Hari sudah semakin petang tapi Jadyn masih berkutik di depan layar laptopnya. Jadyn menatap monitor itu tanpa berkedip hingga matanya memanas. Bagaimana tidak? Dia berubah profesi menjadi Disnaker ketenagakerjaan yang otomatis membutuhkan ketelitian untuk memeriksa beberapa aktivitas pegawai baru atau lawas. Pekerjaannya kali ini tidak main-main, bahkan ia tak bisa bersantai sedikit saja jika bukan jam istirahatnya.
Jadyn menghela nafas lelah, lalu membanting punggungnya untuk bersandar di kursi. Tangannya diregangkan ke depan guna mengurangi rasa pegal di persendian jemarinya. Jadyn merapikan beberapa berkas untuk ditandatangani Marco karena pemasukkan pegawai baru hari ini lumayan banyak di bidang produksi.
Gadis berambut emas itu berdiri dengan wegah dan membenahi celana kain khas kantorannya. Ia berjalan menuju ruangan Marco yang berjarak 30 meter dari ruangannya.
Ceklek..
'What the..?! It's wrong!' batin Jadyn merutuki kebodohannya.
Karena kebiasaan-nya yang masuk tanpa mengetuk pintu seperti di ruangan Chale, ia jadi mematung di tempatnya berdiri. Matanya sudah ternodai oleh pemandangan di serong kanannya. Ia melihat Marco yang sibuk melumat bibir wanita seksi yang mana adalah sekertarisnya sendiri. Jadyn sampai bergidik ngeri melihat Irene yang duduk di pangkuan Marco sudah topless dengan bra hitam melekat di gunung kembarnya. Bahkan buah dada wanita itu menyembul keluar karena Marco yang terus meremasnya.
"Ehem!"
Deheman Jadyn membuat Marco urung mengulum payudara Irene. Marco gelagapan membenarkan kemeja yang terbuka dua kancing dan rambutnya yang berantakan. Sedangkan Irene berdiri santai dari pangkuan Marco seraya membenarkan bra dan mengancingkan kemeja ketatnya. Bahkan ia tak sungkan tersenyum kepada Jadyn. Ia sudah terbiasa tertangkap basah seperti ini. Jika bukan karena uang dan jabatan, Irene tidak akan mau menjatuhkan harga dirinya.
Irene, gadis berusia sepantaran Jadyn itu menjadi pemuas nafsu Marco di kantor. Semua orang tahu itu. Jika dulu Marco sering membawa wanita jalangnya ke perusahaan karena jabatannya masih menjadi manager, tapi sekarang tentu tidak, karena ia ingin mendapatkan kepercayaan Ayahnya agar ia dijadikan pewaris utama. Maka dari itu, ia harus mengurangi kebiasaan buruknya di hadapan sang ayah. Tapi kegiatan panasnya di kantor tentu tetap berjalan selama ada Irene.
"Ehem, Ada apa, Jadyn?" tanya Marco sambil memberi kode agar Irene meninggalkan ruangannya. Irene mengangguk dan keluar dari ruangan.
"Maaf sebelumnya mengganggu kegiatanmu. Ini, ada beberapa berkas yang harus ditandatangani." Jadyn memasuki ruangan Marco dan langsung meletakkan berkas copy-an di atas meja sang CEO.
Marco melirik sekilas, kemudian kembali melihat Jadyn yang masih berdiri di hadapannya.
"Duduk dulu, akan kutandangani nanti." ujar Marco. Jadyn tersenyum lalu menggeleng.
"Sebenarnya tugasku sudah selesai sampai disini. Irene yang mempresentasikan proposal ini." ulas Jadyn.
"Aku tau. Apa kau mau pulang?" tanya Marco. Jadyn mengangguk.
Marco pun bangkit dari duduknya kemudian memakai jasnya yang tersampir di sandaran kursi. "Ayo, kuantar pulang."
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." tolak Jadyn yang langsung menggeleng cepat.
"Sayangnya aku tidak terima penolakan." ucap Marco seraya menyambar kunci mobilnya dan menarik tangan Jadyn.
Akhirnya Jadyn mengalah dan membiarkan dirinya ditarik Marco. Percuma menolak orang keras kepala seperti Chale dkk.
Petinggi perusahaan dan seorang karyawan keluar gedung perusahaan dan memasuki mobil Ford dark milik Marco yang sudah terparkir di lobi. Tanpa disadari ada sepasang mata yang memperhatikan mereka tajam bak elang. Chale mengeraskan rahang seraya mencengkram stir kuat-kuat ketika melihat gadisnya berjalan bersama Marco, meski sahabatnya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]
RomanceMature content 21+‼️⚠️ Privat acak! Follow sebelum baca. "Tubuhmu begitu mempengaruhiku, kau selalu terlihat menggoda, like a wine." "Jangan tatap aku seperti itu, jangan melihatku bagaikan jalang yang siap kau terkam." "Seharusnya aku tidak pernah...