Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote***
Bahagia itu, saat dia ada. Dia, Bastian.
- (Namakamu) Maldini -***
Bastian mengerutkan keningnya. Ia melihat langit-langit kamar (Namakamu). Ada satu foto terpajang di atas sana. Ia sangat mengenali foto itu, sangat mengenali orang yang berada di dalam foto itu. Bastian menggeleng tidak percaya. Ternyata....
Bastian mematikan video call-nya sepihak. Ia tahu (Namakamu) pasti akan marah. Tapi melihat foto yang tertempel di langit-langit kamar (Namakamu) membuatnya ingin segera mengakhiri video call mereka.
***
Bastian menunggu di depan rumah (Namakamu) pagi-pagi sekali. Ia memakai pakaian santai. Ia sudah janji kepada gadis itu untuk menjemput dan mengantarnya ke kampus. Bastian berdiri dan bersandar di body motornya. Sambil mengecek-cek ponselnya. Ia masih memikirkan foto yang tertempel di langit-langit kamar (Namakamu) dan jelas saja ia ingin meminta penjelasan.
"Pagi, my boy." (Namakamu) tersenyum melihat Bastian.
"Hai. Pagi juga, my girl." Bastian tersenyum, senyum yang paling manis.
"Seneng banget keliatannya."
"Ya iyalah seneng. Apalagi tahu kalo tiap malem sebelum tidur kamu ngeliatin foto aku di langit-langit kamar kamu."
"Kok tahu?" tanya (Namakamu) tersenyum girang, tapi sedikit malu-malu.
"Aku liat kemaren pas kita video call. Kamu simpan HP kamu menghadap langit-langit kamar kamu. Ya, aku liatlah. Foto aku yang paling ganteng tertempel di sana." Bastian tersenyum dan terus menatap (Namakamu) yang menyembunyikan semburat merah di pipinya. "Segitu sayangnya yah sama aku?" tanya Bastian mencolek dagu (Namakamu).
"Apaan, sih?" (Namakamu) menepis tangan Bastian sesegera mungkin. "Oh iya, kamu kok matiin video call-nya? Kelamaan, yah? Si Aldi nyuruh gua ngegambar. Ada tugasnya yang ngegambar gitu, dia kan nggak pintar ngegambar."
"Nggak kelamaan. Tapi aku yang kesenengan. Ternyata cewek yang di depan aku memang beneran suka sama aku."
"Bastian udah, deh. Modus mulu. Aku udah telat. Entar aja modusnya kalau aku pulang."
"Aku nunggu kamu aja, yah!"
"Nunggu? Nggak usah. Kamu piknik aja dulu. Main ke rumah Ari, kek. Apa kek? Aku takut kamu bosen."
"Kalo nunggu kamu mah aku nggak bakal bosen. Ke Ari juga palingan dia lagi sama Aisyah."
"Jangan nunggu. Aku kasian sama kamu. Besok, deh. Besok kamu boleh nunggu. Karena besok cuman ada 1 mata kuliah. Hari ini full. Nanti kamu nunggunya kelamaan."
"Ya udah kalo nggak boleh. Aku ke rumah Cassie aja." Bastian tersenyum jail.
"Cassie siapa? Tuh, kan? Ya udah, kamu nunggu aja." (Namakamu) menatap Bastian dengan wajah kesalnya.
"Cassie itu sahabat aku dari kecil. Nanti aku kenalin. Dia juga udah punya cowok keleess. Dia anak rumahan. Jadi kalau aku pengen curhat aku ke rumahnya."
"Bener?" tanya (Namakamu).
"Beneran."
"Janji, nggak genit-genit sama cewek lain."
"Janji." Bastian mengacungkan jari tengah dan telunjuknya berbentuk V. "Ngegemesin banget, sih." Bastian mencubit kedua pipi (Namakamu).
(Namakamu) tersenyum walau ada rasa sakit di pipinya. Bagaimana tidak Bastian mencubitnya dengan gemas. Ia tidak pernah menyangka bisa senyaman ini dengan Bastian. Mungkin karena mereka pernah saling tersakiti oleh cinta lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy
Fanfiction》Selesai《 Sinopsis: (Namakamu) Maldini adalah saudara kembar Aldy Maldini. Keduanya punya sifat yang berbeda. Aldi yang pembangkan dan (Namakamu) yang penurut. Tapi walau demikian mereka tetap termasuk mahasiswa populer di kampusnya. (Namakamu) masu...