29. Jadi Dia...

5 1 0
                                    


Semenjak saat itu, semuanya berubah.

Satya tak lagi bertegur sapa denganku. Aku pun tak berniat membuka percakapan dengannya.

Di saat seperti ini, aku masih berusaha mendekati Galang. Tapi entah kenapa, rasanya jadi lebih susah. Dia kerap kali menghindar saat aku berbicara padanya. Memangnya aku salah apa padanya? Apa dia tidak enak pada Satya?

Dan lebih anehnya, semenjak aku bilang agar Satya tidak usah memberiku bekal makanan lagi, seseorang yang sering memberiku bekal itu juga akhirnya tidak pernah memberiku bekal makanan lagi.

"Def, kok Galang jadi agak cuek sama gue, ya? Kata lo boleh nggak gue bilang ke dia kalau gue suka sana dia?"

"Coba lo ajak mabar lagi. Pasti dia mau, kok. Tuh, mumpung dia masih ada. Eh tapi serius? Kan lo orangnya gengsian abis. Lo gak takut kalo dia nolak lo?"

"Emang gue gengsi. Tapi, tinggal beberapa hari lagi kita pisah. Mau sampai kapan gue tahan?"

"Ya itu terserah lo, sih. Yaudah, ajak mabar gih. Gue duluan, ya! Good luck."

Aku melihat Galang yang masih berada di kelas. Ya sudah, aku langsung menghampirinya.

"Galang, nanti mabar yuk," ucapku dengan senyum yang kuharap dibalas oleh Galang seperti biasanya. Dan kulihat, dia memegang botol jus yang kuberikan tadi pagi secara diam-diam. Tapi kok isinya masih penuh? Biasanya habis.

"Sorry ya. Gue gak bisa, gue sibuk. Kerjaan gue bukan cuma main game doang soalnya."

"Oh, gitu." Aku mengangguk paham.

"Gue duluan ya," ucapnya tanpa senyum sedikitpun. Dia kenapa, sih?

Akhirnya dia pergi meninggalkan kelas. Aku masih melihatnya berjalan keluar saat itu, sampai akhirnya aku melihat sesuatu yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

Dia berhenti di dekat pintu, lalu membuang jus pemberianku ke tempat sampah dengan begitu mudahnya. Tanpa berpikir yang memberinya telah susah-susah bangun pagi, lalu membuatkannya jus yang dia suka.

Jadi, jusku itu sampah, ya? Aku baru tahu Galang sejahat itu.

*

Ingat pepatah "Apa yang kamu tanam, itu yang akan kamu tuai." ?

Aku baru merasakannya.

101 Ways To Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang