Hari sudah beranjak semakin malam. Sang bulan pun sepertinya sudah kelelahan menjalankan tugasnya malam ini sehingga memilih bersembunyi di balik kumpulan awan hitam yg mendominasi langit. Hujan yg cukup deras serta angin dingin yg ikut-ikutan berderu-deru membuat keadaan di kota Jakarta malam ini mendadak sepi. Jelas saja karena ini sudah malam, dan hujan deras. Siapa yg mau keluar dengan keadaan cuaca yg bisa bikin orang menggigil seketika seperti ini?
Kiara memandang semua itu dari balik jendela kafenya. Tangannya menyentuh titik-titik hujan yg terhalang kaca. Mengusapnya dengan perlahan. Ia menyukai hujan. Namun berubah membencinya ketika hujan itu datang dan membawa serta angin dingin yg bisa membuatnya meringkuk semalaman diatas kasur kamarnya.
Kiara mendesah perlahan. Tangannya masih mengusap hujan yg tumpah dari langit melalui kaca jendelanya. Ia melirik jam calvin klein yg melekat di tangannya. Sudah hampir pukul sepuluh malam. Itu berarti ia harus pulang sekarang.
"Astaga!" Kiara memekik kaget saat melihat seseorang yg tengah bersender di ambang pintu. "Calvian Anthony! Lo tuh kayak setan ya! Muncul selalu tiba-tiba." Kiara memandang tajam kearah sosok itu.
"Gue mau pulang."
Calvin bersuara dingin. Ia tidak mempedulikan ucapan yg Kiara yg barusan. Jujur saja ia masih kesal dengan kejadian beberapa saat yg lalu.
"Pulang ya pulang aja sana. Ngapain ngomong ke gue," balas Kiara ketus. Ia kembali memandang keluar jendela dengan kesal.
Calvin sendiri hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya. Sumpah ini cewek bener-bener ngeselin. Sikapnya enggak ada baik-baiknya sedikit pun. Ini juga kak Bima yg nyuruh, kalo enggak Calvin juga ogah banget ngajak dia pulang bareng.
"Tadi Kak Bima sms gue, katanya dia gak bisa jemput lo. Jadi gue disuruh bareng lo," jelas Calvin datar. Sumpah ya! Males banget sebenernya ngomong sama cewek ini lagi.
"Gue gak mau."
"Yaudah. Terserah lo."
Tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi, Calvin berbalik kemudian mengambil gitarnya yg tadi titipkannya di bar. Ia berpamitan pada beberapa pelayan yg ada disana kemudian berjalan kearah pintu. Terserah deh itu cewek mau pulang naek apa ujan-ujan begini. Suka-suka dia lah. Dibaikin malah nyolot! Biarin aja Kak Bima ngomel-ngomelin dia kayak apa juga nanti. Calvin punya alesan yg kuat kenapa dia gak nganterin Kiara pulang malam ini.
Saat tangannya hendak membuka pintu, tiba-tiba Calvin merasakan ada yg menarik lengan kirinya. Ia menoleh dan mendapati Kiara sudah berada disana. Namun Calvin diam saja. Ia hanya memandang Kiara dengan dingin. Apa lagi sih yg cewek ini inginkan?
Sedang Kiara yg diperhatikan seperti itu hanya bisa terdiam. Ia merutuki lidahnya sendiri yg kelu disaat yg tidak tepat seperti ini.
"Gu... gue... mau deh pulang bareng lo," gumam Kiara akhirnya. Ia memberanikan diri memecah kecanggungan yg ada diantara mereka. Ah peduli amat lah dengan gengsi! Yg penting ia bisa pulang sekarang. Gengsi mah bisa entar-entaran.
"Kenapa berubah pikiran? Pengen satu mobil sama gue?"
Calvin menutup kembali pintu itu sambil berbalik menatap Kiara. Lagi-lagi dengan wajah dinginnya padahal kata-kata yg digumamkannya tadi itu adalah kata-kata mengejek.
Mendengar kepedean yg keluar dari mulut Calvin membuat Kiara menatapnya sedikit sinis. "Pede banget," Ia menggumam cepat. "Kalo Kak Bima yg nyuruh gue harus patuh kan?" tanya Kiara yg langsung dibalas dengan anggukan malas dari Calvin. Ia mengikuti Calvin keluar kafe lalu berdiri di depan pintunya.
"Tunggu disini. Gue ambil mobil dulu," kata Calvin sebelum akhirnya berjalan kearah parkiran.
Melihat Calvin menjauh Kiara langsung menghembuskan nafas lega. Ia memeluk dirinya sendiri karena udara terasa sangat dingin. Bahkan nafas yg dihembuskannya itu sampai berwarna putih saking dinginnya. Kiara menunduk sambil merutuki dirinya yg tidak membawa syal yg bisa menghangatkannya disaat seperti ini. Sedang seperti itu tiba-tiba ia merasakan sesuatu menyentuh bagian belakang lehernya yg tertutupi rambut. Ia menoleh ke depan dan mendapati Calvin berdiri disana. Cowok itu sedang membelitkan syalnya pada leher putih milik Kiara dengan cekatan tanpa mempedulikan tatapan kaget dari Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen FictionKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...