05. Aku Menyukainya

13 4 0
                                    


Aduh. Kenapa aku jadi deg-degan sih sekarang saat dia menatapku?

Aku berusaha menutupi keterkejutanku dengan pura-pura galak. Seperti biasanya.

"Geer lo. Udah tau gue ngeliatin jendela."

Sudah. Begitu saja percakapan kita. Karena setelahnya dia mengacuhkanku kembali. Dan aku berusaha untuk tidak memusatkan perhatianku ke arahnya terus.

Kulihat Defia baru saja tiba. Tapi dia lansung mengajakku ke kantin.

"Ini masih pagi, Gila!"

Defia cenberut dan menarik-narik tanganku. "Ihh, ayo Ren!"

"Gak! Gue gak mau!"

"Ah lo mah begitu sama gua."

Akhirnya karena terus-terusan dipaksa, akupun mau tak mau mengikutinya ke kantin. Cukup lama hingga akhirnya kita kembali ke kelas dan memulai KBM seperti biasa.

Dan seperti biasa juga, aku memperhatikan Galang di sela-sela aku mengerjakan tugas. Rasanya tugas yang banyak ini tidak akan terasa jika aku sesekali melihatnya.

Dan ternyata, Defia menyadari gelagat anehku yang kadang-kadang tersenyum saat Galang mengeluh karena soal yang dikerjakannya susah.

"Lo suka ya Ren sama Galang? Gila gak nyangka gue." Defia geleng-geleng kepala.

Aku sedikit shock saat ternyata Defia menyadari itu. Aku tak tahu dia beneran tahu atau asal ngomong saja. Karena biasanya anak itu cuma asal bicara.

"Sok tau lo." Aku mengalihkan pandangan ke Defia.

"Jangan boong deh." Defia berbicara sambil menyalin jawaban dari buku paketnya.

"Iya. Gue suka sama dia!" Akhirnya aku memberanikan diri untuk jujur. Karena mau bagaimanapun juga Defia adalah sahabatku. Lambat-laun pasti dia juga akan tahu sendiri.

Kali ini dia kaget sungguhan. Kukira dia memang sudah tau tadi.

"ANJIR! Lo gila apa gimana, sih? Kok bisa lo suka sama dia? Gak nyangka gua, Ren. Bahkan lo sama dia aja kayak gak kenal."

Semua orang melihat ke arah Defia yang berbicara dengan suara besar. Padahal keadaan kelas sedang hening. Dan aku hanya menepuk dahi mengenai itu.

"Shut the fuck up, Bitch! Pea banget lo segala ngomog kenceng."

Defia terkekeh pelan. "Gue gak nyangka aja gitu. Seorang Renatha bisa suka sama Galang. Dia biasa aja tau. Lagian, lo sama dia kan gak deket."

Aku menaikkan kedua bahu. "Ya mana gue tahu. Gua suka aja sama dia."

"Lo galak juga sama dia."

"Biasa aja."

Aku kembali lagi memperhatikan Galang. Ternyata dia sedang tidur! Aduh ... bagaimana sih dia?

***

Aku tahu. Selama ini, tak ada yang tahu jika aku suka padanya dan sering memperhatikannya.

Cuma sekarang, Defia sudah tahu. Aku percaya kok padanya.

Tapi, ada satu orang lagi yang sepertinya tahu. Dia sering melihatku ketika aku sedang memperhatikan Galang.

Tatapan matanya aneh. Tapi aku hanya membalasnya dengan pelototan karena aku kesal dengannya. Aku jadi tidak bisa melihat Galang lagi. Takut dia bicara yang macam-macam.

Dia Satya.

101 Ways To Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang