita yang amat sangat dia tunggu, tapi kenapa mendengar papanya mau bercerita malah membuat somi takut.

"papa bisa cerita lain kali kalau kamu belum siap," ucap wonwoo melihat gelagat aneh anaknya.

"engga, aku mau kok,"

wonwoo tersenyum lalu menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. mencoba menenangkan dirinya.

"namanya tia. tia jasmine cuevas,"

nafas somi tercekat, mendengar nama ibunya untuk pertama kali.

"not an indonesian. latin-kanada. dia cantik, kayak kamu,"

[1] Jeon Somi & Papa Jeon ; The JeonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang