Part 10. Bastian, Aldi, dan Iqbaal

620 42 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote

***

Aku selalu berdoa untuknya dan hubungan kami. Aku ingin semua baik-baik saja.
- (Namakamu) Maldini -

___

Bastian cuman milik gua. Nggak akan ada cewek lain di hati Bastian selain gua. Gadis licik itu tersenyum miring. Hatinya penuh dengan kebencian dan keirian.

Ia berjalan menjauh dengan senyum kelicikan. Bastian miliknya dan ia pastikan (Namakamu) tidak akan pernah memiliki Bastian seutuhnya. Ia hanya menunggu waktu dimana semua akan berjalan sesuai rencananya.

"Aduh." Gadis itu menabrak seseorang membuatnya mundur selangkah.

"Steffi?"

Steffi yang tertabrak segera mendongak dan menemukan Salsha di hadapannya. Ia mengerutkan keningnya. Kenapa sahabatnya itu ada di sini? "Salsha? Kok, lo ada di sini?" tanya Steffie.

"Gua abis ketemu om gua yang dosen. Ya, nyari tau pendaftaran di universitas ini. Lo sendiri ngapain di sini?" jawab Salsha.

"Tadi gua ikut bokap gua. Dia ngurus perndaftaran gua di universitas ini. Kebetulan lo disini. Lo mau bantuin gua, kan?"

"Bantuin apa?"

"Gua udah tahu cara gimana kita pisahin (Namakamu) dan Bastian."

"Hah? Yang bener? Gimana?" tanya Salsha antusias.

Steffi membisikkan semua yang ia dengar tadi. Salsha tersenyum senang. Ia meruntuki kebodohan Steffi yang memberitahunya berita penting itu. Ia bisa lebih gampang mendapat Bastian lagi. Ia memang membantu Steffi tapi demi keuntungannya sendiri. Bastian miliknya bukan milik Steffi ataupun (Namakamu).

***

Aldi mengambil helmnya. Ia akan segera pulang melepas penat di rumah. Bani sudah pulang bersama Ari tadi. (Namakamu) dan Bastian juga sudah pulang. Ia lambat pulang karena harus kembali berhadapan dengan dekannya yang tidak lain adalah omnya sendiri. Ia kembali diperingati masalah nilainya yang selalu di bawah rata-rata. Tapi sampai saat ini ia tidak memperdulikan semua itu.

"Aldi."

Aldi berbalik dan menemukan Salsha tersenyum ke arahnya. "Salsha? Kok, lo ada di sini?" tanya Aldi.

"Iya. Tadi abis ketemu om gua, dosen di sini. Nanya-nanya gitu masalah pendaftaran," jawab Salsha.

"Oh." Aldi hanya mengangguk.

"Lo mau balik?" tanya Salsha.

"Iya," jawab Aldi.

"Bareng, yah!"

"Aduh. Em, gimana, yah?"

"Nggak boleh, yah?"

"Aldi." Seorang gadis menghampiri Aldi. "Jadi kan pulang bareng?" tanya gadis itu.

"Caitlin. Em, jadi." Aldi mengangguk sedikit ragu dan melihat Salsha.

"Siapa, Di?" tanya Caitlin melihat Salsha.

"Oh. Dia temen gua. Sorry, Sha. Gua udah janji bakal pulang bareng sama Caitlin. Nggak apa-apa, kan?" Aldi menatap Salsha sedih dan takut.

"Nggak apa-apa, kok." Salsha tersenyum paksa.

"Ya udah, gua balik, yah!" Aldi memakai helmnya. Ia juga memberi sebuah helm ke Caitlin. Setelah itu mereka berlalu dari hadapan Salsha.

Salsha terdiam. Kenapa rasanya sakit melihat Aldi dengan gadis yang lain? Padahal ia dan Aldi hanya berteman biasa saja. Ini untuk pertama kalinya ia merasakan hal aneh itu. Ia tidak pernah merasa seperti ini kepada pria manapun. Kenapa hanya Aldi? Kenapa hanya kakak (Namakamu) itu yang membuat hatinya dilema?

He's My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang