Part 15. Truth Or Dare

557 45 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa bahagia
Sorry For Typo
Yang Baik Pasti Vote

***

Bertahan dan berusaha. Aku harus percaya kepada diriku sendiri. Aku bisa.
- Bastian Steel -

___

"Aku lebih kangen sama kamu." Bastian menjeda. "Kamu tidur. Besok masih Final. Aku akan ada di dekat kamu walau kita nggak bertemu langsung. I love you, Yang."

"I love you too, Bih."

***

Aldi menunggu (Namakamu) di depan kelas adiknya itu. (Namakamu) dari tadi meminta Aldi untuk ke kelasnya. Aldi ada final, tapi kakak kembar (Namakamu) itu tidak berniat untuk masuk kelas. Alasannya sudah tertebak. Ia tidak ingin Bastian maupun Iqbaal mendekati adiknya lagi. Walau terlihat egois, tapi Aldi lakukan hanya untuk adiknya.

"Di, lo yakin nggak mau final?" tanya Caitlin yang masih menunggu jam dosen yang memberikan final. Kebetulan kelasnya dan kelas (Namakamu) tidak terlalu berjauhan.

"Iya, Di. Ini mata kuliah penting lo," ucap Bani mengingatkan.

"Emang gua pikirin? Gua akan tetap di sini. Mending lo berdua masuk kelas."

"Di, ini tuh lebay tahu, nggak?" Caitlin berdiri dan meninggalkan Bani dan Aldi.

"Loh, kok pada ada di sini? Ini kelasnya (Namakamu), kan?" Dania menghampiri Bani dan Aldi.

"Iya. Tuh!! Takut adeknya dibawa pergi. Lebih tepatnya kabur." Bani berucap seraya menjawab pertanyaan Dania.

"Trus kenapa lo juga masih di sini? Lo nungguin Prilly?"

"Nggak." Bani menggeleng cepat karena Aldi tidak tahu kalau dirinya menyukai Prilly.

"Tapi bukannya kamu suka sam..." Dania berhenti berbicara saat Bani menutup mulutnya.

"Udah yah. Gua anter lo ke kelas lo. Bye, Di." Bani masih menutup mulut Dania lalu menuntun temannya itu pergi.

"Aldi."

Aldi berbalik dan menemukan kekasihnya di hadapannya. Ia membuang muka asal. Ia memainkan pulpennya seolah-olah tidak ada orang di sampingnya. Salsha yang melihat itu sudah jelas terlihat kesal. Aldi yang baru jadian 1 minggu dengannya sudah berubah hanya karena kedatangan Iqbaal.

"Aldi." Salsha menarik Aldi agar pria itu menghadapnya. Tapi Aldi malah menunduk dan tetap memainkan pulpennya. "Aldi." Salsha membuang kesal pulpen di tangan Aldi.

"Apa, sih?" tanya Aldi ketus.

"Aldi. Kamu marah sama aku? Hei, ini masalah Iqbaal bukan masalah aku."

"Tapi kamu udah kayak mereka. Nutupin semuanya dari aku."

"Di. Buka pikiran kamu. Cara kamu ini salah. Bastian nggak ada sangkut pautnya dengan Iqbaal. Mereka cuman sahabatan, tapi mereka nggak tahu kalo ternyata (Namakamu) itu adalah cewek yang sama-sama mereka cintai."

"Kamu di suruh Bastian ke sini?"

"Aku nggak diminta siapapun untuk nemuin kamu. Aku ini pacar kamu. Aku berhak ketemu kamu. Sebagai teman Bastian dan udah kenal lama sama Bastian, aku tahu. Aku tahu bagaimana Bastian. Dia tidak mungkin nyakitin (Namakamu). Yang tidak mungkin lagi kalo jadiannya Bastian dan (Namakamu) karena Iqbaal. Bastian nggak tahu kalo (Namakamu) itu mantan Iqbaal dan (Namakamu) nggak tahu kalau Bastian itu sahabatnya Iqbaal. Jadi yang salah siapa? Takdir? Tuhan?"

He's My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang