Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote***
Aku selalu ada buatmu, percayalah!!
- (Namakamu) Maldini -***
Suara riuh di rumah sakit membuat Iqbaal bingung. Ia baru-baru saja berada di sekitar ruang rawat Ibu Bastian. Ia langsung berlari ke arah ruang rawat Ibu Bastian. Ia berhenti dan tertegun melihat Bastian dan yang lainnya menangis. Ia melihat jelas (Namakamu) memeluk erat Bastian. Seminggu dirawat di rumah sakit, Ibu Bastian akhirnya berpulang.
"Bas." Iqbaal menghampiri Bastian.
"Baal." Bastian langsung memeluk Iqbaal. Ibunya telah tiada dan rasanya sangat sakit.
Iqbaal mengeratkan pelukannya. Rasa Bastian pasti lebih sakit dari rasanya yang meninggalkan (Namakamu). Bastian menangis dengan erangan memilukan membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasakan kesedihan Bastian.
Aldi memeluk adiknya juga. (Namakamu) sudah pasti juga merasakan sedih. Apalagi melihat Bastian yang kini terpuruk.
"Bas." (Namakamu) memegang lengan kekasihnya.
Bastian diam saja dan duduk pasrah di kursi tunggu. (Namakamu) ikut duduk dan mengusap lengan Bastian. Tapi Bastian malah pergi membuat (Namakamu) berteriak dan ingin mengejar kekasihnya. Tapi Aldi segera menahannya dan mengatakan Bastian perlu waktu sendiri. Hingga akhirnya (Namakamu) pasrah dan tetap berada di samping Aldi.
Jenazah mendiang Ibu Bastian tiba di rumah duka. Semua sanak keluarga dan juga kerabat datang melayat. (Namakamu) khawatir karena Bastian tidak keluar dari kamarnya. Ia mengurung dirinya dan tidak ingin makan dan minum. (Namakamu) sudah jelas khawatir. Kekasihnya bisa sakit jika ia tidak mau makan.
"Bih." (Namakamu) kembali mengetuk pintu Bastian. Tidak ada jawaban. "Bih. Makan dulu, yuk!!" Tidak ada jawaban lagi. "Aku nggak mau kamu sakit. Makan, yah! Sedikit saja." Kembali tak ada jawaban.
"Bastian belum mau buka pintunya?" tanya Iqbaal menghampiri (Namakamu) dan mendapati gadis itu menggeleng. "Bas." Iqbaal mengetuk pintu Bastian menggantikan (Namakamu). "Lo makan, dong. Lo bisa sakit kalo lo ngurung diri di kamar." Tidak ada jawaban. "Bas."
"Gua nggak laper. Mending lo semua pergi," ucap Bastian dari dalam.
"Tapi aku mau kamu makan. Aku takut kamu sakit."
"GUA BILANG GUA NGGAK LAPER. LO BUDEK?" teriak Bastian membuat (Namakamu) tertegun.
"(Namakamu)." Iqbaal meneriaki (Namakamu) yang berlari pergi. "Bas, lo bego," ucap Iqbaal lalu mengejar (Namakamu).
Bastian di dalam kamarnya menjambak rambutnya sendiri. Ia tahu ia salah hanya saja rasa kehilangannya sekarang menguasai dirinya. Ibunya yang selama ini ia rawat dan jaga harus meninggalkannya. Ia tidak rela jika harus kehilangan Ibunya di usianya yang masih muda. Ia masih memerlukan kasih sayang Ibunya.
"(Namakamu)." Iqbaal menahan (Namakamu).
"Iqbaal." (Namakamu) memeluk Iqbaal. Ia butuh penopang dan hanya ada Iqbaal. Aldi belum datang karena ia harus menyelesaikan nilai-nilainya dulu dan juga menjemput Salsha.
"Bastian lagi kacau. Kamu maklumin, yah." Iqbaal melepas pelukannya dan memegang kedua bahu (Namakamu).
"Tapi aku khawatir, Baal. Dia belum makan dari semalam."
"Aku tahu. Aku juga sama kayak kamu. Tapi kita harus sabar. Bastian emang gitu. Seperti halnya saat ia kehilangan adiknya."
"Adik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy
Fanfiction》Selesai《 Sinopsis: (Namakamu) Maldini adalah saudara kembar Aldy Maldini. Keduanya punya sifat yang berbeda. Aldi yang pembangkan dan (Namakamu) yang penurut. Tapi walau demikian mereka tetap termasuk mahasiswa populer di kampusnya. (Namakamu) masu...