Sekarang sudah rest ke-dua. Dan kami harus melakukan dua kali lagi untuk menyelesaikan olahraga sialan ini.Giliran kelompokku sekarang. Kelompok ke tujuh alias kelompok terakhir. Aku sedikit merasa kecewa karena aku tak melihat Galang di antara teman-teman yang lain. Aku justru melihat Satya yang sebenarnya tidak ingin aku lihat.
"Bersiap! Priiittt!"
Cepat-cepat aku push up, lalu berlari untuk melakukan scottras. Tapi sayangnya, aku adalah orang terlamban di antara kelompokku. Makanya saat aku baru melakukan sit up, mereka sudah berlari menuju finish. Sudah pasti aku kalah.
"Ayo Renatha semangat!" Teman-temanku yang lumayan dekat denganku langsung menyemangatiku. Satya juga. Tapi aku tak peduli. Aku hanya menginginkan Galang yang menyemangatiku.
Tapi, lama-lama dadaku mulai terasa sesak. Dan aku harus melakukan ini sekali lagi. Aku rasa aku tidak akan kuat. Ditambah lagi sinar matahari sangat menyengat kulit. Membuatku pusing.
Mengapa lapangan ini luas sekali, sih?!
"Renatha ayo dikit lagi!" Defia ingin membantuku, tapi sepertinya tidak diperbolehkan oleh Pak Robi.
Biar saja. Aku juga tidak perlu bantuan. Aku pasti bisa. Aku tidak boleh kalah sama Galang.
Aku melihat di depan mata, aku hampir mencapai finish. Tapi aku malah kehilangan keseimbangan sehingga aku jatuh di tengah lapangan.
"Pak Robi! Renatha pingsan!"
Aku tidak bisa melihat apa-apa lagi dengan jelas. Penglihatanku gelap dan kabur. Tapi samar-samar, aku dapat melihat beberapa orang berlari ke arahku.
"Gue bawa dia ke UKS."
Aku tak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan, tapi aku tahu ... itu suara Galang.
Aku dapat merasakan jika tanganku digenggam olehnya. Tapi, seseorang menahannya.
"Gak perlu. Biar gue aja yang bawa dia."
Orang itu berjongkok di hadapanku, lalu aku dibawa ke UKS dengan cara digendongnya di punggung.
Jadi siapa yang membawaku ke UKS? Tapi aku sangat mengharapkan jika itu kamu, Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
101 Ways To Say I Love You
Short Story"Harga diri; Itu lebih dari sekedar menyatakan rasa." Ya itu menurutku, sampai akhirnya statement itu dihancurkan oleh seseorang laki-laki yang paling sulit dipahami. Galang.