12. Kesal

11 2 0
                                    


Pagi ini, saat jam istirahat, aku kembali mendapatkan bekal makanan yang isinya nasi goreng.

Sebenarnya apa sih maksud Satya melakukan ini? Untuk apa juga ia menuliskan kata-kata gombalan basinya di kartu itu? Apa dia pikir aku tidak tahu kalau itu adalah dia? Lucu sekali.

"Bekal lagi?" Aku berucap malas, lalu membaca tulisan yang memang selalunya terlampir di sana. "'Ini gue sendiri yang masak. Jadi dimakan, ya.'"

Aku akhirnya menoleh dengan malas ke arah Satya. Kulihat Satya sedang mengobrol bersama Galang hingga tertawa-tawa.

"Hey!" Kupanggil Satya, lalu Satya menoleh.

"Apaan, sih? Lo tuh kalo manggil orang make nama dong. Hay hey hay hey aja."

"Gue bilangin sama lo, ya. Berhenti kasih gue bekal makanan kayak gini!"

Jujur, aku tidak tahu kenapa aku marah pada Satya saat itu. Mungkin karena aku bukan mengharap Satya yang memberiku bekal makanan.

Dan sebenarnya aku kesal karena dia selalu menulis kata-kata tidak jelas di kartu itu. Aku tidak suka.

Lalu kulihat sekarang Galang ikut menatapku. Dan aku juga menatap matanya cukup lama.

Hingga akhirnya aku mengalihkan pandanganku ke bekal makanan itu karena gugup, dan mengembalikannya pada Satya.

"Thanks. Lain kali lo gak perlu gue kasih ini lagi. Gue punya uang buat beli makanan sendiri."

Aku pergi dari kelas, menuju ke depan ruang guru yang di sana banyak terdapat kursi dan sofa. Lalu aku duduk di sana sendirian.

Jadi maksudnya, Satya menyukaiku?

Aku menyesal karena hanya itu yang aku tahu saat itu.

101 Ways To Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang