Sekolah itu masih sama. Gedungnya yg bertingkat lima masih saja berdiri tegak walau sudah lama tidak digunakan. Tiang-tiang penyangganya yg berbalut cat abu-abu mulai retak dimana-mana. Temboknya kini mulai rontok, seperti tergerus dengan kasar. Kulit catnya yg ikut terkelupas menandakan lamanya umur sekolah itu sejak ditinggalkan. Pagar sekolah yg mulai berkarat, dengan cepat meresonansikan ingataku pada 7 tahun silam. Saat dimana aku pertama kali menginjakkan kaki sebagai murid di sekolah ini.
Lapangan itu juga masih terlihat sama. Puing-puing bekas yg tersisa membuatku ingin merealisasikan kembali segala ingatan yg timbul di benakku saat ini. Kenangan demi kenangan mulai berputar-putar dalam pikiranku seperti layaknya rol-rol film yg berputar di bioskop. Lapangan ini, puing-puing bekas panggung ini membuatku mengingat pertemuan-pertemuan kita kala itu. Kau dan aku hanya saling berpapasan, saling berteriak jengkel lalu pergi begitu saja dengan menyimpan dendam kecil yg selalu menemani hidup kita selama dua tahun terakhir. Sederhana memang, namun aku tidak menyangka sejak saat itu kisah ini terjadi diantara kita.
Lantai semen sekolah yg kini tertutup dengan debu merupakan lantai-lantai yg sering kaki-kaki kita injak. Lantai yg menjadi saksi bisu setiap pertemanan, setiap persahabatan, setiap langkah kaki yg berdecak saat kejar-kejaran, setiap permainan yg dilakukan kamu bersama teman-temanmu yg juga aku lakukan bersama teman-temanku.
Bangku-bangku sekolah dan meja-meja penuh debu yg kini ditinggalkan tidak beraturan membuatku tersenyum sejenak. Aku ingat saat kamu melewati kelasku, dan dimarahi oleh guru karena begitu banyak fans-fans gadungan yg mengejarmu. Yah aku tau, mereka menyukaimu. Karena sekarang aku pun juga merasa begitu. Begitu juga dengan balkon-balkon tangguh yg kini dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba. Aku ingat, saat kamu memperhatikanku dari sudut itu. Bersender sepenuhnya pada balkon dan membiarkan matamu melihatku sepuas hatimu.
Aku terkejut sendiri saat menemukan guratan-guratan pulpen yg sengaja ku buat untuk menuliskan namamu di meja saat masih bersekolah dulu. Entah apa yg ku pikirkan saat mengukir namamu disana. Mungkin karena kebencian yg mendalam atau memang karena aku mulai cinta?
Tak ku sangka sebutir air mata meluncur mulus dari pipiku. Beberapa saat kemudian air mata itu kembali berseluncur disana dengan cepat dan semakin bertambah banyak. Tanganku meraba tulisan itu dengan sedikit terisak.
Aku merindukanmu...
Selalu merindukanmu sampai sekarang.
Dan Entah bagaimana, namun aku ingin sekali kembali ke masa itu. Ke masa saat kita masih bersama sebelum takdir mengambil alih ceritanya.
*****
Hay readerss!! Prolognya engga kepanjangan kan? haha :) Oh iya prolog ini ngambil dari kisah real loh cuma ya namanya + ada adegan selanjutnya aja yg diganti :D Mw tw ceritany gimana ? Langsung aja deh ke Chapter 1 ! xoxo^^
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen FictionKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...