Epilog 2 : Aldi dan Bastian (END)

648 39 1
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote

***

Cerita ini flashback ke kejadian dimana (Namakamu) nekad terjun dari balkon kamarnya, yah!!

***

Bastian tidak bisa tidur. Pikirannya melayang ke tempat (Namakamu) di rawat. Ia benar-benar khawatir karena baru saja Bani bilang, gadisnya itu belum juga siuman. Bani kasihan kepada Bastian. Ia merasa Bastian tidak salah, jadi ia selalu mengirimi Bastian kabar terbaru (Namakamu) tanpa sepengetahuan Aldi tentunya.

Bagaimana kalau (Namakamu) tidak bangun? Bagaimana kalau (Namakamu) lupa dengannya? Atau (Namakamu) membencinya? Atau bagaimana kalau (Namakamu) meninggal? Oh tidak, kemungkinan terakhir itu membuat Bastian menggeleng keras. Ia lebih memilih (Namakamu) tidak mengingatnya atau membencinya saja. Asal gadis yang dicintainya itu sadar dan masih bisa Bastian tatap wajahnya.

Bastian bangun dari pembaringannya. Ia tidak tenang. Ia mengambil jaket dan juga kunci motornya. Ia harus ke rumah sakit. Harus. Ia akan lebih tenang jika ia menginap di rumah sakit, mungkin. Walau tidak bisa melihat gadisnya.

"Kamu mau kemana?" Itu suara Ayahnya. Sepertinya Jason juga belum tidur. Bagaimana bisa tidur jika yang dicintainya baru saja berpulang.

"Ke rumah sakit, Pa," jawab Bastian. Ayahnya sudah tahu kejadian yang menimpa (Namakamu) dari Cassie dan Ari.

"Aldi nggak bakal ngizinin kamu ketemu (Namakamu)."

"Setidaknya aku ada di sana, Pa. Tidur di luar pun, Bastian mau. Aku takut, Pa."

Jason mendekati anaknya. Jelas saja Bastian takut. Ia baru saja kehilangan Ibunya dan hari ini gadis yang dicintainya masuk ke rumah sakit itupun karena dirinya. Jason menepuk pundak Bastian 3 kali sebelum mengangguk.

Bastian tersenyum tipis lalu menyalimi Ayahnya. Ia berjalan keluar rumahnya dan mengendarai motornya. Hawa dingin langsung menerpanya. Bagaimana pun ini sudah sangat malam. Hampir pagi.

Bastian masuk ke rumah sakit dan mencari ruang rawat (Namakamu). Bani sudah memberitahunya bahwa (Namakamu) dipindahkan ke ruang rawat intensif. Setelah tiba di sana ia melihat Bani tidur dengan posisi duduk. Di sampingnya ada Kiki dan Prilly yang tidur di paha Kiki.

Bastian kagum dengan persahabatan (Namakamu), Kiki, dan Prilly. Di saat seperti ini pun mereka masih menunggui (Namakamu). Harusnya mereka pulang dan istirahat dengan nyaman di sana.

"Bastian." Bani membuka matanya saat merasakan seseorang duduk di sampingnya.

"Tidur aja," ucap Bastian.

"Lo kenapa ke sini?"

"Gua nggak tenang. Setidaknya gua di sini."

"Tapi Aldi bisa aja liat lo di sini."

"Nggak apa-apa, kok. Kok nggak tidur di dalem?" tanya Bastian melihat Prilly yang tidak nyaman dengan posisinya. Walau jaket Kiki dan Bani sudah menutupi kakinya, tapi masih jelas sahabat (Namakamu) itu tidak nyaman.

"Aldi ngamuk tadi. Lebih aman kalau kita jaga diluar. Gua udah minta Prilly pulang. Kiki juga mau anter dia balik, tapi dia nggak mau," jawab Bani.

"Tapi kasian." Bastian masih melirik Prilly.

"Mau gimana lagi. Mereka nggak mau pulang."

"Keadaannya masih sama?" tanya Bastian.

"Iya. Nggak ada perubahan."

He's My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang