Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote***
Apakah aku bisa bertahan?
- (Namakamu) Maldini -___
Iqbaal tersenyum simpul lalu keluar dari mobilnya. Ia masuk ke rumahnya dalam langkah gontai. Tapi ia masih yakin dalam hati (Namakamu) masih ada dirinya. Gadis itu tidak mungkin melupakan kisah mereka begitu saja. Bastian? Ia sudah menganggap Bastian sebagai adiknya, tapi ia bingung sekarang. Cintanya berada di tangan Bastian dan tidak mungkin ia menjadikan sahabatnya sebagai pesaingnya.
Iqbaal kembali dilema. Melihat Bastian dan (Namakamu) tersenyum senang tadi siang membuatnya tidak tega jika harus menghancurkan kebahagiaan keduanya. Ia bahkan sudah berjanji akan melihat Bastian dan (Namakamu) berpisah bagaimana pun caranya, tapi ini masalah hatinya. Bagaimana dengan hatinya? Hatinya yang sama-sama menyayangi 2 orang paling berharga di hidupnya, Bastian dan (Namakamu).
"Dari mana kamu?" tanya perempuan yang lebih tua dari Iqbaal. Kakak Iqbaal, Ody.
"Jalan. Keliling. Liat-liat Jakarta," jawab Iqbaal dengan malasnya.
"Liora nelpon kamu. Kamu nggak angkat. Kamu nggak ketemu (Namakamu), kan?"
"Hp aku simpen di mobil. Nggak, kok. Aku nggak ketemu dia." Iqbaal mulai naik ke tangga.
"Teteh harap kamu nggak ingkar janji. Kita butuh kamu, Baal."
"Aku ngerti kok, Teh. Iqbaal ngantuk, kalo Liora nelpon bilang aja aku udah tidur. Aku akan nelpon dia besok pagi."
"Iya."
Iqbaal naik dengan langkah pelan dan terasa berat. Liora? Gadis itu lagi. Kenapa harus gadis itu? Ia kasihan karena Liora benar-benar sudah tidak berdaya lagi. Yang Iqbaal syukurkan adalah gadis itu bisa bertahan walau motivasinya karena dirinya.
Liora tidak pernah salah jika mencintainya, tapi Iqbaal yang salah karena tidak bisa mencintai gadis malang itu. Ia sudah lama mengenal Liora dan gadis itu baik padanya, bahkan gadis itu tidak pernah mengeluh akan sakitnya. Iqbaal tahu, Liora adalah gadis yang kuat. Tapi ia tidak bisa mencintai gadis itu. Hatinya masih sepenuhnya milik (Namakamu).
Iqbaal menyimpan ponselnya di meja nakas. Ia melihat pigura dan segera mengambilnya. Ia tersenyum. Pigura itu berisi foto dirinya bersama Bastian memakai kaos basket kebanggaan mereka. Kenapa harus Bastian? Itu pertanyaan yang belum bisa Iqbaal pecahkan. Kenapa harus sahabatnya? Mungkin jika bukan Bastian rasanya tidak akan sesakit ini.
Iqbaal menyimpan pigura itu dan segera mengambil handuknya. Ia segera masuk ke kamar mandi. Mungkin setelah membersihkan badannya, pikirannya akan tenang. Sebaiknya memang ia tidak memikirkan masalahnya dulu. Ia harus tenang agar bisa berpikiran jernih.
***
(Namakamu) berdiri di balkon kamarnya memandang bintang-bintang yang bertaburan di langit. Tidak ada tanda-tanda akan hujan. Entah mengapa (Namakamu) tiba-tiba menginginkan hujan? Gadis itu tersenyum sekilas lalu bertumpu di pagar balkon kamarnya. Ia terus memandang langit memohon agar hujan turun. Tapi sudah jelas itu mustahil karena hujan tidak akan turun malam ini. Bintang-bintang saja masih bergembira ria berkerlap-kerlip di atas sana.
"Belum tidur?"
(Namakamu) berbalik dan menemukan Ibunya. Sore tadi Ibu dan Ayahnya pulang dari luar kota. Seperti biasanya Ibunya akan memeriksa anak-anaknya sebelum ia tidur. Itu yang membuat (Namakamu) senang walau orang tuanya jarang bersamanya. Orang tuanya selalu menyempatkan waktu untuk anak-anaknya walau kadang Aldi tidak suka dengan quality time yang orang tua mereka berikan. Aldi memang seperti itu dan mereka sekeluarga memaklumi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy
Fanfiction》Selesai《 Sinopsis: (Namakamu) Maldini adalah saudara kembar Aldy Maldini. Keduanya punya sifat yang berbeda. Aldi yang pembangkan dan (Namakamu) yang penurut. Tapi walau demikian mereka tetap termasuk mahasiswa populer di kampusnya. (Namakamu) masu...