#Problem 5

179 3 0
                                        

Pelajaran matematika kali ini terasa begitu membosankan. Ditambah lagi dengan guru mata pelajaran tersebut tidak masuk kelas karena ada keperluan mendadak. Jadilah suasana kelas ini riuh bak pasar pagi. Ada yg tidur, bergosip, bernyanyi-nyanyi seperti orang setengah waras, kejar-kejaran hingga bermain futsal. Hal yg biasa dilakukan anak-anak sekelasnya dan anehnya tidak ada satu guru pun yg protes. Mungkin karena anak-anak di kelas ini kebanyakan mempunyai otak secerdas enstein kali ya, atau mungkin karena orang tua mereka kebanyakan adalah donatur tetap sekolah? Yah terserahlah. Itu bukan urusan Kiara.

"Eh, mau kemana lo?" kata Dina saat melihat Kiara ingin meninggalkan kelas. Ia menarik tangan sahabatnya itu sehingga membuatnya terduduk lagi.

"Mau ke ruang musik. Mau ikut?"

Mendengar itu sontak Dina langsung  memutar bola matanya. "Ogah ah! Gue dicuekin mulu kalo disana. Mending gue tidur disini," keluhnya saat mengetahui arah tujuan Kiara. "Lo kan kalo udah sama benda-benda mati itu berasa dunia punya lo doang."

Kiara terkekeh saat mendengar ocehan Dina yg barusan. Dari dulu Dina memang sering sewot jika diajak ke ruang musik. Alasannya? Ya apalagi kalau bukan karena dicuekin.

"Haha yaudah nanti istirahat gue temenin deh."

"Bener ya?" gumam Dina tanpa menegakkan kepalanya dari atas meja.

Kiara mengangguk. "Iya bener. Udah ah, bye."

Tanpa mempedulikan seisi kelasnya yg bertambah ribut, Kiara keluar dan langsung menuju ke ruang musik. Letak ruang musik memang tidak terlalu jauh dari kelasnya hingga memudahkannya untuk kabur saat sedang bosan di pelajaran. Hanya segelintir orang yg tau bahwa ia selalu melarikan diri kesana meski seisi sekolah tau bahwa ia mahir memainkan alat musik. Tapi tetap saja mereka gampang dibohongi.

Kiara melewati beberapa kelas yg sedang belajar. Tersenyum ramah pada setiap guru yg mengajar seperti yg selalu dibilang Kak Bima. Padahal dalam hatinya ia malas setengah mati harus melakukan hal yg tidak disukainya seperti ini. Bersikap apa adanya walau kurang mengenakkan terasa lebih baik dari pada harus berpura-pura bersikap manis, namun di belakangnya justru memaki-maki. Bener kan?

Langkah Kiara semakin dekat kearah ruang musik. Ia membuka pintu ruang kedap suara itu lalu berhenti di tempatnya. Matanya membelalak karena sedikit terkejut. Ia memandang seseorang yg duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri. Calvin.

*****

Seperti biasa, ketika semua pelajaran dirasa membosankan, Calvin memilih melarikan diri ke tempat yg bisa membuatnya tenang. Dan hanya ada satu tempat yaitu Ruang musik.

Ia mengambil gitar lalu duduk dengan nyaman di sebuah kursi yg dekat dengan sebuah grand piano. Memetiknya sejenak untuk memastikan apakah ada nada yg sumbang atau tidak. Setelah dirasa memuaskan barulah ia menempatkan gitar itu di antara kedua tangannya lalu mulai bernyanyi.

Lately you have been asking me

Before my words are true

Don't you know I'll do anything for you

Sometimes I haven't been good to you

Sometimes I make you cry

And I am sory for everything

But I promise you girl

I promise you this

Suara khas laki-laki milik Calvin menguar dan menjadi satu dengan alunan gitarnya. Tangan-tangan panjang miliknya memetik gitar dengan lihai bak musisi kelas atas.

When the blue night is over my face

And the dark side of the world in space

When I'm all alone with the stars above

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang