34. Dengannya

7 1 0
                                    


Hari ini, acara sekolah diadakan. Sementara aku dan Galang tidak menyiapkan apa-apa untuk tampil sebelumnya.

Tapi Galang sudah tahu tentang ini. Mungkin ketua kelas langsung memberitahunya via chat saat itu, makanya dia setuju saja.

Malam ini aku hanya memakai gaun formal selutut. Aku memang ingin tampil cantik di mata Galang, tapi aku tidak mau jika harus berlebihan.

Aku berjalan bersama Defia menuju bangku-bangku yang disediakan. Kami duduk di antara anak-anak sekelas kami. Dan aku terkejut karena ternyata Galang ada di sana, sedang berdiri bersama teman-temannya dan dia memperhatikanku.

Dia terlihat semakin tampan dengan setelan jas warna hitamnya. Aku langsung melihat ke arah lain dan menggigit bibirku. Lebih baik aku menunduk saja daripada gerogi diperhatikannya.

Lalu kami berdua duduk.

"Ssst ... sst, Galang, Ren!" kata Defia. Padahal aku sudah tahu dia ada di sana.

"Gue udah tau."

"Dia masih ngeliatin lo anjir."

Saat Defia berbicara seperti itu, refleks aku menatap ke arah Galang lagi. Dan jantungku berdebar kencang saat dia berjalan ke arahku dan dia malah duduk di sebelahku.

Kita sama-sama diam. Beruntung karena pembawa acara langsung menyambut para tamu. Jadi aku tidak merasa terlalu canggung di dekatnya.

Setelah pembukaan yang cukup lama dari pembawa acara, akhirnya persembahan akhir tahun yang ku takutkan dari tadi pun dimulai.

Dan persembahan pertama adalah kelasku.

"Oke, sekarang waktunya kelas kalian buat tampil nih. Kira-kira mereka akan nampilkan apa, ya?" Kata satu MC yang merupakan anak seangkatanku.

"Wah, ini sih keren abis. Cowoknya ganteng, ceweknya cantik. Berbakat lagi! Cocok banget deh."

"Siapa sih emang?"

"Hm, daripada penasaran, mending kita langsung panggil aja penampil pertama." Kata MC yang lain. "Galang dan Renatha dari kelas XII-IPS-1! Dipersilakan untuk naik."

Sambutan itu langsung membuatku semakin gugup. Apalagi jika bersama Galang. Kurasa, aku tidak bisa.

Tapi tiba-tiba Galang memegang tanganku, lalu tersenyum padaku. "Lo pasti bisa. Kita pasti bisa."

Dia mengajakku ke panggung dengan tangan yang masih memegangku. Semua siswa langsung bersorak senang dan aku pun jadi ikut tersenyum.

Di sana sudah disediakan sebuah piano milik sekolah. Sebentar lagi Galang akan memainkan pianonya, dan aku yang bernyanyi.

Aku tidak bisa membayangkan ini.

Kami berdua langsung duduk di depan piano setelah aku mengambil microphone yang diberi oleh MC tadi.

Dan sebelum itu, kututup mataku seraya menarik napas dalam.

"Gue cinta sama lo ... Natha."

***

Gila gengs. Gue deg-degan sendiri ngetiknya.

101 Ways To Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang