\19/ - regret

1.4K 144 51
                                    




***

Kendall memasuki kamar dengan tangisan yang tersedu-sedu, wajahnya memerah dan maskara yang ia gunakan beberapa jam yang lalu luntur begitu saja. Darcy yang sedari tadi menutup telinganya pun, kini berjalan menghampiri Kendall.

"Mommy..." ujarnya memeluk kedua lutut Kendall.

Kendall tengah duduk ditepi ranjang sambil berusaha membersihkan maskara yang luntur itu menggunakan tissue. Air matanya masih mengalir, dan suara isakan pun masih terdengar jelas.

Darcy menatap ibunya dengan wajah yang sedih, bahkan bibir bawahnya sudah dimajukan. Tinggal tunggu beberapa detik saja, pasti anak itu akan menangis juga seperti Kendall.

"Mommyyyyy......"

Pecah sudah tangisan anak itu, kedua pipi tembam beserta hidungnya langsung memerah sementara ia menjerit memanggil Kendall.

"Ssshhh, Darcy jangan menangis. Mommy tidak apa-apa," Kendall yang baru menyadari jika Darcy ikut menangis pun segera menenangkannya. Dengan kedua mata yang sama-sama berlinang air mata, ibu dan anak itu berpelukan dipinggir ranjang.

Siapapun yang melihat keadaan ini pasti akan merasa iba melihatnya, begitu juga Harry.

Pria itu baru saja masuk kembali kedalam kamar dan langsung disuguhi oleh pemandangan yang semakin menyayat hatinya. Dua orang yang amat dicintainya tengah menangis.

Harry menghampiri mereka kemudian berjongkok  dihadapan Kendall, mengambil Darcy yang masih terisak dipangkuan Kendall lalu dibawanya kembali menuju balkon. Hal ini dilakukannya agar Kendall bisa membasuh wajahnya dan memberinya sedikit ruang untuk sendiri.

"Ssshhh, princess kenapa menangis?" tanya Harry pada Darcy. 

Salah satu ibu jarinya ia kerahkan untuk menghapus sisa-sisa airmata Darcy. Kemudian memberinya kecupan dipipi.

"Daddy tidak boleh memarahi mommy!" jawab Darcy menatap Harry dengan garang. Matanya yang sedikit sembab akibat menangis itu justru terlihat lucu, menurut Harry. "Daddy membuat mommy menangis, Darcy tidak suka."

"Daddy tidak memarahi mommy, Darc."

Harry mendudukan dirinya disofa panjang yang kebetulan ada dibalkon kamar hotelnya tersebut. Memangku Darcy dipahanya, Harry mendekatkan kepala putrinya itu ke dadanya.

"Tadi Darcy dengar, daddy jangan berbohong." jawab Darcy lagi.

"Daddy bukannya memarahi mommy, sayang. Tapi mommy tidak mendengar apa yang daddy katakan tadi, makanya daddy mengeraskan suara." alasan yang bagus Styles, puji Harry pada dirinya sendiri.

"Raut wajah daddy marah tadi." timpal Darcy lagi.

Anak itu memang sangat tidak suka jika kedua orang tuanya bertengkar. Apalagi jika sampai berteriak-teriak, dan berakhir pada mommy-nya yang menangis seperti tadi. Ia sangat tidak menyukai itu.

"Darcy menguping?" Harry berusaha memutar topik.

Darcy langsung mengangkat kepalanya dari dada Harry dan menatap wajah Harry dengan kesal. "Darcy hanya tidak sengaja melihat, daddy! hanya sedikit kok." elaknya.

Harry menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil memperhatikan putrinya yang pandai sekali mengelak itu. Persis sekali seperti dirinya, Darcy memang benar-benar menuruni sifat Harry ternyata.

"Oke,oke. Maafkan daddy ya princess?" Harry menjulurkan jari kelingkingnya. Seperti melakukan pinky promise tapi bedanya, ini tanda permintaan maaf.

Life of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang