Wifey............

1.2K 52 9
                                    


Izinkan aku memberimu kebahagiaan walau sedikit saja. Karena aku tidak pernah tau takdir macam apa yang akan kita hadapi nanti. Dalam kebimbangan hati ini, ada satu rasa yang sudah aku jamin pasti ada. Aku menyayangimu….. terimakasih untuk selalu menungguku. Walau  aku sendiri tak tahu sampai kapan… ”
“Dan tentang rasa misterius itu. Aku pun tidak tahu menyimpan nya untuk siapa. Apakah untuk dirimu? Untuk dia? Atau untuk orang lain?”

Popor berjalan gontai meninggalkan taman. Berusaha mengatur nafasnya yang belum sepenuhnya normal, adalah hal yang dilakukan oleh popor sepanjang jalan.
“Dasar gila! Tidak punya moral! Bajingan!” Popor masih menggumam pelan mengeluarkan sumpah serapah untuk seseorang yang tentu saja  untuk boss nya. Persetan dengan nasib pekerjaan nya sebagai OG. Si brengsek itu benar – benar membuatnya meledak.
Popor merogoh saku sragam nya. Secarik kertas itu ia ambil dan ditatanpnya dengan wajah nanar

Presdir Kevin Sanjaya Sukamuljo
08175xxxxxxxx

Popor tertawa miris. Memang uang bisa menyelesaikan segalanya. Tapi apakah dia harus mengambil tawaran itu? Mengorbankan harga dirinya? Menerima dengan pasrah jika bossnya semakin merendahkan nya? Rela menukar dirinya hanya demi beberapa lembar uang? Belum lagi menerima hinaan orang lain karena hamil tanpa menikah.
Popor menggeleng pelan. Bagaimana pun dia tidak bisa melakukan ini. Terlalu berat dan terlalu beresiko untuknya. Masa depan popor juga akan menjadi taruhannya. Laki – laki mana yang akan mau menikah dengan nya jika dia pernah mengandung anak orang lain? Bagaimana pun itu tidak mungkin.
Ponsel popor berbunyi hingga membuatnya tersadar. Segera dia ambil dari saku celana.
“Ibu”
Dahi popor berkerut melihat nama yang tertera di layar ponsel. Kenapa malam malam begini menelpon? Apakah May tidak pulang lagi?
“Hallo bu. Kenapa? Apa May tidak pulang lagi?”
“Por apa kau sudah dapatkan uangnya? Mereka datang lagi dan mengacak – acak rumah. Surat rumah kita juga berhasil dirampas. Cepat berikan uang pada mereka. Bisa mati berdiri lama – lama aku kalau begini terus!” popor memejamkan matanya dan menahan omelan cempreng dari sebrang telpon. Anak buah Bodin keparat itu pasti datang lagi.
“Maaf bu, Uang Popor masih belum cukup. Bahkan separuhnya saja belum ada” Popor sudah merasa akan jadi setengah gila! Uang sebanyak itu , dia harus kumpulkan sendiri. Ibu nya tidak bekerja dan adiknya May masih kuliah. Apalagi adiknya itu sangat boros.
Popor adalah tulang punggung keluarganya. Walaupun kesal , benci , lelah, popor tidak punya pilihan yang lain lagi.
“Apa? Belum ada? Sudah! Tidak ada pilihan lain! Kau! Pasti banyak orang kaya yang datang ketempatmu kan? Bersikaplah manis sedikit dan dapatkan uang!”
“IBU!!”
Popor berteriak geram. Dia tidak percaya dengan apa yang barusaja di dengar olehnya. Ibunya meminta dia untuk menjadi wanita malam. Sungguh sangat tidak berperasaan.
“Memangnya ada jalan lain? Haah! Ayahmu! Laki – laki brengsek itu, bahkan masih menyusahkan saat sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hanya rumah kecil yang tersisa dan sekarang terancam juga”
“Ibu tolong! Jangan bicara kasar mengenai ayahku! Ayahku juga lah yang membawa ibu dan puteri ibu dari jalanan!!”
“Jika tahu akan begini. Akupun menyesal menikah dengan ayahmu! Sudahlah! Terserah bagaimana caramu. Cepat lunasi hutang itu. Aku tidak mau kehilangan rumah ini. Aku juga punya hak atas rumah ini!”
“Tutttt……..!!!”
Popor menggenggam ponselnya kesal. Masalah seolah tidak pernah berhenti mengganggunya. Air mata pun akhirnya pecah dan mengalir membasahi wajahnya. Lelah, itulah yang dirasakan oleh popor  sekarang ini. Jika saja tidak demi ayahnya, popor pasti sudah melarikan diri dari ibu dan saudara tirinya. Jika bukan karena permintaan terakhir dari ayahnya , popor pasti sudah melarikan diri sejauh – jauh nya.
Awalnya Popor adalah seseorang yang sangat bahagia. Semua hidupnya sempurna walaupun ibu nya telah berpulang. Ayahnya Tuan Sunee sangat menyayanginya. Selain itu beliau adalah pengusaha yang sukses. Sampai suatu ketika Ayahnya pulang membawa seorang wanita dan anak kecil yang usia nya tiga tahun lebih muda darinya.
“Popor, ini adalah tante Saralee dan ini May. Tante Saralee akan menjadi ibu mu, dan May akan meenjadi adikmu. Kamu tidak keberatan kan sayang?”
Saat itu, bagai terhantam besi, popor merasa sangat sakit hati dan kecewa pada ayahnya. Popor mengira selama nya hanya mendiang ibu nya saja yang akan menjadi nyonya di rumah mereka. Tapi baru tiga tahun ibunya berpulang , ayahnya sudah membawa wanita entah dari mana.
“Nggak! Popor nggak mau!”
Popor yang saat itu baru saja duduk di kelas satu sekolah menengah pertama , menentang keras keinginan ayahnya. Dia bahkan sempat tidak mau bicara pada ayahnya selama berhari – hari. Namun suatu hari ayah popor jatuh sakit. Ayah nya terlihat sangat sedih. Karena saat sakit tidak ada yang memberinya perhatian, dan merawatnya. Juga memberikan kasih sayang dan cinta. Popor dan beberapa pelayan memang ada, tapi tentulah rasanya berbeda.
Akhirnya dengan berat hati, popor mengijinkan ayahnya untuk menikahi tante Saralee. Ayahnya pun terlihat bahagia.
Bayangan popor pun akhirnya terbukti. Sama persis seperti di film – film Cinderella. Tante Saralee adalah tipe ibu tiri yang bawel juga cerewet. Prioritas utamanya adalah May. Popor bahkan tidak diperhatikan sekalipun. Meski begitu tante Saralee tidak pernah menyakiti popor secara fisik. Hanya saja popor harus menerima omelan – omelan menyebalkan setiap hari.
Saat popor tengah kuliah, dan sudah menginjak semester ke enam sedangkan May baru akan memulai dengan kuliahnya  cobaan berat pun datang. Perusaan ayahnya mengalami krisis dan harus kalah dalam perebutan tender besar. Selain itu beberapa investor juga klien memilih untuk tidak memperpanjang kontrak dan bekerjasama dengan perusahaan lain. Perusahaan papa nya mengalami pailit besar – besaran. Karyawan berdemo meminta hak gaji mereka. Dan ayah popor harus melunasi sisa pinjaman di bank.
Tidak ada pilihan lain, semua harus dikorbankan. Asset berharga mulai dari gedung kantor ,  beberapa unit rumah , mobil , perkebunan, villa harus di lelang untuk melunasi semuanya.  Bahkan simpanan perhiasan dan tabungan masa depan milik popor juga May harus dikorbankan untuk membeli rumah sederhana bagi mereka tinggal. Hanya sebuah rumah kecil dipinggiran kota yang bisa mereka beli saat itu. Sedangkan sisa uang yang ada digunakan untuk memulai usaha kecil.
Belum juga mereka berhasil bangkit dari keterpurukan , ayah popor mengalami sakit. Popor juga dengan berat hati harus berhenti dari kuliah nya. Sedangkan kuliah May harus ditunda. Namun dia masih bersikeras ingin berkuliah.
Kehidupan May dan Tante Saralee yang boros semakin memperparah keadaan. Mereka seolah tak peduli dan tak mau mengerti. Hingga akhirnya tidak ada lagi yang tersisa. Popor terpaksa harus bekerja di klub malam untuk mendapatkan uang hanya sekedar demi bertahan hidup. Kondisi ayah popor pun semakin parah. Sakit paru – paru yang diderita ayahnya beberapa tahun belakangan semakin kronis. Paru – paru ayahnya membengkak. Terdapat cairan yang menyebabkan ayahnya susah bernafas. Ayahnya harus segera mendapat penanganan medis dengan biaya yang tidak sedikit.
“Biaya Operasinya sekitar duapuluh juta. Belum termasuk obat , pemasangan beberapa alat medis tambahan dan rawat inap ICU yang satu hari satu malam sekitar dua setengah juta rupiah. Semua kira – kira akan menelan kurang lebih lima puluh juta rupiah.”
Kepala popor berkunang – kunang menerima penjelasan perawat bagian administrasi rumah sakit  Lima puluh juta? Uang dari mana? Bahkan sepuluh juta saja dia tidak punya. Ayah nya juga tidak mau mendengarkan popor. Karena kesepian dia memilih sibuk bekerja. Beberapa kali ayahnya memang mengeluh sesak nafas. Tapi dia bilang paling hanya asma. Pakai inhealer saja cukup. Tapi ternyata paru – paru ayahnya bermasalah.
Popor merenung menunggui ayahnya yang masih berada di ruang perawatan. Bagaimana pun ayahnya harus selamat. Ayahnya adalah satu – satunya kekuatan popor untuk hidup. Tapi dia harus dapat uang dari mana? Bank? Tidak mungkin. Saat ini popor hanya punya sepetak rumah kecil dan pekerjaan sebagai pelayan bar. Bank mana pun tidak akan memberikannya aplikasi pinjaman. Tidak ada jaminan,tidak ada penghasilan menjanjikan untuk meminjam uang sebanyak itu.
Popor tetap harus bekerja walaupun ayahnya masuk rumah sakit. Walaupun dengan sedikit berdebat dan adu mulut ibu nya akhirnya mau berjaga dirumah sakit bersama may dan popor bekerja di malam hari.
“Silahkan pesanan anda..”
“Nitipong, hutang pedagang ikan itu apa sudah kau tagih?”
“Ck… sulit boss. Dia tidak punya uang dan barang berharga lainnya”
“Orang miskin dimana – mana menyusahkan saja”
Popor tanpa sengaja mendengarkan obrolan dua pelanggannya malam itu, dua orang yang terlihat seram dan menakutkan.
“Hai nona, kau menguping yaa?” Tanya salah satu orang
“Maaf” popor menunduk dan akan segera mohon diri. Namun akhirnya dia kembali ke meja pelanggannya
“Bisa kita bicara?” Tanya popor berusaha berani. Kedua orang ini benar – benar terlihat seperti preman.
Kedua orang ini saling memandang dan akhirnya mengangguk pasti.
“Jadi kau butuh uang nona? Lima puluh juta? Apa yang kau punya?” Tanya salah satu orang setelah popor mengutarakan niatnya.
“Aku punya rumah kecil dan…. Sebuah kalung berlian kecil” ungkap popor. Dia ingat saat berkemas ingin pindah ia menyembunyikan sebuah kalung bermata berlian kecil. Hadiah ulang tahun terakhir dari ibu nya.
“Bisa kau tunjukkan?”
Popor kemudian melepas kalung nya yang selama ini ia sembunyikan di balik baju.
“Hahaha kau bercanda nona? Untuk sekarang kalung ini hanya seharga lima juta rupiah” gelak tawa kedua preman itu memekakan telinga popor. Tapi demi ayahnya ia harus tahan.
“Apa lagi yang kau punya?”
