Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote***
Cepet sembuh, Ma. Aku sayang sama Mama.
- Bastian Steel -***
(Namakamu) mencium kening Bastian sebelum ia benar-benar berangkat. Aldi menunggunya di luar. Tepat di saat ia membuka pintu, Iqbaal juga membukanya. Ia mempersilahkan Iqbaal masuk lalu melangkah pergi karena Aldi sudah menunggunya. Setelah itu gadis itu benar-benar pergi.
Iqbaal berdiri di samping Bastian yang masih memegang erat tangan Ibunya. Iqbaal mengusap pelan bahu Bastian menegarkan hati sahabatnya itu. Bastian sudah pernah mengalami hal seperti ini hanya saja kali ini mungkin yang paling membuatnya risau karena dokter sudah mengatakan keadaan Ibunya yang kritis dan hanya Tuhan yang bisa menolong Ibunya.
"Lo yang sabar," ucap Iqbaal.
"Gimana gua bisa sabar, Baal? Nyokap gua udah sering kek gini cuman kata dokter kali ini keadaan Nyokap gua benar-benar kritis."
"Makanya lo yang sabar. Gua yakin kalo lo sabar seperti yang dulu-dulu, Nyokap lo bakal nggak apa-apa."
"Semoga." Bastian mencium punggung tangan Ibunya. "Masalah (Namakamu). Gua minta maaf."
"Hei, Bro. Lo nggak usah mikir itu. Lo sahabat gua dari sejak kapan sih? Harusnya gua minta maaf."
"Tapi bagaimana dengan hati lo?"
"Seperti lo yang sering bilang ke gua. Jodoh pasti bertemu. Gua yakin itu." Iqbaal menjeda melihat reaksi Bastian. "Udah. Nggak usah mikirin gua. Gua baik-baik aja, kok." Iqbaal menepuk pundak Bastian
Bastian hanya tersenyum sekilas. Ia menatap Ibunya yang belum sadar diri. Harusnya ia menunggu (Namakamu) di kampus hari ini. Tapi apa dayanya. Ia harus tetap di rumah sakit menjaga Ibunya karena Ayahnya harus tetap bekerja. Iqbaal duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Mereka sama-sama diam.
***
"Lo bisa ke rumah sakit sendiri, kan?" tanya Prilly kepada (Namakamu).
Mereka telah selesai final. Aldi masih ada jadwal final jadi pulang agak telat. Sedangkan Kiki dan Prilly harus segera pulang karena Kiki harus mengantar pacarnya ke kampusnya. Kiki sangat ingin mengantar sahabatnya sampai di rumah sakit, tapi pacarnya juga sudah menunggunya.
"Iya. Nggak apa-apa, kok." (Namakamu) mengangguk.
"Ya udah. Kita balik, yah!!" Prilly melambaikan tangannya dan masuk ke mobil Kiki.
"Hati-hati yah, (Namakamu)," ucap Kiki.
"Iya. Lo juga."
"Siip." Kiki masuk ke mobilnya.
"Byee." Prilly melambaikan tangannya dan mobil Kiki pun berlalu.
(Namakamu) menunggu taksi sekarang. Ia harus segera tiba di rumah sakit untuk menemani Bastian menjaga Ibunya. (Namakamu) tahu pasti apa yang dirasakan Bastian. Bagaimana pun Ibu Bastian juga telah menjadi Ibunya. Apalagi Ibu Bastian baik dan perhatian padanya. Ia juga sangat khawatir akan keadaan wanita paruh baya itu.
(Namakamu) celingak-celinguk mencari taksi, tapi rasanya tidak ada tanda-tanda adanya taksi yang akan lewat. (Namakamu) mendengus kesal sambil melirik jam tangannya. Apa ia harus menunggu Aldi saja? Itu artinya ia harus menunggu 2 jam lagi. Itu tidak mungkin. Bastian pasti mengharapkan dirinya saat ini juga.
Suara klakson mobil menyadarkan (Namakamu). Ia tahu betul siapa pemilik mobil itu. Iqbaal turun dan menghampiri (Namakamu). Gadis itu bersiap untuk pergi, tapi Iqbaal segera menahannya. (Namakamu) menepis tangan Iqbaal yang menahannya dan tidak mau menatap mata Iqbaal.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Boy
Fanfiction》Selesai《 Sinopsis: (Namakamu) Maldini adalah saudara kembar Aldy Maldini. Keduanya punya sifat yang berbeda. Aldi yang pembangkan dan (Namakamu) yang penurut. Tapi walau demikian mereka tetap termasuk mahasiswa populer di kampusnya. (Namakamu) masu...