Galang PoVKuajaknya kemari.
Lalu kita berhenti di tempat yang tak akan orang lain lihat. Tepatnya di belakang panggung.
Dia sedikit bingung.
Tapi kulihat dia tersipu dan menunduk di saat aku menatapnya.
Sekarang aku bisa melihat dengan jelas wajahnya cantik.
Tanpa alis dan dahi yang berkerut.
Tanpa ucapan yang mampu melukai hati.
Tanpa kepura-puraan yang sempat membuat kita jauh.
Aku menggenggam tangan kirinya, lalu kubawa ke bahuku. Sementara tangan kanannya tetap ku genggam di udara.
"Kita mau ngapain?" Dia bertanya. Aku yakin jika sebenarnya dia sudah tahu apa yang akan kita berdua lakukan.
Aku menjawabnya dengan senyuman, lalu aku memegang pinggangnya.
Kuajak dia berdansa meski kita sama-sana tidak tahu-menahu caranya bagaimana.
"Gue gugup kalau kayak gini, Lang."
Akhirnya dia jujur lagi dengan perasaannya sekarang.
Aku menaikkan tanganku lebih tinggi, lalu dia berputar. Dan sekarang wajahnya tepat berada di depan wajahku.
"Gue juga rasain itu."
Kita masih di posisi yang sama, lalu kudekatkan wajahku padanya sehingga jarak yang tercipta sangatlah tipis.
"Untuk hari itu ... I'm sorry."
Aku menyinggung pipiku dengan pipinya, dan dia langsung mengalungkan tangannya di bahuku. Sementara aku merengkuh pinggang kecilnya.
"Gue yang harusnya minta maaf. Sikap gue yang gak sesuai sama perasaan gue udah bikin lo bingung. Seandainya dari dulu gue gak munafik, mungkin kita bisa sama-sama kayak gini dari lama."
Dia melepas pelukannya dari leherku, dan tangannya beralih memegang kedua lenganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
101 Ways To Say I Love You
القصة القصيرة"Harga diri; Itu lebih dari sekedar menyatakan rasa." Ya itu menurutku, sampai akhirnya statement itu dihancurkan oleh seseorang laki-laki yang paling sulit dipahami. Galang.