“Sebuah rumah kecil. Rumah itu milik kami sendiri”
“Kenapa kau tertarik dengan ini? Kenapa tidak ke Bank saja? Aku lihat kau cukup terpelajar”
“Aku hanya punya sebuah rumah kecil sebagai jaminan. Tapi pekerjaan ku tidak akan menjamin aku bisa mencicil hutang setiap bulan. Lagi pula bank mana yang mau mminjami uang seorang pekerja bar?”
“Nona! Bank saja tidak yakin padamu. Bagaimana denganku?”
“Tolong pinjamkan aku uang itu. Aku sangat membutuhkannya. Bawa saja kalungku sekarang, dan rumahku sebagai jaminan nya. Lagi pula aku tidak akan kabur. Aku bekerja disini, kau bisa mencariku disini”
Popor tahu memalukan memohon pada preman semacam mereka. Tapi demi ayahnya popor harus membuang semua rasa malu dan gengsi
“Heem.. baiklah! Tapi kau harus tahu nona, kau akan dikenakan bunga setiap bulan nya bunga aku yang tetapkan. Satu juta rupiah setiap bulan. Kecil bukan dibanding uang yang kau pinjam? Lima puluh juta”
“Satu juta? Itu terlalu besar! Bisa kah kau mengurangi?”
“Leave it? Or take it?”
“Oke Take it!”
Mungkin itu adalah kesepakatan terbodoh yang popor pernah buat. Meminjam pada preman dan lintah darat sialan, dengan bunga mencekik urat leher. Tapi tidak ada pilihan lain lagi. Ayahnya sudah sangat terlambat ditangani.
Walaupun setelah popor korbankan semuanya, pada akhirnya ayahnya harus berpulang pada April 2016 lalu. Hidup popor serasa hancur. Semua terasa runtuh menimpa dirinya. Tidak tahu lagi harus hidup seperti apa. Sendirian dan dikejar hutang. Popor bahkan sempat ingin mengakhiri hidupnya dan berdiri di tepi jembatan. Tapi dia tersadar akan pesan terakhir ayahnya.
“Tolong jaga ibumu dan adikmu. Ayah merasa bersalah tidak bisa membuat mereka bahagia”
Lagi pula kesepakatan hutang itu popor yang membuat. May dan ibunya sama sekali tidak tahu. Ini adalah tanggung jawabnya. Popor harus menyelesaikannya hingga akhir.
Dua tahun sudah kesepakatan itu berlalu. Tepatnya dua puluh lima bulan. Jangankan membayar, popor bahkan tidak bisa hanya sekedar membayar bunga nya saja. Penghasilan nya dari pelayan bar sudah dia bagi. Sepertiga untuk Kuliah May , sepertiga untuk ibunya dan sepertiga untuk dirinya sendiri. Tidak ada sisa bahkan hanya sekedar membayar bunga setiap bulan. Untunglah walaupun sederhana rumah ini masih milik mereka. Jika tidak mungkin mereka pun tidak akan punya tempat tinggal.
Anak buah bodin pun sudah berkali – kali mengacak – acak rumah popor. Popor sempat meminta toleransi karena masih dalam masa berkabung. Setelah itu mereka tidak lagi memberikan toleransi. Untunglah Bodin ternyata menaruh hati pada May, hingga May bisa mencoba mengulur waktu sampai saat ini. Tapi sepertinya bodin mulai kehilangan kesabarannya.
Merasa tidak bisa hanya bergantung sebagai pelayan bar, popor akhirnya mencari pekerjaan lain. Baru sekitar dua bulan dia bekerja sebagai OG. Itupun harus melewati masa percobaan selama tiga bulan dengan gaji di bawah satu juta. Tidak juga cukup untuk mencicil bunga, popor pun bekerja sebagai deliver di restoran ayam dekat bar tempatnya bekerja. Dari sore hari pukul lima hingga pukul Sembilan malam.
Popor tersadar dan dengan cepat dia berlari untuk kembali ke bar. Sudah dipastikan dia kehilangan satu  pekerjaan malam ini. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan yang lain nya lagi.

Complicated (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang