Part 20. Bukan Akhir Segalanya

560 39 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote

***

Kamu harus tahu bahwa aku selalu mencintaimu.
- (Namakamu) Maldini -
___

"A..a- ok." Iqbaal gelagapan dan akhirnya mengangguk dan segera menyimpan gagang telepon yang ia pegang dan berlari naik ke kamarnya untuk siap-siap.

Iqbaal memasukkan pakainnya asal-asalan ke dalam koper. Mau tidak mau ia memang harus ke USA. Ia khawatir dengan keadaan (Namakamu), tapi mau diapa lagi, tidak ada pilihan lain untuknya kali ini. Ia hanya harus menghubungi Bastian bahwa malam ini ia akan berangkat ke USA dan mungkin ia tidak akan pulang sebelum study-nya selesai.

***

Beberapa plaster luka tertempel rapi di wajah Bastian. Di hidung dan juga pelipis serta dagunya. Aldi benar-benar tidak memberinya ampun tadi. Ia mengecek ponselnya. Ia melihat pesan dari Iqbaal dan mencoba menghubungi sahabatnya itu, tapi nihil tidak ada jawaban. Akhirnya ia menghubungi telepon rumah Iqbaal dan benar, Iqbaal telah berangkat ke USA karena Liora kritis.

Bastian menjambak rambutnya kasar. Mau tidak mau ia juga harus meninggalkan Indonesia. Untuk apa ia bertahan. Tidak ada gunanya. Karena dirinya, (Namakamu) celaka dan karena dirinya pula semuanya hancur. Ia bodoh. Kenapa ia tidak berpikir dengan keselamatan (Namakamu) terlebih dahulu? Sekarang (Namakamu) ada di rumah sakit dan ia tidak tahu bagaimana keadaan gadis itu? Prilly dan beberapa teman-teman (Namakamu) telah ia hubungi, tapi tidak ada yang menjawabnya.

Ia melihat sekeliling kamarnya. Sepi. Hari ini hari yang menyedihkan di hidupnya. Ibunya pergi untuk selamanya, ia kehilangan sosok (Namakamu), dan juga Iqbaal meninggalkanya. Bastian benar-benar frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia menyesal melakukan semuanya. Bastian hanya bisa menangis meratapi kebodohannya.

"Bas."

Bastian berbalik dan menemukan Cassie dengan Randy di belakangnya. Randy mendorong kekasihnya untuk mendekat ke Bastian. Mereka berdua serta Ari belum pulang. Ari masih membantu Ayah Bastian menerima tamu yang melayat walau hanya tinggal sedikit saja. Randy mengelus rambut kekasihnya lalu meninggalkan Cassie dengan Bastian.

"Sekarang gimana?" tanya Cassie.

"Gua harus pergi," jawab Bastian pelan.

"Pergi? Lo mau ninggalin (Namakamu)? Ninggalin gua? Ari? Lo yakin?"

"Nggak. Tapi cuman itu yang harus gua lakuin."

"Cuman? Lo yakin cuman itu? Banyak jalan lain, Bas. Gua jujur, gua nggak mau lo pergi, sama halnya (Namakamu)."

"Gua bego, Cass. Gua kehilangan 3 orang yang gua sayang sekaligus. Mama, (Namakamu), dan Iqbaal. Lo tahu rasanya jadi gua? Jalan satu-satunya, gua yang pergi."

"Setelah lo pergi, lo yakin bisa diperjuangin?"

"Gua nggak pantes diperjuangin. Sampai kapanpun itu."

"Tapi gua nggak rela lo pergi. Lo sahabat gua dan gua nggak mau. Karena menurut gua, lo bisa perbaiki semua ini."

"Nggak."

"Kenapa lo pesimis gini, sih? Mana Bastian yang gua kenal? Mana? Lo capek, kan? Palagi gua. Gua cuman sahabat lo, tapi gua capek liat lo kayak gini. Gua nggak mau lo kayak gini."

"Semua udah berubah, Cass."

"Berubah? Apa yang berubah? Nggak ada. Lo tetep Bastian dan harusnya lo pertahanin yang seharusnya lo pertahankan. Come on, Bas." Cassie menjeda untuk melihat reaksi Bastian. "Kejar cinta lo, Bas." Cassie memegang kedua tangan Bastian. "Lo pantes diperjuangin kalo lo juga perjuangin cinta lo. (Namakamu) nunggu lo, Bas."

He's My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang