Part 11. Aldi dan Salsha

490 43 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote

***

Cinta ada karena terbiasa dan aku sudah sangat terbiasa dengannya.
- Bastian Steel -

***

Bastian mengantar-jemput (Namakamu) seperti biasa. Kali ini ia tidak menunggu (Namakamu) karena ia harus mengurus beberapa dokumen penting untuk pendaftarannya. Ia akan mendaftar di 2 Universitas dengan jurusan yang sama. Ia hanya menunggu pengumuman nanti. Dimana ia lulus maka di sanalah ia kuliah. Bastian sangat berharap bisa kuliah di Universitas yang sama dengan (Namakamu) walau harus menjadi junior dari saudara kembar (Namakamu), yaitu Aldi. Salah satu ancaman dalam hubungannya selain Iqbaal.

Berbicara tentang Iqbaal. Bastian pasrah. Ia akan menerima apapun resikonya nanti asal ia tetap bisa bersama (Namakamu). Tapi jika ia benar-benar tidak bisa memilih maka jalan satu-satunya ia yang harus pergi walau jelas ia akan sakit. Bastian tidak mau ambil pusing masalah Iqbaal saat ini. Yang jelas saat ini ia bisa bahagia bersama kekasihnya dan melupakan masa lalu kelam yang pernah menyelimuti mereka.

Bastian sekarang ada di restoran milik orang tuanya. Dengan jaringan wifi yang tersedia, ia mendaftar online di 2 universitas yang diinginkannya itu. Bastian duduk di meja bar sambil mengotak atik laptopnya. Ia ditemani segelas jus melon. Dito juga ada di dekatnya. Hanya saja sesekali Dito harus melayani pelanggan.

"Daftar di kampus mana, Bas?" tanya Dito menyodorkan nampan kepada penjaga bar.

"Kampus yang sama dengan cewek gua lah," jawab Bastian santai.

"Ciee, yang jatuh cinta untuk kedua kalinya. Awalnya aja nggak ngakuin."

"Berisik lo." Bastian mendengus kesal. "Sana! Lo kerja aja. Jangan gangguin gua." Bastian mendorong pelan Dito.

"Dia mantannya Iqbaal, kan?"

Bastian berhenti sejenak. Ia menampakkan wajah risaunya. Dito benar dan harusnya Bastian ingat itu. "Iya." Bastian mengangguk lemah.

"Trus? Gimana dengan Iqbaal?"

"Gua nggak tahu. Jelasnya gua nggak mau pisah sama dia. Masalah ini biar Tuhan yang ngatur. Gua cuman bisa pasrah jika harus dihadapkan dengan 2 pilihan."

"Ya, gua tahu rasanya jadi lo. Bagaimana pun 2 pilihan di hadapan lo sekarang benar-benar tersulit di hidup lo. Gua cuman nyaranin aja, nih. Lo jangan lepasin (Namakamu). Usaha untuk bertahan. Yang penting itu lo bertahan. Kenapa? Kalo lo lepasin (Namakamu) gitu aja karena Iqbaal, itu artinya lo nggak pantes jadi pendamping (Namakamu). Kalo misalnya (Namakamu) sendiri yang mau lepas dan lo tetap bertahan. Itu artinya lo cowok yang pantas diperjuangin. Gua yakin, (Namakamu) akan berjuang demi lo."

"Gua bisa aja lakuin itu semua. Cuman gua nggak bisa kalo nyangkut masalah Iqbaal. Dia sahabat gua dari kecil."

"Kalo misalnya lo milih nggak memilih diantara keduanya. Itu sama aja lo pecundang. Memang sulit saat dihadapkan dengan 2 pilihan, tapi lo harus tetap milih. Karena hukum dunia itu, ya seperti itu. Kalo lo milih kabur, udah jelas lo nggak pantes diperjuangin. Dan pastinya lo nggak mau kan (Namakamu) sedih?"

Bastian hanya mengangguk.

"Kalo misalnya Iqbaal emang sahabat lo, dia bakal ikhlasin lo sama (Namakamu). Percaya sama gua."

"Percaya sama jomblo maksud lo?"

"Gua jomblo, yah? Mungkin, sih. Tapi gua lebih berpengalaman."

He's My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang