28. Satya

5 1 0
                                    



"Ren! Renatha!"

Aku dapat melihat Satya mengejarku, yang tadinya sedang berjalan bersama Galang.

Aku semakin mempercepat jalanku, tapi
dia langsung menarik tanganku, memaksaku berbalik untuk menatapnya.

"Kenapa sih lo?!" Aku menghentakkan tanganku kasar darinya.

"Lo belum jawab yang semalem."

Aku melihat Galang yang juga menatapku. Meski aku tahu Galang tak memiliki rasa apapun padaku, aku tetap ingin Galang tahu jika aku tidak menyukai Satya. Padahal itu tidak ada artinya baginya.

"Lo udah tau jawabannya."

"Kenapa sih, Ren? Gue udah baik sama lo bukannya?" Satya terlihat memohon.

"Tapi kalo gue sukanya sama orang lain lo mau apa?"

Satya mengenyitkan dahi. "Memangnya siapa sih cowok yang lo suka itu? Gue pengen tahu, seberapa lebihnya dia dibanding gue."

Aku menatap Galang lagi sesaat. Dan ternyata dia masih menatapku. "Dia lebih baik daripada lo yang pemaksa. Gue gak suka sama lo. Dan lo gak perlu tau."

Aku beranjak pergi dari sana, namun aku lupa sesuatu dan aku kembali berbalik pada Satya.

"Dan satu lagi, stop kasih gue bekal makanan. Gue gak butuh. Cuma makanan sampah yang gak berarti apa-apa buat gue. Cara lo ngedeketin gue basi tau gak. Gak punya nyali lo."

"Hey, Ren! Gue emang suka sama lo, tapi lo perlu tau kalau itu bukan gue. Gue gak pernah kasih sesuatu sama lo meskipun diem-diem."

Sesaat kemudian Satya pergi dengan raut wajah marah. Tapi Galang sempat diam sesaat sambil menatapku, sebelum dia pergi menyusul Satya. Aku bingung arti tatapan dia apa.

Apa dia tidak terima temannya aku tolak begitu saja?

***

Aku terlalu bodoh untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Lihatlah, kita begitu dekat sebenarnya.

101 Ways To Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang