Pregnancy...

1K 59 25
                                    

“Apa yang sempat kami pikirkan terjadi juga. Walaupun dia sempat menolak kehadiranku dan menolak memberitahuku, tapi aku tetap bersikeras. Bagaimanapun juga ini semua karena aku. Jadi biarkan aku ikut menanggungnya. Biarkan aku menjagamu entah bagaimanapun caranya nanti. Walaupun kau sudah berusaha mengusirku, aku akan selalu datang padamu. Karena naluriku menginginkan nya. Naluriku ingin tetap menjagamu dalam menghadapi ini. Dan akhirnya… kita dipertemukan lagi setelah sempat mencoba berpisah dan menjauhi satu sama lain. Apakah ini takdir?”

“Kalau begitu saya permisi. Silahkan istirahat!”

Dokter bersama dengan suster akhirnya keluar ruangan.

“GUE HARUS TELFON KEVIN!!”

“RIAN JANGAN!!”

Popor tetap bersikukuh dengan pendirian nya. Kevin tidak perlu tahu. Toh jika Kevin tahu, Kevin bisa berbuat apa? Dia tidak bisa berbuat apa – apa dan memberi solusi yang tepat.

“Kenapa Sih? Kevin harus tahu! Dia harus tanggung jawab dong!!”

Rian tidak habis pikir. Gimana bisa Kevin tidak diberitahu tentang hal se gawat ini. Ini soal anaknya.

“Memang kalau Kevin tahu, dia bisa apa Ian? Apa masalah bakal selesai? Enggak! Yang ada malah makin rumit!”

Popor tetap menolak usulan Rian. Mungkin dalam hati popor bertekad untuk menjadi single parent bagi anaknya nanti. Toh Popor dengan Kevin juga sudah putus dan tidak ada hubungan apa – apa lagi sekarang

“Tapi Sapsi! Apa loe mau hamil sendirian? Siapa yang bakal jagain loe? Hamil itu berat!”

“Aku bisa sendiri Ian, aku juga nggak akan nyusain kamu. Jadi jangan khawatir!”

“Bukan gitu maksud gue! Yaampun! Gini, ini kan karena kelakuan si Kevin! jadi biarin dia ikut tangggung jawab entah gimana caranya nanti! Mau dia nikahin loe kek atau gimana kek, itu biar Kevin yang putusin”

“Kalau dia ngambil anakku gimana?”

“Yamasak Kevin Tega!”

“Sekarang saja dia sudah tega….”

Rian berpikir sejenak.tapi… tetap. Logika Rian menolak tentang pilihan popor. Kevin itu laki – laki. Dan laki – laki sejati harus mau bertanggung jawab. Gimana pun caranya dan apapun masalah nya. Tapi… berbicara dengan popor sekarang ini juga percuma. Terlebih dia masih emosi.

“Yaudah, itu pikirin nanti saja yaa… sekarang gue mau tebus obat dan Vitamin loe dulu habis itu kita pulang”

Rian berjalan keluar dan menuju apotek. Rian tetap mencari cara. Bagaimana pun cara nya Kevin dan popor harus bicara empat mata tanpa gangguan dan hambatan. Rian tidak ingin baik popor atau Kevin pada akhirnya mengambil jalan yang salah. Setelah selesai menebus obat dan Vitamin Rian akhirnya kembali keruangan Popor

Gue tahu caranya!

Setelah semua urusan administrasi selesai Rian akhirnya mengajak Popor untuk pulang. Sepanjang jalan popor hanya diam dan merenung. Rian jadi merasa mati gaya. Ayolah, berduaan dengan orang yang belum terlalu di kenal. Mau ngobrolin apa?

“Ehm… Sapsi… sebaiknya loe jangan kerja dulu deh!”

Akhirnya Rian membuka suara. Pekerjaan menjadi senjata pertama untuk memulai obrolan. Pastinya tidak akan canggung

“Tapi aku nggak enak sama Pak Nathan. Aku belum ada dua bulan kerja”

“Biar gue yang bilang. Tentunya nggak akan bilang loe hamil. Bisa jantungan dia. Gue bakal bilang loe lumayan lemah dan harus badrest”

Complicated (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang