1 tahun kemudian...
Gadis berseragam SMA itu berlari dengan begitu tergesa-gesa menyusuri sebuah gang kecil yg berada di samping sekolahnya. Rok sekolahnya yg pas selutut sudah menjadi teman akrabnya berlari-lari ria setiap saat raja siang tengah asik bertengger di puncak tertinggi langit. Semua rintangan, seperti pagar pendek di rumah kosong yg biasa dilewatinya dengan santai, kini langsung dilaluinya dengan sekali lompatan.
Semua ini karena mereka...
Sudut pandang kini beralih pada tiga orang yg mengejar di belakangnya. Ketiga orang itu berbadan besar-besar dengan tato yg hampir memenuhi seluruh badan mereka layaknya kanvas. Sedang wajahnya yg sangar seperti ingin melahap orang, terus-terusan meneriakkan nama gadis itu. Sudah bisa ditebak. Mereka pasti preman !
"Woy! Jangan lari lo!"
Teriakan dan umpatan-umpatan tajam yg keluar dari mulut mereka kembali membuat gadis itu mempercepat larinya. Kedua kakinya yg memang jenjang juga langsing memang mempermudahnya dalam berlari, termasuk disaat keadaan genting seperti ini. Rambutnya yg panjang sepunggung sengaja dicepolnya tinggi-tinggi sehingga tidak mengganggu penglihatannya.
Kiara menghentikan langkahnya sejenak kemudian langsung bersembunyi di balik pohon mangga yg kebetulan tumbuh di kebun milik warga. Sambil mengatur nafasnya yg sudah memburu tidak karuan,Kiara mencoba mesejajarkan tubuhnya agar tidak terlihat dari belakang pohon. Sementara kedua bola mata yg terlihat berwarna grey itu mengawasi keadaan sekitar dengan waspada.
Mata abu-abu itu tiba-tiba membulat ketika melihat tiga orang preman itu sudah hampir berada di dekatnya. Kiara menutup bibirnya rapat-rapat dan memelankan deru nafasnya agar tempat persembunyiannya bisa membuatnya aman. Yah, meski hanya sementara saja.
Ketiga preman itu masih tidak menyadari Kiara yg tengah mengintip dari balik pohon. Ketiganya mencari bersamaan dengan arah yg berbeda. Melihat itu, Kiara tersenyum senang. Ia bisa kabur sekarang. Dengan perlahan, kakinya mundur dengan tertatur menjauhi pohon itu.
Krontanggg!
"Oh shit!"
Mulut Kiara sukses mengeluarkan umpatan kesalnya saat kakinya tidak sengaja menginjak kaleng bekas minuman bersoda. Ia berharap ucapannya itu tidak terdengar, namun sepertinya ia salah karena ketiga preman itu sudah menatapnya berbarengan.
Oke mari kita KABURR!!
Kiara lari terbirit-birit kearah gang-gang kosong dengan ketiga preman itu yg mengejar di belakangnya. Mata ketiga preman itu tidak lepas darinya. Seakan-akan mata itu akan copot jika saja Kiara lolos dari pandangan mereka.
Ia terus berlari melewati beberapa gang kosong hingga akhirnya sampai di jalan besar. Kiara kembali ingin berhenti, karena nafasnya sudah seperti kakek-nenek usia 60 tahun keatas, terpaksa langsung berlari lagi karena ketiga preman itu masih getol mengejarnya.
Gila! Udah jauh begini mereka masih ngejar juga?! Pada makan apaan sih mereka?! Makan paku sama besi kali ya mangkanya tahan banting gini! Pikir Kiara di tengah-tengah larinya.
Sambil menarik nafas yg semakin mendekati tamat, Kiara akhirnya berbelok dan memasuki sebuah kafe yg bernama Dirga's Cafe and Book Store. Dengan setengah berjalan, ia menyusuri kafe itu kemudian langsung bersembunyi di balik meja pelayan. Matanya melirik kearah kaca kafe yg bertebaran di sekelilingnya dengan waspada. Sebagian besar wajahnya ditutupi oleh nampan yg kini berada di tangannya sehingga hanya memunculkann kedua matanya yg kecil beserta jidatnya.
"Eh, mbak bos ngapain toh disitu? Kayak pilem India aja ngumpet-ngumpet gitu."
Seorang cowok ceking yg memakai seragam pelayan kafe dengan name tag Trisno yg baru kembali mengantarkan makanan dari meja nomor sebelas, menyapa gadis berseragam SMA itu dengan logat jawanya yg masih kental. Matanya menatap Kiara dengan kepo.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Novela JuvenilKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...