Sudah seminggu ini Kiara dan Rio berpacaran. Layaknya couple muda yg masih anget-angetnya merajut cinta, Rio dan Kiara pun sedang anget-angetnya mengumbar kemesraan mereka di depan para siswa. Mulai dari pulang pergi sekolah bareng, pegangan tangan, makan bareng di kantin sekolah dan banyak lagi yg lain. Yah kalian tau lah gimana lebaynya kalo orang yg baru jadian. Meski begitu nyak yg memandang mereka sirik karena menganggap Kiara lebih cocok dengan Calvin. Tapi banyak juga yg memandang mereka sebagai pasangan yg cocok dan serasi. Tapi Kiara mana peduli? Biarin aja orang mau ngomong apa yg penting kan cintanya hanya untuk Rio seorang.
Tapi semenjak itu pula ia tidak pernah lagi melihat Calvin. Jika bertemu saja cowok itu akan berbalik arah supaya mereka tidak berpapasan. Aneh memang. Mungkin karena cowok itu masih marah soal pertengkaran diantara mereka dua minggu yg lalu.
Gue gak peduli sama lo! Lo bukan urusan gue!
Kiara duduk sendiri di bangku taman sekolah. Ia menunggu Dina yg tengah berurusan dengan kepala sekolah sambil menikmati semilir angin yg membelai wajahnya. Tiba-tiba telintas begitu saja kata-kata yg diucapkan oleh Calvin. Kata-kata penuh emosi yg sekarang benar-benar dilakukan oleh cowok itu terhadapnya. Entah mengapa rasanya aneh. Aneh aja karena biasanya mereka akan bertengkar setiap kali bertemu walau sekedar adu mulut biasa, namun kali ini tidak lagi. Mereka diam seperti sedang gencatan senjata. Rasanya seperti belum terbiasa dan ada sedikit kerinduan berantem dengan cowok itu.
Pikirannya yg mulai aneh membuat Kiara langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa ia harus mikirin cowok itu sih? Calvin kan bukan siapa-siapa jadi ngapain dipikirin.
"Woy! Kenapa lo? Galau?" seru Dina dari arah belakang. Ia menepuk bahu Kiara dengan sedikit keras sehingga membuat gadis itu sedikit terlonjak.
"Lo tuh kebiasaan banget sih, din!" seru Kiara galak. Ia memegang dadanya yg bernafas tidak karuan. "Mau copot jantung gue!"
Dina sendiri hanya bisa terkekeh. "Sory si, ra. Sensi amat lo lagian," ledeknya sambil mencolek dagu Kiara. "Lagian udah punya pacar masih aja galau. Gue aja yg gak punya pacar selow woles aja tuh."
Kiara mendengus sebal sambil memutar kedua bola matanya. "Gue gak galau. Cuma lagi mikir."
"Lo lagi mikir? Emang bisa mikir? Wuih hebat yak!"
"Rese!" Kiara memukul lengan Dina. "Gue serius woy!"
Melihat wajah Kiara yg sepertinya sedang tidak becanda Dina akhirnya terdiam. Ia mengikuti Kiara yg kini tengah menatap ke taman bawah dengan dahi berkerut.
"Iya deh sory lagi. Mikir apa sih emang? Serius banget?" tanya Dina. Ia memandang kearah Kiara yg tengah berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Calvin kalo marah itu berapa lama sih?" tanya Kiara tanpa menatap balik Dina.
Pertanyaan Kiara yg begitu aneh itu langsung membuat Dina melongo. Ia membalik tubuh sahabatnya itu lalu langsung meletakkan tangannya di dahi Kiara. "Lo udah sehat kan, ra?"
Buru-buru ditepisnya tangan Dina dari dahinya itu lalu kembali menghadap kearah lain. "Gue serius, din," balasnya sebal.
"Gue juga serius, ra. Tumben banget lo nanya begitu. Emangnya lo abis berantem sama Calvin?" tanya Dina penasaran.
"Tiap ketemu juga berantem," cibir Kiara. Ia menopang dagunya dengan tangan.
"Yeh itu mah satu sekolah juga tau," balas Dina sewot. "Maksud gue tuh berantem yg parah gitu. Bener-bener emosi banget. Pernah gak?"
Kiara langsung mengangguk. "Iya dua minggu yg lalu. Waktu nganterin gue pulang dari kafe. Gue kesel abisnya dia ngejudge Rio sembarangan. Ya jadi gue berantem sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen FictionKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...