Suara pemberitahuan pesawat yg datang dan yg akan take off mulai berkumandang cepat dalam dua bahasa. Jadwal penerbangan di Bandara Internasional tersibuk di Jakarta itu mulai kembali padat karena sebentar lagi menjelang akhir liburan sekolah. Hal itu berarti mereka semua harus siap untuk kembali ke rutinitas keseharian mereka masing-masing. Demikian dengan para penumpang pesawat dari penerbangan Munchen-Jakarta yg baru saja sampai. Mereka bergerak keluar dari arrival gate dan memenuhi lobby utama bandara.
Seorang gadis yg mengenakan kacamata hitam juga ikut keluar dari sana. Lehernya masih tertutup syal bergambar bendera Jerman --negara yg menjadi tempat tinggalnya kemarin. Kedua telapak kakinya tertutup sepasang boots berwarna sweet brown dengan bulu lembut di bagian pergelangannya. Penampilannya begitu serasi dan begitu menarik mata. Tubuhnya juga langsing dengan pipi merah mudanya mencuat keluar sehingga terlihat sedikit chubby. Tulang hidungnya yg mancung serta alis matanya yg lentik menyempurnakan penampilan seorang Kiara Arianna Dirga hari ini.
Dengan kedua telinga yg ditempel erat oleh headseat, Kiara berjalan dengan santainya sambil mendorong sebuah troli yg berisi beberapa barang pribadi beserta sebuah biola. Hadiah ulang tahun sweet seventeennya dari Papa dan Mama sebelum mereka mengirimnya kesini.
Langkah Kiara terhenti di sebuah restauran dekat lobby utama lalu duduk di salah satu sofa yg tersedia. Dengan sigap ia memesan chicken salad beserta milkshake strawberry kesukaannya. Perutnya sudah bergejolak minta jatah karena ia menolak semua makanan yg diberikan para pramugari kepadanya sewaktu di pesawat tadi.
Sambil menunggu pesanannya datang, ia mengamati sekelilingnya dengan seksama. Akhirnya setelah sepuluh tahun menetap di Jerman, ia bisa kembali lagi merasakan panasnya kota Jakarta, yg merupakan tempat kelahirannya belasan tahun yg lalu. Akhirnya setelah beberapa jam pesawatnya menyebrangi samudra, benua, dan segala macam perbedaan yg ada, ia kembali lagi ke Ibukota Jakarta. Ia kembali dapat merasakan kembali suasana kehidupan di kota dengan tingkat polusi tertinggi di Indonesia ini.
Drtt... Drtt...
Sebuah panggilan masuk langsung menghentikan aliran musik ke telinga Kiara hingga membuatnya sedikit tersentak. Tangannya merogoh kantong sweaternya lalu mengeluarkan sebuah ponsel. Ia membaca nama yg tertera disana lalu mengangkatnya.
"Halo kak... Iya Kia udah sampe... Enggak kok, baru lima belas menit yg lalu... Oh kakak masih di jalan? Gpp Kia tunggu ya... Iya kak hati-hati ya... Kalo udah sampe telpon atau sms aja... Iya kak, bye..."
Kiara menekan tombol eject pada layar ponselnya kemudian langsung beralih pada makanan yg dipesannya.
*****
Calvin menatap kerumunan orang yg berlalu lalang di depannya sambil mendesah. Bandara begitu padat hari ini. Terang saja, sebentar lagi kan liburan sekolah berakhir dan orang-orang yg berlibur harus kembali ke habitat mereka masing-masing untuk menjalani rutinitasnya.
Setelah melewati atrian pemeriksaan yg seperti orang mengantri sembako, ia keluar dari arrival gate sambil menggeret kopernya. Sexophone miliknya dilampirkan begitu saja di punggung kekarnya yg tertutup oleh kaos dan jaket. Kepalanya ditutupi topi, agar dinginnya AC di bandara tidak terlalu membuat kepalanya sakit. Jujur saja, badannya selalu sensitif jika terkena AC atau udara dingin yg begitu menyengat.
Setelah beberapa lama berjalan santai, ia akhirnya sampai di lobi utama. Calvin merenggangkan ototnya yg terasa kaku karena duduk selama berjam-jam di dalam pesawat yg membawanya pulang dari liburan di Hawai.
Matanya menatap sang raja langit yg nampak bersembunyi di balik awan yg sudah lumayan menghitam. Bangunan-bangunan pencakar langit mulai terlihat dibalik sela-sela pohon yg menutupi sekitar Bandara. Jakarta memang tidak pernah berubah. Ya jelas saja, ia baru meninggalkan kota ini dua minggu yg lalu, dan sekarang ia berharap kota dengan seribu macam polusi ini berubah? Yang benar saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen FictionKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...