Part 28

1.4K 120 9
                                    

Siwon pov

Aku sedang mengerjakan paper worknya ketika Seohyun datang dan menyapaku. Dia menanyakan bagaimana keadaanku yang tentu saja sama seperti pagi ini, kemarin, kemarin lusa, bahkan seminggu yang lalu, membosankan.

Seohyun, dongsaeng perempuanku, yang meskipun kami tidak terikat oleh hubungan darah, namun terikat oleh hubungan batin ini hanya tersenyum mendengar keluhku karena bosan yang melandaku.

"Bersabarlah, sakitmu itu berat. Dan kau tak ingin Tiffany Unnie marah bukan? Menurutlah untuk tidak melakukan hal hal yang dilarang. Hanya sementara saja" hibur Seohyun padaku.

"I know, Fany memang sangat concern dengan penyakitku ini. By the way, boleh kah aku meminta pendapatmu?" tanyaku penasaran.

"Pendapat apa?"

"Kemarilah" kataku yang melambaikan tangannya pada Seohyun untuk mendekatiku.

Aku memerlihatkannya dua buah gambar cincin hasil searchingku di internet. Kulihat Seohyun menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Mana yang menurutmu bagus?" tanyaku meminta pendapat.

"Oppa? kau mau melamar Unnie?" tanya Seohyun yang terkaget melihat layar laptop menampilkan beberapa gambar cincin berlian yang indah.

Aku hanya bisa tersenyum ketika Seohyun menanyakan itu, karena aku malu. Sebenarnya kami, well aku dan Tiffany maksudku, kami memang sudah bertunangan. Karena dulu sekali, ketika otakku masih waras dan tidak pergi meninggalkannya, aku sudah melamarnya.

Namun kurasa, semua itu perlu di perbaharui. Tentu saja untuk memantaskan diriku pada Tiffany dan juga ingin membuktikan padanya jika ucapanku itu tidak main main. Dan tentu saja aku ingin membuka lembaran baru dengannya.

Berhubung kami berdua sudah sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih sehat dan tidak hanya diiringi oleh nafsu saja, well, kami sudah dewasa dan tidak ingin bersikap kekanak kanakan lagi. Aku memutuskan untuk kembali melamarnya, dan kali ini berbeda. Setidaknya untukku.

Aku melihat Seohyun tersenyum padaku, "Hei jawablah, mana yang bagus?" tanya ku padanya.

"Semuanya bagus, kapan kau akan pergi ke tokonya? atau kau justru sudah memesannya Oppa?" tanya Seohyun padaku.

Dia tidak memilih mana yang terbaik diantara cincin yang ku sodorkan untuk dia pilih. Seohyun mengatakan bahwa cincin itu sudah cantik, dan akan lebih bagus lagi dengan niatku yang baik. Aku tersenyum ketika mendengar Seohyun mengatakan itu.

"Aku sudah memesannya namun tetap ingin pergi ke tokonya. Maukah membantuku pergi kesana bersama?" tanya ku pada Seohyun.

"Tentu saja, kapan?" tanya Seohyun padaku.

"Bagaimana jika sekarang?"

"Okey, kebetulan aku sudah tidak ada pasien lagi. Aku akan membuat alasan pada Unnie mengenai keterlambatanmu pulang malam ini, jangan khawatir" kata Seohyun yang berjanji untuk menutupi white lies ku pada Tiffany.

***

"Apakah ini bagus Seohyun-ah?" kataku ketika memegang cincin yang ku pesan beberapa hari lalu di toko yang kini kami datangi.

"Ini sangat cantik Oppa, aku yakin Tiffany Unnie menyukainya" kata Seohyun jujur.

"Cincin ini sudah siap jika tidak ada lagi perubahan dari anda setelah ini" kata seorang pegawai toko perhiasan itu.

"Jadi sudah bisa ku bawa pulang?"

"Bayar dulu" kata Seohyun ditengah tengah perbincanganku dengan pegawai toko. Membuat pegawai toko itu tersenyum karena ucapan Seohyun.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang