"Kia!! Kia bangun udah siang!!"
Gedoran pintu di depan kamar Kiara membuat gadis sang pemilik kamar membuka matanya sebentar lalu melirik jam yg ada di nakas yg masih menunjukkan pukul 7 pagi. Kiara tersenyum. Kakaknya ingin membohonginya lagi rupanya. Tapi tidak bisa karena ia sudah hapal dengan gelagatnya.
"Kiara Arianna Dirgaa!! Bangun gak? Ato gue suruh si Rio pulang sekarang juga!"
Mendengar nama Rio sontak matanya langsung terbuka. Dengan begitu tergesa-gesa ia melompat dari tempat tidur.
GEDEBUG!
"Aww pinggang gue!!"
Jeritan Kiara terdengar di seluruh kamar, bahkan seluruh rumah. Ia memegangi pinggangnya yg sukses mencium lantai kamarnya untuk kesekian lagi. Tadi sewaktu melompat, sebelah kakinya tersandung bed cover jadinya ia langsung jatuh ke bawah. Untung saja tidak terjungkal. Tapi meski sudah beralaskan karpet yg cukup tebal, namun tetap saja. Jatuh ya pasti sakit. Apalagi kalo jatuh cinta sama orang tp cintanya bertepuk sebelah tangan, beuh sakitnya kayak diiris-iris sembilu. Ngilu bener. *sory ya readers otaknya Kiara agak miring setelah jatuh tadi. Mohon dimaklumi.
Dengan sedikit meringis Kiara bangun lalu bergegas menuju pintu. Saat pintu dibuka terlihatlah Kak Bima yg sibuk menahan tawa. Pasti dia dengar jeritan Kiara yg tadi. Dasar kakak yg durhaka sama adek!
"Kenapa lo?" tanya Bima sambil meringis menahan tawa.
Kiara memutar bola matanya. "Abis salto di dalem," ujar Kiara sambil bersungut-sungut. Lagian, udah tau masih juga nanya! Minta di graok mukanya!
Tawa Bima pun pecah seketika. Ia memegangi perutnya yg terasa sakit karena tertawa begitu keras. Sedang Kiara yg menatapnya sebal langsung menonjok bahunya keras-keras hingga membuat tawanya berhenti.
"Heh sakit!" seru Bima galak.
"Balesan karena ngetawain gue plus bikin gue sampe jatoh. Liat nih pala. Benjol nih benjol!" Kiara menunjuk kearah dahinya yg sedikit memerah dengan wajah manyun.
Melihat itu Bima ingin kembali tertawa, namun tatapan membunuh serta bogeman mentah Kiara yg sudah berada di depan wajahnya membuat Bima hanya bisa meringis. Daripada bonyok pagi-pagi buta begini mending diem aja deh. Bukannya Bima takut dengan Kiara, tapi tenaganya itu loh yg kayak badak betina. Tonjokannya yg barusan aja sakitnya bukan main. Padahal dari ukuran tubuh, gedean tubuh Bima kemana-mana, tapi tonjokan adik kecilnya itu masih saja terasa sakit hingga sekarang. Dasar preman!
"Yaudah, sekarang Rionya dimana?"
"Rio? Dirumahnya lah."
Kiara melongo. "Tapi tadi kakak bilang Rio ad -- Argh Kak Bimaaa!!"
Menyadari bahwa kakaknya itu kembali mengerjainya membuat Kiara langsung naik darah. Ia mengepalkan tangannya lalu memukul-mukulkannya di telapak tangan yg terbuka. Matanya menatap Kak Bima tanpa ampun. Kakaknya yg satu ini memang benar-benar!
Melihat Kiara yg sudah bersiap seperti tukang pukul, membuat Bima langsung berlari kearah tangga. Ia tidak ingin kena bogeman mentah lagi. Tidak! Cukup sekali saja.
"Abis lo gak bangun-bangun sih, jadinya gue senga-- Woy!"
Bima berjengit ngeri saat melihat Kiara melemparkan selop kearahnya. Ia langsung menunduk untuk menghindar. Saat dilihatnya Kiara akan melempar lagi, Bima langsung menuruni tangga kemudian masuk ke kamarnya.
"Kak Bima rese! Gajah duduk! Onta kutub! Bulu uler! Daki badak! Banci prematur! Argghh..." teriak Kiara frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya geram. Mimpi apa dia punya kakak kayak gitu!!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
JugendliteraturKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...