Crazy plan ...

1K 46 6
                                    


"Rencana Gila ini membuatku dilemma. Lagi – lagi dilemma. Apa memang aku tidak memiliki keberanian memutuskan sesuatu? Sejujurnya aku tidak mau mengorbankan satu wanita lain lagi demi kehidupan ku. Tidak cukupkah dia yang menderita karena tidak bisa memenangkan hatiku sepenuhnya?"

"Sudah jangan menangis. Aku minta maaf! Sudah tenanglah!" bujuk Kevin. Ia mengelus punggung Yaqiong pelan.
"Kita jalankan saja rencanaku. Itu satu – satu nya jalan. Aku mencintaimu. Aku tidak mau kehilanganmu!" jawab Yaqiong terisak.
"Tapi itu sangat gila Yaqiong. Aku tidak bisa! Lagipula kau kan istriku" Kevin bersikeras menolak.
"Aku mohon! Lakukanlah demi aku! Yaa ..........."
"Tapi....."
"Please........"
"Ehm... baiklah"
Yaqiong mendongakan kepalanya dari dekapan sang suami. Ya... Kevin adalah suami nya. Mereka berdua sudah bersama kurang lebih dua tahun ini.
"Benarkah? Kamu sudah setuju kan?"
"Kita istirahat dulu saja. Kita bicarakan besok ya.."

----------------------------------------------
Hari ini adalah akhir pecan. Kevin yang biasanya terlihat bangun pagi setiap hari bisa sedikit bermalas – malasan hari ini. Seperti biasa, jika akhir pekan tiba , Kevin tidak mempedulikan alarm yang sedari tadi berbunyi. Dia malah masih asik meringkuk di balik selimut tebalnya.
"Kevin? Masih tidur? Sudah pukul delapan , bangunlah!" Yaqiong baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah terlihat rapi. Sesekali dia sesekali menggelengkan kepala melihat kelakuan suami nya saat akhir pekan. Bisa berbeda seratus delapan puluh derajat dari hari biasa nya.
"Aku lelah Yaqiong, bangun nya nanti saja!" Kevin masih terlihat malas. Sebenarnya ada alasan lain juga hari ini kenapa Kevin malas untuk bangun. Menghindar dari rencana gila Yaqiong adalah salah satu tujuan nya.
"Yaa, tapi ini sudah terang! Coba lihat keluar, cepatlah mandi. Kita kan ada hal yang akan dibicarakan!" Yaqiong menyusul ke atas Kasur dan menarik selimut putih yang menutupi Kevin. Kevin terlihat memejamkan mata nya malas. Benar sesuai dugaan nya, Yaqiong masih kekeh dengan rencana nya.
"Sini!"
Kevin menarik Yaqiong untuk berbaring disampingnya, menggunakan sebelah tangan Kevin sebagai bantalan tidur. Yaqiong tersentak Kaget. Kevin terlihat aneh hari ini.
"Ke..kenapa ini?"
Yaqiong justru merasa kikuk dan berusaha menyingkirkan tangan Kevin yang merangkulnya. Berbanding terbalik dengan Kevin yang justru semakin mengeratkan rangkulan nya.
"Kevin!"
"Kenapa?" Tanya Kevin sok polos. Dia menatap Yaqiong yang merasa tidak nyaman berbaring disampingnya sedekat ini. Beberapa kali Yaqiong mencoba untuk bangun namun ditahan oleh Kevin
"Ka..kamu ini kenapa?" tegur Yaqiong masih merasa aneh dan berusaha menjauh
"Aku kangen kamu. Kenapa? Salah? Heem..?"Kevin menyeka rambut Yaqiong yang sedikit menutupi wajahnya.
"Sepertinya kamu harus potong rambut. Mau aku yang potongkan? Aku nggak suka rambut kamu panjang begini. Yang seperti biasanya lebih bagus" Kevin menatap Rambut Yaqiong Nampak sudah terlihat lebih panjang dari biasanya
"Kamu ini kenapa? Sudah jangan sok manis! Mau menghindarkan?" Selidik Yaqiong. Yaqiong hafal betul sikap Kevin. Sudah dua tahun mereka bersama, Kevin saja dingin dan tak peduli padanya selama ini, hari ini tiba – tiba saja memperhatikan rambutnya segala. Untuk apa jika sedang tidak ada mau nya.
