Part 37; Plan

60.5K 1.8K 59
                                    

      Hari ini adalah hari spesial untuk Jadyn, karena dirinya sedang berulang tahun yang ke 23. Semalam tepat pukul 12, Breve dan Smith merayakan ulang tahun anaknya itu dengan kue tart sederhana dan wishes Jadyn sebelum meniup lilin.

Satu hal yang membuat Jadyn bingung sekaligus gelisah. Disaat hari bahagianya seperti sekarang, Chale tidak sekalipun menghubunginya atau memberi ucapan selamat ulang tahun padanya. Bukannya berharap, Jadyn sadar bahwa selama ini mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Bahkan semenjak Gerald merestui hubungan mereka dua minggu lalu, Chale tak sekalipun mengungkit hubungan mereka.

Mereka memang tidak ada hubungan, tapi mengingat kedekatan mereka yang seperti sepasang kekasih, apa salahnya jika Chale menghubungi Jadyn hanya sekedar memberi ucapan selamat dan doa? Bahkan sudah sejak kemarin laki-laki yang dicintainya itu tidak ada kabar. Jadyn sudah mencoba menghubungi laki-laki itu, tapi selalu sibuk atau kadang tidak aktif. Jadyn jadi berpikir, jika nomor Chale sibuk, itu artinya Chale benar-benar melupakan hari ulang tahunnya yang mereka bicarakan minggu lalu.

Rasanya sedikit sakit jika orang terdekat kita melupakan hari yang bagi kita istimewah. Tapi Jadyn bisa apa? Ia tidak mungkin menuntut Chale mengingatnya. Mereka hanya dua manusia yang menurut Jadyn saling membutuhkan. Disetiap pertemuan, mereka selalu berciuman layaknya sepasang kekasih, tapi jika ditanya, tentu saja bukan.

Sampai sore ini pun, tidak ada tanda-tanda Chale akan menghubunginya. Seharian ini Jadyn menghabiskan waktu bersama keluarganya di apartemen. Hanya acara makan bersama dan berbagi cerita seperti yang biasanya keluarga kecil itu lakukan.

"Sungguh aku tidak mengerti apa maumu, Chale. Disaat semua orang berpihak setuju pada hubungan kita, tapi kau seakan tak acuh dan menjalaninya tanpa status." Jadyn bergumam seraya menatap ponselnya yang mati. Berharap Chale akan menelfonnya atau memberinya pesan.

"Sudah lama aku menanti hari ini. Hari dimana semua masalah dan penghalang kita selesai dan kau segera memperjelas status kita. Apa mungkin aku yang terlalu berharap?"

Baru saja Jadyn merebahkan tubuhnya di ranjang, tiba-tiba Breve memasuki kamarnya dengan membawa 3 buah paperbag dari brand ternama.

"Ada apa, Mom?" tanya Jadyn yang menyadari kehadiran ibunya.

"Ada sesuatu untukmu!" seru Breve. Ia langsung menyerahkan apa yang ia bawa di hadapan anaknya. "Pemuda tampan yang mengantarnya!" lanjutnya.

Jadyn langsung terduduk dari tidurnya, menatap Breve meminta penjelasan. "Apa itu Chale?"

"Bukan! Aku tidak tau namanya. Hanya saja ia mengatakan bahwa kau harus segera memakai apa yang ada di dalam sini, lalu rias wajahmu dan pergi bersamanya." Wanita paruh baya itu terlihat tidak sabaran.

"Pergi bersamanya? Mom bercanda? Bahkan Mommy saja tidak mengenalnya, bagaimana mungkin aku akan diizinkan pergi oleh Daddy?" tanya Jadyn heran.

"Tadi pemuda itu sudah diinterogasi oleh Daddymu. Entah apa yang mereka bicarakan Mommy tidak tahu, yang jelas Daddy memperbolehkan kau pergi bersamanya." jawab Breve seolah meyakinkan puterinya.

"Tapi-"

"Aku akan membantumu! Ia memberimu waktu 30 menit untuk bersiap." sela Breve.
Tangan Jadyn tergerak membuka satu persatu paperbag tersebut. Pertama yang ia buka berisikan kotak sepatu yang kelihatannya mahal. Sebuah high heels silver gliter dengan hiasan jewelry gantung di bagian pergelangan kaki, panjang hak kira-kira 7 cm. Jadyn terdiam, sedangkan Breve berbinar melihatnya.

 Jadyn terdiam, sedangkan Breve berbinar melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang