Malam minggu sepertinya begitu cepat menghampiri. Para remaja seperti biasanya akan menjalankan malam ini khusus bersama orang specialnya. Sama seperti Kiara. Beberapa jam lagi ia akan pergi nge-date bersama Rio. Karena itu ia sekarang sibuk mencari-cari baju yg pas untuk pergi dengan pacarnya itu.
Sebenarnya tidak terlalu susah menemukan baju yg cocok karena meski tomboy, Kiara tetap uptodate tentang fashion-fashion baru. Ia juga bisa berdandan meski tidak sejago Dina, intinya ia bisa.
Kiara melirik jam yg ada di nakas. Pukul 6. Satu jam lagi Rio akan menjemputnya, namun sampai sekarang ia belum juga menemukan baju yg tepat untuk pergi bersama pacarnya itu. Ini semua karena Rio masih saja merahasiakan tempat yg akan mereka tuju dengan alasan kejutan. Kejutan sih kejutan tapi nyari bajunya ini loh yg susah setengah mati. Masa ia pergi nge-date dengan mengenakan kaos dan celana panjang, kan gak lucu banget. Kesannya norak plus gak tau model yg dipake buat orang nge-date.
Kiara mengambil baju di lemarinya yg besar. Menempelkan satu per satu pada tubuhnya lalu mematut diri di depan kaca. Wajahnya berekspresi penuh seperti tengah acting di depan kamera saat menangkap beberapa baju yg terlihat tidak pas lagi mencolok di tubuhnya. Segera dilemparnya baju itu ke tempat tidurnya.
"Duh, ini kamar gue udah mirip kapal kena bom tapi belom ketemu juga baju yg cocok," keluh Kiara sambil berkacak pinggang. Ia mengedarkan pandangannya menyapu lantai kamarnya yg dihiasi dengan baju-baju akibat lemparannya tadi. Bahkan Goldi yg tengah meringkuk di kasurnya pun ikut terkena lemparan itu.
Merasa lelah, Kiara akhirnya duduk di tepi tempat tidurnya. "Lagian sih Rio pake gak kasih tau tempat tujuannya. Jadi kan gue bingung mau pake apaan," serunya lagi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Sedang melamun tiba-tiba matanya menangkap sebuah dress berwarna kuning yg terletak di lantai tak jauh dari tempat tidurnya. Ia beranjak dari duduknya lalu mengambil dress itu. Kiara menempelkannya pada tubuhnya sambil mematut diri di depan kaca. Tak lama bibirnya tersenyum. Ia sudah menemukan baju yg tepat untuk pergi dengan Rio!
*****
Malam minggu bukan hanya sekedar untuk pergi bersama pacar atau gebetan, namun bisa juga untuk nongkrong atau berkumpul bersama dengan sahabat-sahabat tercinta. Sama seperti lima sahabat ini. Mereka berkumpul di satu meja di sebuah kafe yg terkenal di bilangan Jakarta sambil menikmati hidangan yg tersedia di meja. Saling bersenda gurau dan tertawa-tawa satu sama lain.
"Sory, lama. Tadi ada urusan sebentar." Seorang laki-laki yg berusia dua puluh tahunan keatas duduk di kursi yg masih kosong. "Gimana hidangannya?" tanyanya sambil menatap mereka satu per satu.
"Enak kak! Gak salah deh kalo kafe kakak jadi salah satu kafe terbaik di Jakarta," puji seorang cowok berambut cepak. Cowok itu mengambil kembali potonga wafle lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
"Terus kakak ngajak kita ngumpul kesini dalam rangka apa?" tanya seorang cowok yg lain lagi.
"Tunggu bentar." Dengan cekatan Bima melepas jasnya lalu menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Dasinya dilonggarkan lalu tangannya berpindah untuk mengacak-acak rambutnya yg tadi tersisir rapi. "Biar keliatan muda kayak kalian," gumamnya kemudian terkekeh sendiri.
"Kak Bima mah mau umur berapa pun pasti tetep ganteng!" seru Dina spontan. Segera saja satu meja makan menyoraki kespontanannya itu.
"Woo Dina ngerayu Kak Bima! Jangan mau kak, Dina mah makannya banyak nanti bangkrut kafenya!" cibir Aldi jahil. Tak lama kemudian botol bekas air mineral mendarat dengan mulus di kepalanya.
"Sembarangan! Biarin aja gendut yg penting bukan kayak elo yg badannya kurus kayak kurang gizi!" balas Dina tak sabar. "Lagian gue tau kenapa lo iseng, soalnya gak ada Calvin kan yg jadi mahoan lo? Huu maho," tambahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Genç KurguKita ketemu tanpa sepotong rasa yg berarti. Sama-sama tidak peduli pada masing-masing hati. Hingga semua terjadi dan membuat aku tidak bisa memungkiri bahwa aku telah jatuh hati. Padamu yg (mungkin) takkan bisa terganti...