"Ck... curigaan!" bantah Kevin, tetap berusaha memasang tampang sok polos dan sok manis nya. Biasanya Yaqiong akan menurut jika Kevin melakukan itu
"Aku ini tidak bodoh tuan Sukamuljo. Aku tahu sifat mu. Sejak kapan kamu perhatian seperti ini? Kamu saja tidak pernah bilang kalau aku cantik atau aku mencintaimu"
"Kamu cantik!"
"Aku tidak akan terpengaruh! Cepat mandi! Aku tunggu di ruang makan!" Yaqiong mendorong tubuh Kevin menjauh. Dia pun bangkit dan keluar dari kamar.
"Ingat , jangan lama – lama!"
Kevin mendengus sebal. Usaha nya gagal sudah. Dia tidak bisa menghindar dari pembcaraan ini, Kevin mengacak rambutnya frustasi dan segera bangkit dari kasur.

Yaqiong sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Sederhana saja. Nasi goreng sea food kesukaan Kevin yang sudah dibuatkan oleh asisten rumah tangga mereka. Dan juga orange juss. Setelah semua nya siap Yaqiong duduk ditempat nya dan menunggu Kevin.
Tak lama kemudian Kevin berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Tampak santai mengenakan kaos oblong putih dan celana hitam selutut. Yaqiong yang sudah menunggu Kevin dari tadi, tersenyum melihat Kevin sudah datang menyusulnya
"Akhirnya kamu selesai juga. Ayo sarapan!"Yaqiong berdiri dan menghampiri Kevin, menggandeng lengannya dan berjalan bersama menuju meja makan. Kemudian mereka duduk di kursi masing – masing
"Mau aku ambilkan?" tawar Yaqiong
"Tidak usah. Biar aku sendiri saja!"
Beberapa saat suasana menjadi hening. Mereka berdua sibuk dengan kegiatan sarapan masing – masing. Hanya suara benturan sendok dengan piring yang terdengar di ruangan itu.
"Ehmm Vin mengenai rencana itu...."
Yaqiong membuka pembicaraan dan ingin melanjutkan pembicaraan mereka mengenai masalah tuntutan mama Nia. Tentu saja seorang anak.
"Yaqiong..."
Kevin Nampak sudah mengerti arah pembicaraan ini pun bergegas menyela perkataan Yaqiong.
"Apa tidak cukup hanya kita berdua saja? Kamu dan aku. Aku tidak pernah mempermasalahkan atau menuntutmu soal anak, dan juga aku sudah berjanji padamu jika kita tidak akan bercerai. Kamu tidak percaya padaku?"
"Aku percaya padamu. Siapa lagi yang bisa ku percaya selain kamu? Tapi mama...."
"Mengenai mama, biar aku yang bicara padanya, agar tidak menekanmu lagi. Kamu tidak usah khawatir soal itu. Mengerti?"
"Aku hanya takut...." Jawab Yaqiong lirih. Perlahan matanya terlihat berkaca – kaca
"Apa yang membuatmu takut. Aku kan sudah berjanji...."
"Kamu...."
Kevin menatap Yaqiong dan terlihat tidak mengerti. Kevin merasa dua tahun ini dia sudah berusaha menepati janjinya pada Yaqiong dan juga mendiang papa nya. Bahwa dia akan selalu menjaga Yaqiong
"Walaupun selama ini aku hanya diam, bukan berarti aku tidak tahu. Bukan berarti aku bodoh. Aku berpura – pura tidak mempedulikan nya walau sebenarnya aku tahu dan aku memikirkan nya. Aku tahu... walaupun setelah dua tahun kamu tetap tidak mencintai aku kan?"
Perlahan air mata Yaqiong meleleh. Awalnya dia berharap Kevin perlahan akan membuka hati nya dan juga mencintai Yaqiong. Tapi setelah dua tahun Kevin tetap saja dingin dan terlihat tidak peduli. Yaqiong merasa Kevin ada bersama nya hanya karena status dan tanggung jawabnya
"Aku merasa takut. Kamu memang bilang tidak akan bercerai. Tapi... bagaimana jika mama mengenalkanmu pada seorang gadis? Dan bagaimana jika pada akhirnya kamu jatuh cinta padanya? Aku memikirkan hal itu selama berhari – hari" lanjut Yaqiong. Selera makan nya menjadi sirna, tidak ada lagi se sendok makanan pun masuk kemulutnya
"Kamu ini terlalu berpikir jauh. Mama saja belum berbicara apapun pada ku. Sudahlah! Tenanglah!" balas Kevin. Dalam hati , sebenarnya dia juga tidak tega dengan kondisi Yaqiong, dia pasti merasa tertekan karena ulah mama nya.
"Mama mungkin tidak berbicara padamu tapi dia selalu menekan ku. Apa kamu tahu? Mama bahkan pernah mengajakku menemui temannya dan juga seorang gadis. Dia sangat cantik dan...."
Yaqiong sedikit tersendat hingga perkataan nya terputus. Setelah itu dia menarik nafas panjang
"Dan mama bilang dia mantan pacarmu. Masita, kalian putus karena Masita kuliah di luar negeri. Mama bilang kamu masih sangat mencintai masita. Saat gadis itu pergi kamu begitu sedih. Iyakan?" Tanya Yaqiong yang mulai terisak
"Masita? Dia sudah kembali?" gumam Kevin
"Iya kenapa? Kamu ingin bertemu dengannya? Melepas rindu?"
"Tidak! Aku bahkan tidak pernah mendengar kabarnya lagi setelah dia pergi.... Aku.."
"Apa kamu tahu apa yang aku rasakan? Aku harus menerima tekanan dari mama mu dan juga bertemu dengan mantan cinta pertama mu. Itu sangat membuatku takut dan sangat menyakiti hatiku. Aku merasa tidak ada harga nya di depan mama mu dan...."
Perkataan Yaqiong terhenti karena bel rumah mereka berbunyi. Tumben sekali , ada tamu di akhir pekan begini.
"Bi!..bibi! tolong buka pintu!" Yaqiong memanggil asisten rumah tangga mereka, namun tidak ada seorang pun yang datang.
"Biar aku saja. Mungkin bibi sedang sibuk dibelakang!" Kevin bangkit dari kursinya , menuju pintu depan. Sedangkan Yaqiong menyeka air mata nya menggunakan tissue yang ada diatas meja.
"Haii Vin!" seorang gadis berdiri di depan pintu , juga memasang senyum manis. Seseorang yang sangat familiar dimata Kevin
"Apa kabar?"
"Masita?"
"Selamat yaa, untuk pernikahanmu. Maaf aku tidak bisa datang. Waktu itu kuliah ku belum selesai. Dan.. aku mungkin tidak sanggup melihatmu dengan wanita lain. Akhirnya.. aku memutuskan untuk tinggal lebih lama di Australia" Masita masih tersenyum dan menjelaskan secara singkat bagaimana perasaan nya.
"Terimakasih!" jawab Kevin singkat dan dingin
"Aku kecewa. Kupikir kamu akan menyusulku ke Australia. Ternyata kamu lebih memilih kuliah di sini. Aku menunggumu Kev"
"Papa tidak mengijinkanku. Waktu itu papa beberapakali harus ke luar negeri, aku harus menjaga mama disini. Mama yang mengurus kantor saat papa pergi" jelas Kevin. Sebenarnya dia merasa tidak Nyaman dengan masita yang tiba – tiba datang ke rumahnya.
"Ehmm.. aku..."
"Siapa yang datang Vin?"
Yaqiong terkejut. Dia tidak menyangka Masita berani mendatangi Kevin kesini. Ke rumah mereka. Yaqiong menatap Kevin. Kevin terlihat diam saja, Kevin tidak sedikitpun berusaha mengusir Masita untuk pergi. Bahkan setelah Yaqiong datang sekalipun.
Yaqiong merasa sedih dan marah. Dia kemudian berlari keatas. Meninggalkan Kevin dan juga Masita di pintu depan.
"Yaqiong!"
"Maaf,.. Masita. Sebaiknya kamu pulang sekarang. Maaf aku harus masuk" Kevin berlari menyusul Yaqiong dan meninggalkan Masita seorang diri
Kevin perlahan memasuki kamarnya. Yaqiong terlihat duduk di tepi ranjang dan menangis sesenggukan. Kevin berjalan mendekat, menarik bangku rias milik Yaqiong dan duduk di depan isterinya itu.
"Akhir – akhir ini kenapa sering sekali menangis?" tegur Kevin. Yaqiong mendongakan kepalanya dan melirik kesal pada Kevin. Bukanya dia sudah tau apa masalah yang terjadi.
"Iya aku tahu. Tapi mengenai masita, aku benar – benar sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan nya. Kamu cemburu?"
Dasar Kevin. Dia pikir apa? Kenapa masih bertanya lagi? Yaqiong benar – benar kesal hingga dia membuang muka dan berusaha cuek.
