Ketua kelas sudah memimpin doa, dan ini adalah waktunya pulang.Kebiasaanku saat seperti ini adalah menunggu teman sekelasku keluar agar tidak berdesakkan. Sungguh, aku tak suka kondisi seperti itu.
Dan itu yang biasanya juga Galang lakukan. Aku tak tahu mengapa ia selalu menunggu yang lain ke luar dahulu.
Kupikir dia memang hanya ingin pulang lambat hari ini. Tapi aku merasa, alasan kali ini berbeda.
Dia seperti ... menungguku.
Aku sedang sibuk membereskan buku-buku di meja, dan bersiap untuk keluar dari dalam kelas. Aku juga sadar kalau kelas sudah sepi dari tadi.
Tapi tunggu ... Galang masih berada di bangkunya. Dia terlihat seperti menunggu sesuatu.
Aku mencoba tidak percaya diri. Tapi nyatanya, dia membuatku yakin bahwa dia sedang menungguku. Karena sekarang hanya kami berdua yang masih tinggal di dalam kelas.
Aku sempat melihatnya sesaat, lalu aku mulai gugup lagi saat matanya juga melihatku. Tapi kali ini aku berusaha bersikap friendly dan berusaha tersenyum padanya.
"Belum balik lo?" tanyaku seraya memakai tas di punggung dan bangkit dari kursi.
"Ah, nanti aja."
"Emang kenapa belum balik?" Aku masih ingin tahu kenapa dia masih belum keluar dari kelas juga.
Aku pun berjalan menuju luar kelas, tapi ternyata dia juga mulai berjalan di belakangku.
Aku tak mengerti. Mengapa dia keluar kelas di saat aku juga ke luar kelas?
Itu artinya dia menungguku, kan?
Oke, stay cool. Aku tak ingin dia melihatku sebagai perempuan yang suka padanya, padahal itu yang sebenarnya.
"Gak-papa. Gabut." Dia menyengir lucu. "Hmm, lo–"
Aku masih ingin mendengar kalimat selanjutnya. Tapi sayangnya, teman sekelompokku langsung menarikku pergi dari sana.
"Jadi kerkel gak sih?!" Temanku terlihat kesal. Tapi aku hanya meresponnya biasa. Aku tak begitu menyukai kawan sekelasku.
Aku yang sedang ditarik oleh Elsa pun hanya bisa menoleh ke belakang, menatap Galang sambil tersenyum kecut.
"Gue duluan, ya!"
Padahal saat itu aku yakin, ada sesuatu yang ingin dikatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
101 Ways To Say I Love You
Historia Corta"Harga diri; Itu lebih dari sekedar menyatakan rasa." Ya itu menurutku, sampai akhirnya statement itu dihancurkan oleh seseorang laki-laki yang paling sulit dipahami. Galang.