"Sudah, jangan menangis lagi. Sudah berapa kali aku bilang, kalau kamu jelek jika menangis. Sini!"Kevin memaksa Yaqiong untuk kembali menghadapnya. Perlahan Kevin membersihkan air mata Yaqiong menggunakan tissue yang tadi diambilnya dari meja rias.
"Kamu lihat sendiri kan? Ini pasti rencana mama. Dari mana mantan mu itu tahu alamat rumah kita? Berani nya dia datang kesini dan menemui mu" Yaqiong masih terlihat kesal saat Kevin membersihkan air matanya.
"Kevin, katakan! Aku harus bagaimana? Apakah aku harus diam saja dan tiba – tiba kita berpisah? Bagaimana pun cinta pertama pasti susah untuk dilupakan. Jika begitu lengkaplah penderitaan ku sebagai isteri yang sangat menyedihkan. Tidak cukupkah tidak dicintai? Di tuntut ibu mertua mu, dan sekarang? Di bayangi cinta pertama suamimu. Menyedihkan!"keluh Yaqiong. Jika saja bukan Kevin, maka Yaqiong tidak akan memilih untuk bertahan sejauh ini. Cinta nya membuatnya kuat bertahan dari berbagai rasa sakit. Termasuk cinta yang tak kunjung juga terbalas.
"Aku tidak akan kemanapun. Tenanglah!" ujar Kevin. Sebenarnya dia iba juga melihat kondisi Yaqiong. Dua tahun bersama Kevin tidak bisa memungkirinya. Kevin sendiri tahu sikapnya selama ini dingin dan keterlaluan. Tapi wanita ini, tetap bersikap seolah – olah dia bahagia, dan baik – baik saja. Belakangan, hati Kevin ikut merasa perih saat melihatnya menangis seperti ini. Akankah ini tanda nya Kevin sudah menyerah? Atau dia mulai luluh?
"Kamu selalu bilang padaku untuk tenang. Tapi aku tidak bisa tenang! Aku takut! Bagaimana jika mama bersungguh – sungguh akan membuat kita berpisah? Aku bisa menahan jika kamu bersikap dingin, tidak peduli padaku. Bahkan selamanya! Tapi aku tidak akan tahan jika kita berpisah. Kamu mungkin menganggapku egois. Tapi , aku hanya punya kamu sekarang. Aku sendirian dan aku......"
Kevin menghela nafas. Perkataan Yaqiong seakan menghantam nya. Apakah selama ini Kevin sudah keterlaluan? Apakah dia jahat? Atau sebenarnya Kevin lah yang egois?
Kevin menatap Yaqiong yang masih terisak. Tak lama Kevin menarik Yaqiong dan memeluknya erat. Mengelus punggung nya yang bergetar secara perlahan.
"Aku minta maaf. Apakah aku jahat pada mu?" Kevin berbisik lirih. Selama ini baru kali ini Kevin merasa bersalah. Bahwa dia sudah menyiksa batin seorang wanita yang baik. Yang selalu setia menunggu nya walaupun sikapnya sangat buruk.
"Tidak. Aku yang memaksakan diri. Aku tahu perasaanmu, tapi aku memaksa untuk menunggumu. Tapi Kevin, aku bisa menerima jika kamu ingin membalas keegoisanku, tapi... jangan pergi dariku. Aku hanya minta itu saja..." isakkan Yaqiong semakin deras. Air mata nya membasahi kaos putih yang dipakai oleh Kevin.
"Kamu membuatku harus ganti baju segera. Lihat ini basah semua kan?" Kevin sedikit  bergurau untuk mencairkan suasana. Tapi Yaqiong masih juga menangis.
"Sudah. Jangan menangis. Kita akan jalankan rencanamu. Hanya saja, ini pasti membutuhkan waktu"
"Benarkah? Jadi siang ini kita akan pergi ke dokter kan? Sebenarnya aku sudah membuat janji beberapa hari yang lalu. Tapi kamu menghindar terus"
"Iya, kita akan pergi siang ini. Sudah jangan menangis!"Kevin melepaskan pelukkan nya.dan tersenyum tipis
"Aku tidak bercanda mengenai rambutmu. Sebaiknya kamu memotongnya. Terlihat lebih fresh jika kamu punya rambut pendek" Kevin merapikan rambut Yaqiong yang berantakan dan menutupi sebagian wjahnya.
"Aku ganti baju dulu ya, bajuku basah semua!" Kevin bangkit dari duduknya dan mengembalikan bangku rias ketempat semula
"Aku sayang kamu, dan ini bukan bercanda"  ucap Kevin sebelum memasukki kamar mandi

Complicated (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang